Chapter 19: Penyusup

Lu Yuan menyelinap ke dalam istana kekaisaran ketika malam sudah tiba. Dia mengenakan pakaian serba hitam yang menyamarkannya dengan kegelapan malam.

Karena dia sudah sangat hafal rute dan tata letak istana, mudah baginya untuk melewati titik buta pengawasan prajurit kekaisaran yang berpatroli.

Tidak ada hal lain, Lu Yuan hanya ingin mengambil sesuatu dari aulanya. Meski dia bisa memohon pada Janda Permaisuri untuk memberinya izin memasuki Aula Wende, namun itu akan sangat canggung dan Lu Yuan juga tidak ingin membuat ibunya bergerak terlalu banyak.

Jalan yang sulit ini akan dilaluinya seberapa besarpun tantangannya. Lu Yuan sejak awal sudah bertekad akan membalaskan kematiannya dan mengungkap kebusukan sampah-sampah pengadilan dan Lu Zheng, mengeksposnya dan membuat mereka menerima sanksi yang tidak termaafkan.

Jadi sebisa mungkin dia tidak akan melibatkan keluarganya lagi dan mendorongnya ke situasi yang sulit. Dia juga tidak ingin menciptakan kebingungan untuk Janda Permaisuri atas segala tindakannya.

Istana Wende dijaga dengan ketat. Prajurit yang berpatroli di sana jumlahnya lebih banyak daripada di tempat lain.

Ini dikarenakan semasa Lu Yuan hidup sebagai Kaisar Yangle, ibunya telah mengkhawatirkannya sepanjang waktu dan menempatkan banyak prajurit untuk menjaganya.

Tujuannya hanya untuk mencegah orang luar bertindak menggunakan kesempatan saat Lu Yuan lengah dan melepaskan identitasnya sejenak setiap malam.

Setelah meninggal, maka penjagaan bisa jadi lebih ketat karena Janda Permaisuri menaruh curiga pada peristiwa tragis itu. Aula Wende memiliki banyak benda penting yang terkait dengan Lu Yuan dan negara, sehingga tidak sembarang orang bisa memasukinya.

Lu Yuan menggunakan kesempatan saat penjagaan mengendur untuk masuk. Di depan pintu istana, dia berdiri dengan ragu. Tangannya terulur meraih kunci yang dipasang di sana, lalu pikirannya melayang pada masa beberapa bulan sebelum dirinya mati.

Aula Wende adalah tempatnya menghabiskan waktu sepanjang hari. Aula Wende membawa ingatannya kepada Li Jing, yang sekarang sudah menjadi tulang belulang.

Kepala kasim itu begitu setia dan melindunginya. Rasa sakit akan pengkhianatan dan kematian yang tidak adil membuat Lu Yuan kembali membulatkan tekad.

“Aku harus masuk,” dia meyakinkan dirinya.

Lu Yuan meraih jepit rambut pemberian Janda Permaisuri yang sempat menjadi senjata untuk menjebaknya. Dia menggunakannya sebagai kunci untuk membuka gembok tersebut. Setelah bunyi ‘krek’ terdengar, Lu Yuan segera menyingkirkan gembok tersebut dan membuka pintu istana.

Dia menyelinap dan kembali menutupnya. Untuk sesaat, dia tertegun menatap interior Aula Wende yang masih sama seperti sebelumnya.

Kursi kerjanya, lemari bukunya, furniturnya, segalanya masih tertata rapi seperti dulu. Tidak ada yang berubah, tidak ada yang bergeser sedikitpun.

Tanpa sadar, dia meneteskan air matanya. Menahan segala rasa sakit dari kehidupan masa lalu, dia berjalan ke belakang lemari buku. Lu Yuan membuka sebuah laci, mengangkat beberapa tumpuk buku dari sana untuk menemukan sebuah kunci mekanisme.

Setelah ditemukan, dia menekannya dan sebuah ruangan rahasia muncul setelah lemari bergeser ke arah kanan.

Ruang rahasia itu dipenuhi dengan tumpukan dokumen berisi laporan kejahatan para menteri korup dan benda-benda langka miliknya. Selain Li Jing, tidak ada yang tahu letak ruang rahasia itu.

Lu Yuan mengambil sebuah kotak dan mengambil sebuah pelat darinya. Itu adalah pelat harimau emas yang berfungsi sebagai pengendali Pasukan Cangwu, pasukan elit militer paling kuat yang dimiliki oleh kekaisaran.

Itu adalah benda yang susah payah dicari oleh Lu Zheng, namun tidak berhasil ditemukan karena hanya Lu Yuan dan Li Jing saja yang tahu di mana dia menyimpannya.

Li Jing sudah mati, sementara Lu Yuan secara fisik juga sudah mati. Maka, kecuali Lu Zheng meratakan seluruh istana, sampai kapan pun dia tidak akan pernah menemukannya.

Lu Yuan bersyukur karena dia diberikan kesempatan hidup, sehingga dia bisa mengambil kembali pelat tersebut dan membuat keberadaan Pasukan Cangwu tidak sia-sia.

Tiga pasukan besar kekaisaran – Shenwu, Huangyu, dan Cangwu, semuanya adalah pasukan elit militer. Pasukan Shenwu ada di bawah kendali Marquis Yongping – Gong Zichen dan telah ditugaskan melindungi perbatasan selama bertahun-tahun.

Pasukan Huangyu, kendalinya ada pada Jenderal Gu – Gu Xiaoran dan telah mendiami kamp militer Jiulin di barat daya ibukota. Sementara itu, Pasukan Cangwu ada di bawah kendali Lu Yuan dan hanya bisa digerakkan dalam kondisi darurat.

Pasukan Huangyu punya jumlah paling banyak. Meskipun begitu, ketiga pasukan tersebut sama-sama kuat.

Mereka hanya akan digerakkan untuk melindungi perbatasan negara, ibukota, dan juga istana kekaisaran dan menghindarkan orang-orang dari bahaya peperangan. Jika terjadi serangan, maka ketiga pasukan ini akan bergerak selama Lu Yuan memerintahkannya.

Tentara kekaisaran yang menjaga istana, sebetulnya terdiri dari campuran ketiga pasukan tersebut. Hanya saja identitas mereka dirahasiakan sehingga mereka memiliki identitas ganda.

Mendiang ayahnya sudah mengaturnya untuk Lu Yuan, namun sayang sekali Lu Yuan harus mati di tengah jalan.

Lu Yuan menyimpan kotak kosong tersebut dan beralih meraih kotak lainnya. Kali ini, dia mengeluarkan segel giok emas yang juga dicari oleh Lu Zheng.

Namun, keberadaan segel giok ini sepertinya belum saatnya diambil. Dia menyimpannya lagi ke tempatnya semula.

Tiba-tiba, dia mendengar suara dari luar sana.

“Penyusup! Cepat cari penyusupnya!”

Seperti yang diharapkan, insting pasukan prajurit kekaisaran sangat tajam dan teliti. Lu Yuan tahu sudah saatnya dia keluar dan melarikan diri. Melalui celah, dia menyelinap keluar dari Aula Wende. Sayangnya, dia lengah dan prajurit melihatnya.

“Itu dia! Tangkap penyusup itu!”

Keributan besar terjadi di tengah malam. Semua pasukan bergerak mengejar Lu Yuan. Bahkan Istana Timur yang masih didiami Lu Zheng juga tidak luput dari keributan.

Lu Zheng marah besar dan menyuruh semua prajurit menangkapnya hidup atau mati. Kemarahannya itu membuat para prajurit segera melarikan dirinya.

Lu Yuan bersembunyi di beberapa titik. Saat situasi mulai memberinya kesempatan, dia melompati tembok istana dengan ilmu terbangnya.

Namun, dia harus jatuh karena prajurit yang melihatnya melesatkan anak panah dan melukai punggung kanannya. Lu Yuan segera bangkit dan melarikan diri meskipun darah mulai menetes dari lukanya.

Malam hari, dia buta arah. Lu Yuan kesulitan mencari jalan menuju kediaman Perdana Menteri. Prajurit pasti mengikuti jejak darahnya dan akan segera menemukannya.

Lu Yuan bertaruh dengan bulan, mencoba keberuntungannya dan berlari ke arah utara. Dia tiba di belakang kediaman seseorang, lalu melompat ke kediaman tersebut.

Untungnya tidak ada pelayan di kediaman tersebut. Hanya ada beberapa penjaga yang berpatroli. Lu Yuan diam-diam berjalan menuju sebuah bangunan. Kemudian, dia masuk ke dalamnya sembari menahan rasa sakit dan menahan lukanya agar tidak merembeskan darah lagi.

Kehadirannya membuat pemilik bangunan itu terkejut.

“Istri?”

Lu Yuan sama terkejutnya. Astaga! Kediaman yang disusupinya ternyata kediaman Marquis Yongping!

Lu Yuan melihat Gong Zichen sedang menatapnya penuh tanya. Sudah terlambat untuk keluar sekarang, Lu Yuan tidak akan bisa menghindari kejaran prajurit jika berkeliaran di jalanan lagi.

“Apa yang terjadi?”

Gong Zichen menghampirinya. Dia jadi panik saat melihat tangan Lu Yuan berlumur darah. Saat dia melihatnya, ternyata sebuah anak panah tertancap di punggung kanannya dan menjadi sumber darah itu.

Gadis ini… apa yang telah dia lakukan sampai dipanah seperti burung?

Lu Yuan tidak punya tenaga untuk bicara lebih banyak, “Bantu aku…”

Sebelum Gong Zichen bicara lebih lanjut, Lu Yuan sudah pingsan. Tubuhnya ditopang oleh pria itu dan dia segera membawanya menuju tempat tidur.

Gong Zichen setengah membaliknya, dia memperhatikan panah yang tertusuk di punggungnya dan mendapati itu adalah panah prajurit kekaisaran.

Gadis ini baru saja menyelinap ke istana? Untuk apa?

“Tuan! Apakah Tuan belum tidur?” Mo Yunfei berteriak dari luar.

“Ada apa?”

“Tuan, prajurit kekaisaran sedang mengejar seorang penyusup. Perlukah kita membantu mereka?”

Jika penyusup yang dimaksud adalah Lu Yuan, tentu saja Gong Zichen tidak akan membantu mencari. Itu sama saja menyerahkan Lu Yuan kepada para prajurit dan artinya pelarian Lu Yuan sia-sia.

Gadis ini susah payah melarikan diri dan bersembunyi ke kediamannya, Gong Zichen tentu harus melindunginya!

“Biarkan mereka bekerja!”

“Baik, Tuan.”

Setelah yakin Mo Yunfei pergi, Gong Zichen mengambil peralatan obatnya. Meski dia seorang perwira militer, dia memahami ilmu medis.

Dia memiliki garis keturunan tabib kekaisaran dari kakek di pihak ibu dan dia pikir keterampilan medis penting untuk medan perang.

Lu Yuan perlahan mendapatkan kesadarannya kembali. Matanya berkunang-kunang namun masih bisa melihat objek dengan samar-samar.

Dia melihat Gong Zichen membuka kotak medis, lalu dengan suara lemah dia berkata, “Gong Zichen…”

Gong Zichen menoleh. Matanya dipenuhi kepanikan. “Aku di sini. Aku akan membantumu mengatasi lukanya lebih dulu.”

Lu Yuan sangat lemah karena kehabisan banyak darah. Dia mengangguk dan memberikan izin pada Gong Zichen untuk membuka pakaiannya.

Ini adalah kondisi darurat, jadi semua pantangan dilanggar demi keselamatan. Lu Yuan sebetulnya sama sekali tidak keberatan, namun dengan identitas barunya, setidaknya dia harus memiliki sedikit kepedulian tentang itu.

Meski dia mengizinkan pria itu untuk membuka pakaiannya, Gong Zichen tidak melakukan hal yang berlebihan.

Singkatnya, dia tidak mencari kesempatan dalam kesempitan. Gong Zichen hanya merobak pakaian di bagian kanan Lu Yuan, yang berhubungan langsung dengan luka di punggungnya.

Ketika dia melihat panah itu tertancap di kulit punggung kanan Lu Yuan, dia tertegun. Selain anak panah, ada beberapa bekas luka lama yang tertutup rembesan darah.

Itu mungkin berasal dari penyiksaan yang diterimanya di masa lalu. Dia buru-buru menyadarkan diri, “Aku akan mengeluarkan panahnya. Ini mungkin akan sangat sakit.”

“Lakukan saja,” lirih Lu Yuan.

Lu Yuan meraih selimut dan menggigit ujungnya saat anak panah yang menancap dalam di punggungnya ditarik keluar secara perlahan.

Sejak kecil, pantang baginya berteriak kesakitan. Dia pura-pura tegar saat merasakan dagingnya seperti dikoyak oleh benda tajam.

Meski Lu Yuan menahannya, namun Gong Zichen tahu dengan jelas gadis itu sangat kesakitan. Tubuhnya bergetar dan keringatnya mengucur deras.

Darah menyembur lagi, dan Gong Zichen segera menekannya. Setelah pendarahan berhenti, dia membersigkan lukanya dan menjahitnya.

Saat hendak menutup luka, dia kebingungan. Perbannya seharusnya dibuat memutar hingga ke punggung dan bahu kiri. Tapi, pakaian Lu Yuan hanya robek di bagian kanan.

Lu Yuan mengerti kebingungannya, dia berkata, “Aku sudah mengizinkanmu merobek semuanya. Mengapa kau masih ragu?”

“Ish, istri, meski begitu, aku tidak boleh tidak menghormatimu.”

“Kalau kau menundanya, lukaku akan terbuka lagi.”

“Kalau begitu aku tidak akan sungkan lagi.”

Tiba-tiba Lu Yuan sadar dia sudah dipermainkan. Tidak ada tenaga untuk mendebatnya saat ini. Dia hanya pasrah saat Gong Zichen merobek semua pakaian atasnya dan membalut lukanya dengan perban.

Dia tanpa sengaja menangkap mata Gong Zichen yang terarah ke hal lain. Diam-diam Lu Yuan menyunggingkan senyum kecilnya.

Pria ini suka menggodanya sepanjang hari, tapi di saat seperti ini, dia sangat menghormatinya. Dia bahkan tidak berani melihat ke arah dadanya meski area itu tertutup sisa kain penutup seperti pakaian dalam.

Bahkan setelah selesai membalut luka, Gong Zichen tidak berani menatapnya secara langsung.

“Aku akan mengambilkan pakaian ganti dan sup untuk menenangkanmu. Tunggulah di sini.”

Setelah Gong Zichen keluar, Lu Yuan merenung. Dia hampir tertangkap kali ini dan tidak menjamin akan lolos di kemudian hari.

Agendanya sangat banyak dan ini hanya permulaan. Jika ingin memiliki jalan, dia harus memilih mengandalkan seseorang. Ia sadar dia tidak bisa melakukan semuanya sendirian.

Sikap Gong Zichen padanya, cara dia menatapnya, mengobatinya, dan juga rasa hormatnya, mau tidak mau membuat hati Lu Yuan tersentuh.

Apakah pada akhirnya dia goyah dan gagal mempertahankan kegigihannya? Haruskah dia mulai mempercayai Gong Zichen?

Terpopuler

Comments

Nur Hayati

Nur Hayati

ayooo percaya, ... kalau ini biarkan seseorang berada d disisimu dan menyayangimu

2024-01-28

1

Fifid Dwi Ariyani

Fifid Dwi Ariyani

trussabar

2024-01-21

0

sunflower01

sunflower01

percaya lah dgn gong zichen ...lu Yuan

2023-11-11

2

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1: Apakah Posisi Pangeran Mahkota Tidak Cukup Bagimu?
2 Chapter 2: Kamu Adalah Nona Ketiga
3 Chapter 3: Zhao Lin, Kamu Tidak Layak!
4 Chapter 4: Marquis Yongping Bukan Orang yang Menarik
5 Chapter 5: Keluarga Sampah
6 Chapter 6: Ayah yang Buruk
7 Chapter 7: Istri, Kita Bertemu Lagi!
8 Chapter 8: Separuh Menteri Mati
9 Chapter 9: Mayat yang Terbakar Seperti Daging Panggang
10 Chapter 10: Sudah Jadi Hantu Juga Masih Mengganggu
11 Chapter 11: Kaisar Baru Tidak Akan Sukses
12 Chapter 12: Aku Curiga Mereka Berkonspirasi
13 Chapter 13: Perdana Menteri, Kamu Tidak Adil!
14 Chapter 14: Kaisar, Mohon Selesaikan Titah!
15 Chapter 15: Apakah Kamu Puas?
16 Chapter 16: Ayah, Putri Ketigamu Sungguh Keterlaluan
17 Chapter 17: Sampai Jumpa Lagi, Istri!
18 Chapter 18: Ibu, Buat Marquis Membencinya!
19 Chapter 19: Penyusup
20 Chapter 20: Aku Akan Menikah Denganmu
21 Chapter 21: Siapa Bilang Dia Hilang?
22 Chapter 22: Hadiah Pertunangan Itu Milikku!
23 Chapter 23: Calon Istri Marquis Tidak Sederhana
24 Chapter 24: Menteri Bermasalah
25 Chapter 25: Pikirkan Hal yang Lebih Besar!
26 Chapter 26: Masa Lalu Saudara Sepupu
27 Chapter 27: Kecuali Jika Aku Mati
28 Chapter 28: Mengambil Satu Persatu
29 Chapter 29: Kau Ingin Aku Membantunya Kawin Lari?
30 Chapter 30: Jika Dia Tiada, Posisi Ibu Suri yang Kosong Menjadi Milikmu
31 Chapter 31: Gaun Pernikahan Mewah
32 Chapter 32: Kunjungan Terakhir
33 Chapter 33: Ada Orang yang Ingin Mencelakaimu
34 Chapter 34: Hari Pernikahan Marquis adalah Hari Bahagia
35 Chapter 35: Ayo Tidur Bersama!
36 Chapter 36: Rahmat Sepanjang Hidup
37 Chapter 37: Tidak Mau Mengalah
38 Chapter 38: Menjadi Sebuah Peringatan
39 Chapter 39: Menguntungkan Orang Lain
40 Chapter 40: Keterlibatan Mendiang Kaisar
41 Chapter 41: Kekaisaran Berutang Padamu
42 Chapter 42: Mengubur Zhao Yue
43 Chapter 43: Kehidupan Setelah Kematian
44 Chapter 44: Membidik Keluarga Rong
45 Chapter 45: Izinkan Aku Membantumu
46 Chapter 46: Utang Nyawa Cao Wenyu
47 Chapter 47: Orang yang Gelisah
48 Chapter 48: Pelajaran dari Ayah Mertua
49 Chapter 49: Perihal Membuka Hati
50 Chapter 50: Hati yang Terperangkap Masa Lalu
51 Chapter 51: Aku Benar-Benar Minta Maaf
52 Chapter 52: Menghabisi Janda Permaisuri
53 Chapter 53: Beritahu Aku Siapa Informanmu!
54 Chapter 54: Tugas dari Kaisar Yangle
55 Chapter 55: Jelek dan Miskin
56 Chapter 56: Harus Dibesarkan
57 Chapter 57: Jalan Penuh Duri dan Darah
58 Chapter 58: Jamuan Beracun
59 Chapter 59: Apakah Istri Marquis Sudah Gila?
60 Chapter 60: Aku Menginginkanmu
61 Chapter 61: Biarkan Aku Memilikinya
62 Chapter 62: Ikatan Takdir
63 Chapter 63: Kambing Hitam
64 Chapter 64: Lebih Mudah Mencapai Tujuan
65 Chapter 65: Aku Ingin Bertahan
66 Chapter 66: Ayah, Kenapa Kau Menyusahkanku?
67 Chapter 67: Istri, Mari Ulangi Lagi
68 Chapter 68: Berpikir Tentang Keturunan
69 Chapter 69: Tanda Permaisuri
70 Chapter 70: Jaring Laba-Laba
71 Chapter 71: Darah Selir Agung
72 Chapter 72: Kematian Selir Agung
73 Chapter 73: Kaisar Tidak Akan Mempertahankan Orang Tidak Berguna
74 Chapter 74: Menenangkan Keluarga Gu
75 Chapter 75: Makam Sendiri
76 Chapter 76: Marquis, Cuka Milikmu Tumpah!
77 Chapter 77: Mulai Jatuh
78 Chapter 78: Perihal Raja-Raja
79 Chapter 79: Rahasia Istana Wende
80 Chapter 80: Ruang Kosong
81 Chapter 81: Makan Malam
82 Chapter 82: Perintah Pengurungan
83 Chapter 83: Kau Tidak Pantas Bicara Soal Kepuasan!
84 Chapter 84: Berjalan Bersama
85 Chapter 85: Menuntut Tanggung Jawab
86 Chapter 86: Pertemuan
87 Chapter 87: Melepaskan Perdana Menteri
88 Chapter 88: Mari Bertaruh
89 Chapter 89: Saat-Saat Genting
90 Chapter 90: Pemberangkatan Pasukan
91 Chapter 91: Pengaturan Praktis
92 Chapter 92: Marquis, Bertahanlah!
93 Chapter 93: Jamuan Akhir Musim Panas
94 Chapter 94: Kau Datang Terlambat
95 Chapter 95: Pengunduran Diri
96 Chapter 96: Kebenaran yang Terkubur
97 Chapter 97: Kemenangan
98 Chapter 98: Takhta Baru
99 PEMBERITAHUAN KARYA BARU!!
Episodes

Updated 99 Episodes

1
Chapter 1: Apakah Posisi Pangeran Mahkota Tidak Cukup Bagimu?
2
Chapter 2: Kamu Adalah Nona Ketiga
3
Chapter 3: Zhao Lin, Kamu Tidak Layak!
4
Chapter 4: Marquis Yongping Bukan Orang yang Menarik
5
Chapter 5: Keluarga Sampah
6
Chapter 6: Ayah yang Buruk
7
Chapter 7: Istri, Kita Bertemu Lagi!
8
Chapter 8: Separuh Menteri Mati
9
Chapter 9: Mayat yang Terbakar Seperti Daging Panggang
10
Chapter 10: Sudah Jadi Hantu Juga Masih Mengganggu
11
Chapter 11: Kaisar Baru Tidak Akan Sukses
12
Chapter 12: Aku Curiga Mereka Berkonspirasi
13
Chapter 13: Perdana Menteri, Kamu Tidak Adil!
14
Chapter 14: Kaisar, Mohon Selesaikan Titah!
15
Chapter 15: Apakah Kamu Puas?
16
Chapter 16: Ayah, Putri Ketigamu Sungguh Keterlaluan
17
Chapter 17: Sampai Jumpa Lagi, Istri!
18
Chapter 18: Ibu, Buat Marquis Membencinya!
19
Chapter 19: Penyusup
20
Chapter 20: Aku Akan Menikah Denganmu
21
Chapter 21: Siapa Bilang Dia Hilang?
22
Chapter 22: Hadiah Pertunangan Itu Milikku!
23
Chapter 23: Calon Istri Marquis Tidak Sederhana
24
Chapter 24: Menteri Bermasalah
25
Chapter 25: Pikirkan Hal yang Lebih Besar!
26
Chapter 26: Masa Lalu Saudara Sepupu
27
Chapter 27: Kecuali Jika Aku Mati
28
Chapter 28: Mengambil Satu Persatu
29
Chapter 29: Kau Ingin Aku Membantunya Kawin Lari?
30
Chapter 30: Jika Dia Tiada, Posisi Ibu Suri yang Kosong Menjadi Milikmu
31
Chapter 31: Gaun Pernikahan Mewah
32
Chapter 32: Kunjungan Terakhir
33
Chapter 33: Ada Orang yang Ingin Mencelakaimu
34
Chapter 34: Hari Pernikahan Marquis adalah Hari Bahagia
35
Chapter 35: Ayo Tidur Bersama!
36
Chapter 36: Rahmat Sepanjang Hidup
37
Chapter 37: Tidak Mau Mengalah
38
Chapter 38: Menjadi Sebuah Peringatan
39
Chapter 39: Menguntungkan Orang Lain
40
Chapter 40: Keterlibatan Mendiang Kaisar
41
Chapter 41: Kekaisaran Berutang Padamu
42
Chapter 42: Mengubur Zhao Yue
43
Chapter 43: Kehidupan Setelah Kematian
44
Chapter 44: Membidik Keluarga Rong
45
Chapter 45: Izinkan Aku Membantumu
46
Chapter 46: Utang Nyawa Cao Wenyu
47
Chapter 47: Orang yang Gelisah
48
Chapter 48: Pelajaran dari Ayah Mertua
49
Chapter 49: Perihal Membuka Hati
50
Chapter 50: Hati yang Terperangkap Masa Lalu
51
Chapter 51: Aku Benar-Benar Minta Maaf
52
Chapter 52: Menghabisi Janda Permaisuri
53
Chapter 53: Beritahu Aku Siapa Informanmu!
54
Chapter 54: Tugas dari Kaisar Yangle
55
Chapter 55: Jelek dan Miskin
56
Chapter 56: Harus Dibesarkan
57
Chapter 57: Jalan Penuh Duri dan Darah
58
Chapter 58: Jamuan Beracun
59
Chapter 59: Apakah Istri Marquis Sudah Gila?
60
Chapter 60: Aku Menginginkanmu
61
Chapter 61: Biarkan Aku Memilikinya
62
Chapter 62: Ikatan Takdir
63
Chapter 63: Kambing Hitam
64
Chapter 64: Lebih Mudah Mencapai Tujuan
65
Chapter 65: Aku Ingin Bertahan
66
Chapter 66: Ayah, Kenapa Kau Menyusahkanku?
67
Chapter 67: Istri, Mari Ulangi Lagi
68
Chapter 68: Berpikir Tentang Keturunan
69
Chapter 69: Tanda Permaisuri
70
Chapter 70: Jaring Laba-Laba
71
Chapter 71: Darah Selir Agung
72
Chapter 72: Kematian Selir Agung
73
Chapter 73: Kaisar Tidak Akan Mempertahankan Orang Tidak Berguna
74
Chapter 74: Menenangkan Keluarga Gu
75
Chapter 75: Makam Sendiri
76
Chapter 76: Marquis, Cuka Milikmu Tumpah!
77
Chapter 77: Mulai Jatuh
78
Chapter 78: Perihal Raja-Raja
79
Chapter 79: Rahasia Istana Wende
80
Chapter 80: Ruang Kosong
81
Chapter 81: Makan Malam
82
Chapter 82: Perintah Pengurungan
83
Chapter 83: Kau Tidak Pantas Bicara Soal Kepuasan!
84
Chapter 84: Berjalan Bersama
85
Chapter 85: Menuntut Tanggung Jawab
86
Chapter 86: Pertemuan
87
Chapter 87: Melepaskan Perdana Menteri
88
Chapter 88: Mari Bertaruh
89
Chapter 89: Saat-Saat Genting
90
Chapter 90: Pemberangkatan Pasukan
91
Chapter 91: Pengaturan Praktis
92
Chapter 92: Marquis, Bertahanlah!
93
Chapter 93: Jamuan Akhir Musim Panas
94
Chapter 94: Kau Datang Terlambat
95
Chapter 95: Pengunduran Diri
96
Chapter 96: Kebenaran yang Terkubur
97
Chapter 97: Kemenangan
98
Chapter 98: Takhta Baru
99
PEMBERITAHUAN KARYA BARU!!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!