Chapter 10: Sudah Jadi Hantu Juga Masih Mengganggu

Istana Timur bergolak di malam hari.

Lu Zheng menendang beberapa kasim dan pelayan yang berlutut di lantai dan membuat mereka tersungkur sembari menahan sakit.

Sudah satu bulan berlalu, tapi apa yang dia inginkan belum mencapai hasil yang sempurna. Lu Zheng ingin kesempurnaan, dia tidak akan puas jika ada sesuatu yang kurang.

“Dasar sampah! Untuk apa aku mempekerjakan orang tidak berguna seperti kalian?”

Para pelayan dan kasim itu hampir menangis. Mereka lebih memilih disiksa sampai mati daripada harus berhadapan langsung dengan Putra Mahkota. Di Istana Timur ini, siapa yang tidak tahu temperamen Putra Mahkota.

Sejak mendiang Kaisar Yangle mengangkatnya dan belum mengizinkannya bergabung di pengadilan, sifat ganas Putra Mahkota perlahan tumbuh dan semakin parah.

Kaisar Yangle bahkan tidak semengerikan ini ketika marah.

“Ampun, Putra Mahkota. Kami sudah mencarinya ke manapun, tapi tetap tidak bisa menemukan benda yang diinginkan Putra Mahkota,” kasim yang paling senior membungkuk.

Dia adalah bawahan Li Jing, setelah Li Jing mati, dia dipindahkan ke Istana Timur untuk melayani Putra Mahkota.

“Cari! Cari! Cari lagi! Jangan sampai aku mengulangi perintahku!”

Para kasim dan pelayan mundur tanpa perlawanan. Istana Timur seperti neraka. Tempat ini jauh lebih buruk daripada penjara.

Kemewahan dan kemegahan yang terlihat hanyalah sebuah topeng untuk menutupi kebusukan pemilik istana yang sebenarnya. Bukan pilihan terbaik untuk terus berada di sini.

Lu Zheng mengepalkan tangannya dan menggebrak meja. Sialan! Hatinya dipenuhi dengan kemarahan dan rasa tidak terima.

Mengapa semua yang ia inginkan selalu sulit dicapai? Mengapa Lu Zheng harus mengerahkan lebih banyak untuk mencapai tujuannya?

Dia hanya ingin menjadi Kaisar secepat mungkin. Kakaknya, yang ia bunuh sebulan lalu, merupakan batu sandungan paling besar.

Meskipun mendapat perlakuan baik dan sangat istimewa, tidak lantas membuatnya menjadi orang baik. Sebaliknya, Lu Zheng justru merasa dia hanyalah sebuah boneka yang diciptakan Lu Yuan sebagai tameng kekuasaannya.

Dia telah mengerahkan banyak upaya dan tenaga untuk mencapai hasil hari ini. Selama bertahun-tahun, dia mengumpulkan banyak informasi dan penyelidikan.

Dia sudah mendapatkan kelemahan setiap orang, menyerang mereka dan memanfaatkan mereka agar berada di pihaknya dan membantunya. Kerjasama semacam ini terlihat menguntungkan, tapi sebenarnya sangat merugikan.

Lu Zheng sudah berhasil menyingkirkan kakaknya sendiri dengan meminjam tangan para menterinya, menggunakannya sebagai pisau untuk memisahkan kepercayaan bawahan dan atasan.

Lalu, dia menggunakan tangannya sendiri untuk melenyapkan satu-satunya batu sandungan paling besar, kemudian memanfaatkan yang lain untuk menyokong langkahnya.

Sayangnya, semuanya tidak berjalan sesuai yang diharapkan. Para menteri korup yang mendukungnya tidak bisa mengatakan tidak, tapi masalahnya bukan hanya itu.

Perdana Menteri Zhao Yun, adalah orang yang sulit dihadapi. Kewaspadaannya membuat Lu Zheng membutuhkan waktu lama sampai ia benar-benar mendapatkan persetujuannya.

Ia tahu, Zhao Yun adalah Perdana Menteri kepercayaan kakaknya. Lu Zheng sengaja menjauhkannya dari pengadilan sebulan lalu dengan meminta seseorang mengarahkannya ke luar ibukota.

Zhao Yun adalah menteri yang sangat berguna, Lu Zheng tidak ingin kehilangan bidak yang bagus. Jika Zhao Yun ada di ibukota saat itu, Lu Zheng mungkin tidak dapat membuatnya hidup.

Hanya tinggal selangkah lagi menuju takhta. Lu Zheng hanya kekurangan dua hal: segel Kaisar Yangle dan pelat harimau emas. Segel emas itu diperlukan untuk melegalkan identitas dan pengesahan dirinya sebagai kaisar baru.

Sementara itu, pelat harimau emas digunakan untuk memobilisasi dan memerintah Pasukan Cangwu, pasukan elit kekaisaran paling kuat dan paling besar di antara Pasukan Shenwu dan Pasukan Huangyu.

Setelah Lu Yuan mati, kedua benda itu tiba-tiba menghilang. Lu Zheng sudah memerintahkan orang untuk mencarinya di Aula Wende, aula istana Kaisar Yangle. Janda Permaisuri menutup istana itu setelah anaknya mati, dan hanya orang dengan izin khusus yang dapat masuk.

Walau Lu Zheng punya izin khusus, dia tetap tidak bisa menemukannya. Orang-orangnya sudah mencarinya di seluruh tempat, namun keberadaan kedua benda tersebut seakan hilang ditelan bumi.

Kedua benda tersebut seolah-olah ikut lenyap bersama nyawa Lu Yuan, pergi ke neraka bersamanya. Ini membuat Lu Zheng sangat marah.

Masalah segel emas, bisa saja diatasi setelah berganti dinasti. Pada saat kritis seperti ini, mereka tidak punya pilihan selain menunjuknya sebagai Kaisar baru. Tapi masalah pelat pasukan, rasanya akan sangat sulit bertahan jika dia tidak segera menemukannya.

Sudah jadi hantu pun, Lu Yuan masih saja mengganggu!

...***...

Gong Zichen bersin beberapa kali.

Hawa dingin dari musim dingin ini membuat tubuhnya tidak nyaman. Musim dingin di perbatasan lebih dingin dan lebih parah, tubuhnya seharusnya sudah terbiasa.

Musim dingin di ibukota sedikit lebih hangat, tapi entah mengapa tubuhnya justru jadi rentan. Gong Zichen sampai harus mengenakan dua mantel tebal untuk menjaga suhu tubuhnya tetap hangat.

Dia berdiri di dekat jendela yang sedikit terbuka. Pemandangan malam di kediamannya seperti pemandangan hutan di perbatasan, karena Gong Zichen telah mengaturnya seperti perbatasan. Itu membuatnya sedikit rindu, tapi ia tahu bahwa kerinduan itu tidak bisa dilampiaskan saat ini.

Dibanding tanah perbatasan yang sederhana dan rawan konflik, ibukota lebih sulit dipahami. Ibukota adalah sarangnya penjahat bermuka dua.

Menteri dan pejabat lebih sulit dihadapi daripada ratusan tentara. Pemikiran mereka lebih sukar ditebak dan tindakannya tidak dapat diprediksi dengan tepat.

Ibukota adalah tempat yang jauh lebih rumit daripada medan perang. Gong Zichen sudah berada di sini selama hampir dua bulan, tapi dia belum menemukan petunjuk apapun terkait bencana yang menimpa kakeknya dua puluh tahun lalu.

Alih-alih, dia justru malah dipertemukan dengan Zhao Yue, yang menurutnya seperti labirin tanpa jalan keluar.

“Tuan, Nona Ketiga pergi keluar ibukota setelah keluar dari restoran dan baru kembali malam ini,” seorang bawahan Gong Zichen datang melapor. Dia ditugaskan mengawasi gerak-gerik Nona Ketiga Perdana Menteri dan mengkutinya.

“Ke mana dia pergi?”

“Makam kekaisaran. Saya tidak dapat masuk karena Nona Ketiga mengaktifkan mekanisme dan mengubah jalan menjadi labirin.”

Sudut mulut Gong Zichen terangkat. Menarik!

Seorang Nona Ketiga Perdana Menteri yang lemah dan tidak berguna, yang sepanjang hidupnya dihabiskan di kediaman secara terasing dan tidak dekat dengan siapapun, pergi ke makam kekaisaran seorang diri?

Dia bahkan bisa tahu dan bisa mengaktifkan mekanisme, bukankah ini aneh?

Semakin dipikirkan, Gong Zichen semakin penasaran. Menurutnya, Nona Ketiga adalah orang misterius. Jika tidak pernah keluar kediaman dan tidak dekat dengan siapapun, mengapa dia bisa pergi ke makam kekaisaran dan mengaktifkan mekanismenya? Tampaknya, Nona Ketiga tidak sesederhana itu.

“Baiklah, aku sudah tahu. Terus awasi dia dan laporkan perkembangannya padaku,” ucap Gong Zichen. Bawahannya mengangguk dan dalam sekejap sudah menghilang.

Mo Yunfei masuk sembari membawa nampan yang di atasnya terdapat sepiring camilan dan teko air panas. Dia khawatir pada kondisi tuannya. Sejak masuk ibukota, tubuh tuannya jadi sedikit rentan terhadap suhu dingin.

Padahal, perbatasan jauh lebih parah. Di sini, dia bahkan memerlukan lebih dari satu tungku untuk menghangatkan ruangan.

“Tuan, apakah tidak sebaiknya kita kembali ke perbatasan? Kaisar Yangle sudah dimakamkan dan kaisar baru akan segera naik takhta. Ibukota bukan tempat yang bagus dan sangat berbahaya. Kita juga tidak dapat menemukan petunjuk apapun terkait kejadian dua puluh tahun lalu.”

“Semakin sulit ditemukan, maka semakin besar rahasia di baliknya. Selain itu, ibukota mungkin tidak seperti yang kau bayangkan,” ujar Gong Zichen.

Dia kembali teringat pada Nona Ketiga, yang sangat berbeda dengan rumor. Semakin dipikirkan, maka semakin menarik.

“Tapi, kita tidak tahu seperti apa sifat Kaisar yang baru. Aku khawatir dia akan mengincarmu untuk mendapat kuasa atas Pasukan Shenwu.”

“Pasukan Shenwu milik kekaisaran. Jika dia menginginkannya, maka berikan saja.”

“Tidak bisa! Jika pelat perintah Pasukan Shenwu jatuh ke tangan orang yang tidak tepat, maka akan menjadi bencana! Tuan, jangan bicara begitu!”

“Untuk apa kau panik? Kau pikir aku tidak tahu? Selain itu, pelat perintah bukan benda yang bisa didapatkan dengan mudah.”

Gong Zichen jelas tahu konsekuensi kedatangannya ke ibukota. Dia hidup untuk mengamankan perbatasan sepanjang tahun sehingga dia mendapat izin untuk memimpin Pasukan Shenwu.

Dia kembali ke ibukota saat masa kacau. Tidak menutup kemungkinan kaisar baru akan mengincarnya untuk mendapatkan kembali Pasukan Shenwu.

“Kapan upacara kenaikan takhtanya dilaksanakan?” tanya Gong Zichen.

Mo Yunfei kemudian menjawab, “Besok.”

Gong Zichen mengangguk sembari tersenyum. Sudah saatnya dia menjenguk separuh menteri lama yang tersisa dan menyapa kaisar baru.

Terpopuler

Comments

An

An

bagus bgt ceritanya

2024-02-25

2

Fifid Dwi Ariyani

Fifid Dwi Ariyani

trusceria

2024-01-21

0

Derajat

Derajat

Pemikiran yg jitu Gong

2024-01-08

0

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1: Apakah Posisi Pangeran Mahkota Tidak Cukup Bagimu?
2 Chapter 2: Kamu Adalah Nona Ketiga
3 Chapter 3: Zhao Lin, Kamu Tidak Layak!
4 Chapter 4: Marquis Yongping Bukan Orang yang Menarik
5 Chapter 5: Keluarga Sampah
6 Chapter 6: Ayah yang Buruk
7 Chapter 7: Istri, Kita Bertemu Lagi!
8 Chapter 8: Separuh Menteri Mati
9 Chapter 9: Mayat yang Terbakar Seperti Daging Panggang
10 Chapter 10: Sudah Jadi Hantu Juga Masih Mengganggu
11 Chapter 11: Kaisar Baru Tidak Akan Sukses
12 Chapter 12: Aku Curiga Mereka Berkonspirasi
13 Chapter 13: Perdana Menteri, Kamu Tidak Adil!
14 Chapter 14: Kaisar, Mohon Selesaikan Titah!
15 Chapter 15: Apakah Kamu Puas?
16 Chapter 16: Ayah, Putri Ketigamu Sungguh Keterlaluan
17 Chapter 17: Sampai Jumpa Lagi, Istri!
18 Chapter 18: Ibu, Buat Marquis Membencinya!
19 Chapter 19: Penyusup
20 Chapter 20: Aku Akan Menikah Denganmu
21 Chapter 21: Siapa Bilang Dia Hilang?
22 Chapter 22: Hadiah Pertunangan Itu Milikku!
23 Chapter 23: Calon Istri Marquis Tidak Sederhana
24 Chapter 24: Menteri Bermasalah
25 Chapter 25: Pikirkan Hal yang Lebih Besar!
26 Chapter 26: Masa Lalu Saudara Sepupu
27 Chapter 27: Kecuali Jika Aku Mati
28 Chapter 28: Mengambil Satu Persatu
29 Chapter 29: Kau Ingin Aku Membantunya Kawin Lari?
30 Chapter 30: Jika Dia Tiada, Posisi Ibu Suri yang Kosong Menjadi Milikmu
31 Chapter 31: Gaun Pernikahan Mewah
32 Chapter 32: Kunjungan Terakhir
33 Chapter 33: Ada Orang yang Ingin Mencelakaimu
34 Chapter 34: Hari Pernikahan Marquis adalah Hari Bahagia
35 Chapter 35: Ayo Tidur Bersama!
36 Chapter 36: Rahmat Sepanjang Hidup
37 Chapter 37: Tidak Mau Mengalah
38 Chapter 38: Menjadi Sebuah Peringatan
39 Chapter 39: Menguntungkan Orang Lain
40 Chapter 40: Keterlibatan Mendiang Kaisar
41 Chapter 41: Kekaisaran Berutang Padamu
42 Chapter 42: Mengubur Zhao Yue
43 Chapter 43: Kehidupan Setelah Kematian
44 Chapter 44: Membidik Keluarga Rong
45 Chapter 45: Izinkan Aku Membantumu
46 Chapter 46: Utang Nyawa Cao Wenyu
47 Chapter 47: Orang yang Gelisah
48 Chapter 48: Pelajaran dari Ayah Mertua
49 Chapter 49: Perihal Membuka Hati
50 Chapter 50: Hati yang Terperangkap Masa Lalu
51 Chapter 51: Aku Benar-Benar Minta Maaf
52 Chapter 52: Menghabisi Janda Permaisuri
53 Chapter 53: Beritahu Aku Siapa Informanmu!
54 Chapter 54: Tugas dari Kaisar Yangle
55 Chapter 55: Jelek dan Miskin
56 Chapter 56: Harus Dibesarkan
57 Chapter 57: Jalan Penuh Duri dan Darah
58 Chapter 58: Jamuan Beracun
59 Chapter 59: Apakah Istri Marquis Sudah Gila?
60 Chapter 60: Aku Menginginkanmu
61 Chapter 61: Biarkan Aku Memilikinya
62 Chapter 62: Ikatan Takdir
63 Chapter 63: Kambing Hitam
64 Chapter 64: Lebih Mudah Mencapai Tujuan
65 Chapter 65: Aku Ingin Bertahan
66 Chapter 66: Ayah, Kenapa Kau Menyusahkanku?
67 Chapter 67: Istri, Mari Ulangi Lagi
68 Chapter 68: Berpikir Tentang Keturunan
69 Chapter 69: Tanda Permaisuri
70 Chapter 70: Jaring Laba-Laba
71 Chapter 71: Darah Selir Agung
72 Chapter 72: Kematian Selir Agung
73 Chapter 73: Kaisar Tidak Akan Mempertahankan Orang Tidak Berguna
74 Chapter 74: Menenangkan Keluarga Gu
75 Chapter 75: Makam Sendiri
76 Chapter 76: Marquis, Cuka Milikmu Tumpah!
77 Chapter 77: Mulai Jatuh
78 Chapter 78: Perihal Raja-Raja
79 Chapter 79: Rahasia Istana Wende
80 Chapter 80: Ruang Kosong
81 Chapter 81: Makan Malam
82 Chapter 82: Perintah Pengurungan
83 Chapter 83: Kau Tidak Pantas Bicara Soal Kepuasan!
84 Chapter 84: Berjalan Bersama
85 Chapter 85: Menuntut Tanggung Jawab
86 Chapter 86: Pertemuan
87 Chapter 87: Melepaskan Perdana Menteri
88 Chapter 88: Mari Bertaruh
89 Chapter 89: Saat-Saat Genting
90 Chapter 90: Pemberangkatan Pasukan
91 Chapter 91: Pengaturan Praktis
92 Chapter 92: Marquis, Bertahanlah!
93 Chapter 93: Jamuan Akhir Musim Panas
94 Chapter 94: Kau Datang Terlambat
95 Chapter 95: Pengunduran Diri
96 Chapter 96: Kebenaran yang Terkubur
97 Chapter 97: Kemenangan
98 Chapter 98: Takhta Baru
99 PEMBERITAHUAN KARYA BARU!!
Episodes

Updated 99 Episodes

1
Chapter 1: Apakah Posisi Pangeran Mahkota Tidak Cukup Bagimu?
2
Chapter 2: Kamu Adalah Nona Ketiga
3
Chapter 3: Zhao Lin, Kamu Tidak Layak!
4
Chapter 4: Marquis Yongping Bukan Orang yang Menarik
5
Chapter 5: Keluarga Sampah
6
Chapter 6: Ayah yang Buruk
7
Chapter 7: Istri, Kita Bertemu Lagi!
8
Chapter 8: Separuh Menteri Mati
9
Chapter 9: Mayat yang Terbakar Seperti Daging Panggang
10
Chapter 10: Sudah Jadi Hantu Juga Masih Mengganggu
11
Chapter 11: Kaisar Baru Tidak Akan Sukses
12
Chapter 12: Aku Curiga Mereka Berkonspirasi
13
Chapter 13: Perdana Menteri, Kamu Tidak Adil!
14
Chapter 14: Kaisar, Mohon Selesaikan Titah!
15
Chapter 15: Apakah Kamu Puas?
16
Chapter 16: Ayah, Putri Ketigamu Sungguh Keterlaluan
17
Chapter 17: Sampai Jumpa Lagi, Istri!
18
Chapter 18: Ibu, Buat Marquis Membencinya!
19
Chapter 19: Penyusup
20
Chapter 20: Aku Akan Menikah Denganmu
21
Chapter 21: Siapa Bilang Dia Hilang?
22
Chapter 22: Hadiah Pertunangan Itu Milikku!
23
Chapter 23: Calon Istri Marquis Tidak Sederhana
24
Chapter 24: Menteri Bermasalah
25
Chapter 25: Pikirkan Hal yang Lebih Besar!
26
Chapter 26: Masa Lalu Saudara Sepupu
27
Chapter 27: Kecuali Jika Aku Mati
28
Chapter 28: Mengambil Satu Persatu
29
Chapter 29: Kau Ingin Aku Membantunya Kawin Lari?
30
Chapter 30: Jika Dia Tiada, Posisi Ibu Suri yang Kosong Menjadi Milikmu
31
Chapter 31: Gaun Pernikahan Mewah
32
Chapter 32: Kunjungan Terakhir
33
Chapter 33: Ada Orang yang Ingin Mencelakaimu
34
Chapter 34: Hari Pernikahan Marquis adalah Hari Bahagia
35
Chapter 35: Ayo Tidur Bersama!
36
Chapter 36: Rahmat Sepanjang Hidup
37
Chapter 37: Tidak Mau Mengalah
38
Chapter 38: Menjadi Sebuah Peringatan
39
Chapter 39: Menguntungkan Orang Lain
40
Chapter 40: Keterlibatan Mendiang Kaisar
41
Chapter 41: Kekaisaran Berutang Padamu
42
Chapter 42: Mengubur Zhao Yue
43
Chapter 43: Kehidupan Setelah Kematian
44
Chapter 44: Membidik Keluarga Rong
45
Chapter 45: Izinkan Aku Membantumu
46
Chapter 46: Utang Nyawa Cao Wenyu
47
Chapter 47: Orang yang Gelisah
48
Chapter 48: Pelajaran dari Ayah Mertua
49
Chapter 49: Perihal Membuka Hati
50
Chapter 50: Hati yang Terperangkap Masa Lalu
51
Chapter 51: Aku Benar-Benar Minta Maaf
52
Chapter 52: Menghabisi Janda Permaisuri
53
Chapter 53: Beritahu Aku Siapa Informanmu!
54
Chapter 54: Tugas dari Kaisar Yangle
55
Chapter 55: Jelek dan Miskin
56
Chapter 56: Harus Dibesarkan
57
Chapter 57: Jalan Penuh Duri dan Darah
58
Chapter 58: Jamuan Beracun
59
Chapter 59: Apakah Istri Marquis Sudah Gila?
60
Chapter 60: Aku Menginginkanmu
61
Chapter 61: Biarkan Aku Memilikinya
62
Chapter 62: Ikatan Takdir
63
Chapter 63: Kambing Hitam
64
Chapter 64: Lebih Mudah Mencapai Tujuan
65
Chapter 65: Aku Ingin Bertahan
66
Chapter 66: Ayah, Kenapa Kau Menyusahkanku?
67
Chapter 67: Istri, Mari Ulangi Lagi
68
Chapter 68: Berpikir Tentang Keturunan
69
Chapter 69: Tanda Permaisuri
70
Chapter 70: Jaring Laba-Laba
71
Chapter 71: Darah Selir Agung
72
Chapter 72: Kematian Selir Agung
73
Chapter 73: Kaisar Tidak Akan Mempertahankan Orang Tidak Berguna
74
Chapter 74: Menenangkan Keluarga Gu
75
Chapter 75: Makam Sendiri
76
Chapter 76: Marquis, Cuka Milikmu Tumpah!
77
Chapter 77: Mulai Jatuh
78
Chapter 78: Perihal Raja-Raja
79
Chapter 79: Rahasia Istana Wende
80
Chapter 80: Ruang Kosong
81
Chapter 81: Makan Malam
82
Chapter 82: Perintah Pengurungan
83
Chapter 83: Kau Tidak Pantas Bicara Soal Kepuasan!
84
Chapter 84: Berjalan Bersama
85
Chapter 85: Menuntut Tanggung Jawab
86
Chapter 86: Pertemuan
87
Chapter 87: Melepaskan Perdana Menteri
88
Chapter 88: Mari Bertaruh
89
Chapter 89: Saat-Saat Genting
90
Chapter 90: Pemberangkatan Pasukan
91
Chapter 91: Pengaturan Praktis
92
Chapter 92: Marquis, Bertahanlah!
93
Chapter 93: Jamuan Akhir Musim Panas
94
Chapter 94: Kau Datang Terlambat
95
Chapter 95: Pengunduran Diri
96
Chapter 96: Kebenaran yang Terkubur
97
Chapter 97: Kemenangan
98
Chapter 98: Takhta Baru
99
PEMBERITAHUAN KARYA BARU!!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!