Chapter 9: Mayat yang Terbakar Seperti Daging Panggang

Lu Yuan tidak segera kembali ke kediaman Perdana Menteri. Dengan sisa uang yang diberikan Xiao Tao, dia membayar seorang pedagang agar membawanya keluar dari gerbang ibukota.

Gong Zichen sudah mengatakan semua situasinya. Lu Yuan sudah mati sebulan lalu, tubuhnya pasti sudah dimakamkan.

Jadi, dia berencana pergi ke makam kekaisaran secara diam-diam. Saat berhasil keluar dari ibukota dengan aman, Lu Yuan memisahkan diri dari pedagang dan menyusuri jalannya sendiri.

Dari gerbang ke arah utara, dia berjalan dan sampai di kawasan Gunung Ziliu, yang perbatasannya ditandai oleh hutan pohon willow sebagai pintu gerbangnya.

Makam kekaisaran ada di atas gunung ini. Para leluhur Keluarga Lu sengaja memilih tempat yang lebih dekat dengan ibukota sebagai tempat pemakamannya.

Di gunung itulah kakek, nenek, ayah, dan paman-paman Lu Yuan dimakamkan. Ada ratusan anak tangga yang mengarah langsung ke pintu gerbangnya.

Selain anak tangga dan hutan, Gunung Ziliu juga memiliki air terjun di tengah hutannya. Puncaknya dipenuhi dengan bebatuan dan jika berdiri di sana, maka seluruh pemandangan ibukota dan istana kekaisaran akan terlihat.

Tapi, tempat seperti Gunung Ziliu ini bukan tempat yang cocok digunakan untuk rekreasi. Sebagus apapun tempat dan pemandangannya, itu hanya akan selalu menjadi makam.

Pilar yang menjadi pintu gerbang makam sudah terlihat. Aroma dupa yang samar masih tercium dari dalam.

Tidak ada penjaga kekaisaran yang menjaga, mungkin karena mereka sibuk memperhatikan penobatan Lu Zheng di istana. Itu membuat Lu Yuan bisa dengan leluasa masuk.

Lalu pada sebuah lorong yang panjang, dia berbelok ke sebelah utara. Berdasarkan aturan, makam Kaisar seharusnya berada di sisi sebelah sana.

Benar saja, di sana Lu Yuan melihat jejak pemakaman dan lelehan lilin yang masih baru. Aroma dupa yang pekat di dalam membuat Lu Yuan lebih mudah menemukan makamnya sendiri.

Peti matinya diletakkan di tengah. Sisi kiri dan kanan dipenuhi dengan harta yang membuat Lu Yuan berdecak.

Sekumpulan sampah itu, apakah mereka berpikir dengan memberinya banyak harta yang dimakamkan akan membuat Lu Yuan memaafkan mereka dan tidak menghantuinya?

Lu Yuan lantas membuka peti matinya sendiri. Bau dari mayat yang sudah sebulan dipendam menguar. Lu Yuan melihat tubuhnya sendiri, yang saat itu begitu indah sebagai seorang wanita, berubah menjadi sesosok mayat hitam yang mengerikan.

Kulit putih sehalus gioknya terbakar dan wajahnya hampir tidak bisa dikenali. Ini sudah sebulan, tapi entah mengapa pembusukan jasadnya berjalan lambat.

“Adikku yang baik itu masih cukup berhati nurani. Heh, dia bahkan membungkus mayat orang yang dibunuhnya dengan jubah kesayangannya,” Lu Yuan bergumam.

Lu Yuan cukup terkejut karena Lu Zheng benar-benar tidak membongkar identitasnya sebagai wanita kepada publik setelah kematiannya. Bahkan saat sudah menjadi mayat pun, adiknya itu masih membuatnya seperti laki-laki, persis sebagai Kaisar Yangle yang dikenal rakyat sejak dulu. Dalam hal ini, Lu Yuan memuji kemampuan Lu Zheng.

“Huh, bau mayat yang terbakar seperti daging panggang yang busuk.”

Lu Yuan menyingkirkan kesedihan di dalam hatinya dan menutup kembali peti matinya. Kini, dia memasuki ruang pemakaman lain.

Ada sebuah peti mati lagi, yang sudah tertutup debu yang sangat tebal. Meskipun begitu, aroma dupa samar masih tercium.

Ruangan itu adalah ruang pemakaman ayahnya, mendiang Kaisar terdahulu – Lu Jing. Tujuh tahun lalu, ayahnya diantar kemari dan dipendam.

Pemakaman yang sama, prosesi yang sama, tapi dengan cara kematian yang berbeda. Lu Yuan duduk di depan peti mati ayahnya, bersandar sebentar sembari menatap langit-langit yang gelap.

“Ayah, putri yang kau besarkan sebagai putra pewaris takhta sudah mati dan diantar kemari menemanimu. Dia tidak bisa lagi menjadi andalanmu, dan putra baik yang dibesarkan olehnya adalah pemberontak. Separuh menteri yang kau siapkan untukku ikut mati bersamaku.”

Teringat kala itu, ayahnya memanggilnya pada malam kematiannya. Lu Yuan yang dibesarkan sebagai laki-laki dan menjadi Putra Mahkota, diberikan amanat besar untuk memimpin negara.

Permaisuri kala itu hanya bisa melahirkan seorang putri, dan ayahnya tidak ingin pangeran yang lahir dari selir menjadi pewaris. Sejak saat itulah Lu Yuan menjadi laki-laki dan tidak pernah diperlakukan sebagai perempuan.

“Tapi, ayah tenang saja. Putra pemberontak itu tidak akan mudah duduk di atas takhtanya.”

Setengah jam kemudian, Lu Yuan keluar dari makam. Dia menuruni gunung di malam yang gelap dan baru sampai ke kediaman Perdana Menteri setelah tengah malam.

Dia tidak disayangi, tidak ada yang peduli apakah dia ada atau tidak, atau pergi ke mana dan tidak ada yang peduli akan kepulangannya.

Satu-satunya orang yang dengan setia dan menunggunya pulang hanyalah Xiao Tao. Di tengah dinginnya suhu udara dan hujan salju yang lebat, gadis pelayan itu berdiri di ambang pintu dengan wajah cemas. Gadis itu sudah ratusan kali bolak-balik di tempatnya, menunggu sampai Lu Yuan pulang.

Raut wajahnya membaik saat Lu Yuan muncul di pintu gerbang. Lu Yuan melengang masuk, namun dirinya mencium sesuatu yang tidak beres. Kediaman utara tempat Zhao Yue tinggal ini sangat bobrok dan kekurangan.

Bahkan arang pun tidak ada, lilin penerangan juga hanya beberapa. Mengapa malam ini bangunan bobrok itu begitu terang?

“Nona! Akhirnya kau kembali! Aku sangat khawatir kau tersesat dan tidak bisa pulang!”

Lu Yuan terenyak. Apakah selain lemah dan tidak berguna, Zhao Yue ini juga bodoh dan tidak bisa menghafal jalan? Jika itu benar, maka jalan Lu Yuan akan semakin sulit.

Mengapa Perdana Menterinya bisa melahirkan seorang anak malang seperti ini? Tiba-tiba saja Lu Yuan menjadi sedikit sedih.

“Mengapa kediaman ini begitu terang?” tanyanya pada Xiao Tao.

“Itu… Pelayan kediaman utama mengirimkan beberapa barang, termasuk lilin dan beberapa kilogram arang dan baju hangat. Katanya, Tuan Besar yang menyuruhnya.”

Lu Yuan mengernyit. Mengapa Perdana Menteri tiba-tiba bersikap baik?

Ah, Zhao Yun pasti merasa tersentuh dan bersalah. Setelah dimarahi dan dikatai oleh anak sendiri, pria tua itu mungkin merenung sepanjang malam. Lu Yuan menertawakan dia dalam hati.

Seorang Perdana Menteri yang baik dan penurut di depannya saat menjadi Kaisar Yangle, ternyata hanya seorang ayah buruk yang baru sadar saat diberikan pukulan.

“Oh,” Lu Yuan tidak menanggapinya dengan serius.

Xiao Tao tercengang. Dia sudah dibuat terkejut karena nonanya keluar kediaman dan orang dari kediaman utama datang memberikan barang.

Xiao Tao tidak tahu apa saja yang sudah dibicarakan oleh Nona Ketiga pada Perdana Menteri dan keluarganya malam tadi.

Tiba-tiba saja keajaiban datang, dan Nona Ketiga hanya menanggapinya dengan ‘oh’ tanpa minat. Bukankah ini sangat aneh? Tapi, Xiao Tao tidak mau berpikir terlalu banyak. Dia mengeluarkan sesuatu dari balik bajunya yang tipis.

“Nona, tadi ada orang dari kediaman Marquis Yongping yang datang dan memberikan ini padaku. Dia bilang, Marquis Yongping ingin calon istrinya tetap cantik.”

Lu Yuan menerima botol porselen putih tersebut dan mencium baunya. Ini adalah salep untuk luka luar.

Sudut mulut Lu Yuan terangkat sedikit, dia menutup kembali botol tersebut dan menyimpannya. Gong Zichen pasti melihat goresan bekas pecahan cangkir keramik yang membekas di wajahnya siang tadi.

“Terhadap kecantikan, matanya benar-benar jeli.”

“Nona, apakah kau ingin mandi? Sekarang kita juga punya kayu bakar. Aku akan menyiapkan air hangatnya jika Nona ingin,” Xiao Tao berkata. Ia pikir, nonanya pasti ingin membersihkan diri.

Lu Yuan menggeleng. “Aku lelah. Bantu siapkan lap basah untukku.”

Terpopuler

Comments

Fifid Dwi Ariyani

Fifid Dwi Ariyani

trussehat

2024-01-21

0

Derajat

Derajat

Cerita yg amat menarik

2024-01-08

0

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1: Apakah Posisi Pangeran Mahkota Tidak Cukup Bagimu?
2 Chapter 2: Kamu Adalah Nona Ketiga
3 Chapter 3: Zhao Lin, Kamu Tidak Layak!
4 Chapter 4: Marquis Yongping Bukan Orang yang Menarik
5 Chapter 5: Keluarga Sampah
6 Chapter 6: Ayah yang Buruk
7 Chapter 7: Istri, Kita Bertemu Lagi!
8 Chapter 8: Separuh Menteri Mati
9 Chapter 9: Mayat yang Terbakar Seperti Daging Panggang
10 Chapter 10: Sudah Jadi Hantu Juga Masih Mengganggu
11 Chapter 11: Kaisar Baru Tidak Akan Sukses
12 Chapter 12: Aku Curiga Mereka Berkonspirasi
13 Chapter 13: Perdana Menteri, Kamu Tidak Adil!
14 Chapter 14: Kaisar, Mohon Selesaikan Titah!
15 Chapter 15: Apakah Kamu Puas?
16 Chapter 16: Ayah, Putri Ketigamu Sungguh Keterlaluan
17 Chapter 17: Sampai Jumpa Lagi, Istri!
18 Chapter 18: Ibu, Buat Marquis Membencinya!
19 Chapter 19: Penyusup
20 Chapter 20: Aku Akan Menikah Denganmu
21 Chapter 21: Siapa Bilang Dia Hilang?
22 Chapter 22: Hadiah Pertunangan Itu Milikku!
23 Chapter 23: Calon Istri Marquis Tidak Sederhana
24 Chapter 24: Menteri Bermasalah
25 Chapter 25: Pikirkan Hal yang Lebih Besar!
26 Chapter 26: Masa Lalu Saudara Sepupu
27 Chapter 27: Kecuali Jika Aku Mati
28 Chapter 28: Mengambil Satu Persatu
29 Chapter 29: Kau Ingin Aku Membantunya Kawin Lari?
30 Chapter 30: Jika Dia Tiada, Posisi Ibu Suri yang Kosong Menjadi Milikmu
31 Chapter 31: Gaun Pernikahan Mewah
32 Chapter 32: Kunjungan Terakhir
33 Chapter 33: Ada Orang yang Ingin Mencelakaimu
34 Chapter 34: Hari Pernikahan Marquis adalah Hari Bahagia
35 Chapter 35: Ayo Tidur Bersama!
36 Chapter 36: Rahmat Sepanjang Hidup
37 Chapter 37: Tidak Mau Mengalah
38 Chapter 38: Menjadi Sebuah Peringatan
39 Chapter 39: Menguntungkan Orang Lain
40 Chapter 40: Keterlibatan Mendiang Kaisar
41 Chapter 41: Kekaisaran Berutang Padamu
42 Chapter 42: Mengubur Zhao Yue
43 Chapter 43: Kehidupan Setelah Kematian
44 Chapter 44: Membidik Keluarga Rong
45 Chapter 45: Izinkan Aku Membantumu
46 Chapter 46: Utang Nyawa Cao Wenyu
47 Chapter 47: Orang yang Gelisah
48 Chapter 48: Pelajaran dari Ayah Mertua
49 Chapter 49: Perihal Membuka Hati
50 Chapter 50: Hati yang Terperangkap Masa Lalu
51 Chapter 51: Aku Benar-Benar Minta Maaf
52 Chapter 52: Menghabisi Janda Permaisuri
53 Chapter 53: Beritahu Aku Siapa Informanmu!
54 Chapter 54: Tugas dari Kaisar Yangle
55 Chapter 55: Jelek dan Miskin
56 Chapter 56: Harus Dibesarkan
57 Chapter 57: Jalan Penuh Duri dan Darah
58 Chapter 58: Jamuan Beracun
59 Chapter 59: Apakah Istri Marquis Sudah Gila?
60 Chapter 60: Aku Menginginkanmu
61 Chapter 61: Biarkan Aku Memilikinya
62 Chapter 62: Ikatan Takdir
63 Chapter 63: Kambing Hitam
64 Chapter 64: Lebih Mudah Mencapai Tujuan
65 Chapter 65: Aku Ingin Bertahan
66 Chapter 66: Ayah, Kenapa Kau Menyusahkanku?
67 Chapter 67: Istri, Mari Ulangi Lagi
68 Chapter 68: Berpikir Tentang Keturunan
69 Chapter 69: Tanda Permaisuri
70 Chapter 70: Jaring Laba-Laba
71 Chapter 71: Darah Selir Agung
72 Chapter 72: Kematian Selir Agung
73 Chapter 73: Kaisar Tidak Akan Mempertahankan Orang Tidak Berguna
74 Chapter 74: Menenangkan Keluarga Gu
75 Chapter 75: Makam Sendiri
76 Chapter 76: Marquis, Cuka Milikmu Tumpah!
77 Chapter 77: Mulai Jatuh
78 Chapter 78: Perihal Raja-Raja
79 Chapter 79: Rahasia Istana Wende
80 Chapter 80: Ruang Kosong
81 Chapter 81: Makan Malam
82 Chapter 82: Perintah Pengurungan
83 Chapter 83: Kau Tidak Pantas Bicara Soal Kepuasan!
84 Chapter 84: Berjalan Bersama
85 Chapter 85: Menuntut Tanggung Jawab
86 Chapter 86: Pertemuan
87 Chapter 87: Melepaskan Perdana Menteri
88 Chapter 88: Mari Bertaruh
89 Chapter 89: Saat-Saat Genting
90 Chapter 90: Pemberangkatan Pasukan
91 Chapter 91: Pengaturan Praktis
92 Chapter 92: Marquis, Bertahanlah!
93 Chapter 93: Jamuan Akhir Musim Panas
94 Chapter 94: Kau Datang Terlambat
95 Chapter 95: Pengunduran Diri
96 Chapter 96: Kebenaran yang Terkubur
97 Chapter 97: Kemenangan
98 Chapter 98: Takhta Baru
99 PEMBERITAHUAN KARYA BARU!!
Episodes

Updated 99 Episodes

1
Chapter 1: Apakah Posisi Pangeran Mahkota Tidak Cukup Bagimu?
2
Chapter 2: Kamu Adalah Nona Ketiga
3
Chapter 3: Zhao Lin, Kamu Tidak Layak!
4
Chapter 4: Marquis Yongping Bukan Orang yang Menarik
5
Chapter 5: Keluarga Sampah
6
Chapter 6: Ayah yang Buruk
7
Chapter 7: Istri, Kita Bertemu Lagi!
8
Chapter 8: Separuh Menteri Mati
9
Chapter 9: Mayat yang Terbakar Seperti Daging Panggang
10
Chapter 10: Sudah Jadi Hantu Juga Masih Mengganggu
11
Chapter 11: Kaisar Baru Tidak Akan Sukses
12
Chapter 12: Aku Curiga Mereka Berkonspirasi
13
Chapter 13: Perdana Menteri, Kamu Tidak Adil!
14
Chapter 14: Kaisar, Mohon Selesaikan Titah!
15
Chapter 15: Apakah Kamu Puas?
16
Chapter 16: Ayah, Putri Ketigamu Sungguh Keterlaluan
17
Chapter 17: Sampai Jumpa Lagi, Istri!
18
Chapter 18: Ibu, Buat Marquis Membencinya!
19
Chapter 19: Penyusup
20
Chapter 20: Aku Akan Menikah Denganmu
21
Chapter 21: Siapa Bilang Dia Hilang?
22
Chapter 22: Hadiah Pertunangan Itu Milikku!
23
Chapter 23: Calon Istri Marquis Tidak Sederhana
24
Chapter 24: Menteri Bermasalah
25
Chapter 25: Pikirkan Hal yang Lebih Besar!
26
Chapter 26: Masa Lalu Saudara Sepupu
27
Chapter 27: Kecuali Jika Aku Mati
28
Chapter 28: Mengambil Satu Persatu
29
Chapter 29: Kau Ingin Aku Membantunya Kawin Lari?
30
Chapter 30: Jika Dia Tiada, Posisi Ibu Suri yang Kosong Menjadi Milikmu
31
Chapter 31: Gaun Pernikahan Mewah
32
Chapter 32: Kunjungan Terakhir
33
Chapter 33: Ada Orang yang Ingin Mencelakaimu
34
Chapter 34: Hari Pernikahan Marquis adalah Hari Bahagia
35
Chapter 35: Ayo Tidur Bersama!
36
Chapter 36: Rahmat Sepanjang Hidup
37
Chapter 37: Tidak Mau Mengalah
38
Chapter 38: Menjadi Sebuah Peringatan
39
Chapter 39: Menguntungkan Orang Lain
40
Chapter 40: Keterlibatan Mendiang Kaisar
41
Chapter 41: Kekaisaran Berutang Padamu
42
Chapter 42: Mengubur Zhao Yue
43
Chapter 43: Kehidupan Setelah Kematian
44
Chapter 44: Membidik Keluarga Rong
45
Chapter 45: Izinkan Aku Membantumu
46
Chapter 46: Utang Nyawa Cao Wenyu
47
Chapter 47: Orang yang Gelisah
48
Chapter 48: Pelajaran dari Ayah Mertua
49
Chapter 49: Perihal Membuka Hati
50
Chapter 50: Hati yang Terperangkap Masa Lalu
51
Chapter 51: Aku Benar-Benar Minta Maaf
52
Chapter 52: Menghabisi Janda Permaisuri
53
Chapter 53: Beritahu Aku Siapa Informanmu!
54
Chapter 54: Tugas dari Kaisar Yangle
55
Chapter 55: Jelek dan Miskin
56
Chapter 56: Harus Dibesarkan
57
Chapter 57: Jalan Penuh Duri dan Darah
58
Chapter 58: Jamuan Beracun
59
Chapter 59: Apakah Istri Marquis Sudah Gila?
60
Chapter 60: Aku Menginginkanmu
61
Chapter 61: Biarkan Aku Memilikinya
62
Chapter 62: Ikatan Takdir
63
Chapter 63: Kambing Hitam
64
Chapter 64: Lebih Mudah Mencapai Tujuan
65
Chapter 65: Aku Ingin Bertahan
66
Chapter 66: Ayah, Kenapa Kau Menyusahkanku?
67
Chapter 67: Istri, Mari Ulangi Lagi
68
Chapter 68: Berpikir Tentang Keturunan
69
Chapter 69: Tanda Permaisuri
70
Chapter 70: Jaring Laba-Laba
71
Chapter 71: Darah Selir Agung
72
Chapter 72: Kematian Selir Agung
73
Chapter 73: Kaisar Tidak Akan Mempertahankan Orang Tidak Berguna
74
Chapter 74: Menenangkan Keluarga Gu
75
Chapter 75: Makam Sendiri
76
Chapter 76: Marquis, Cuka Milikmu Tumpah!
77
Chapter 77: Mulai Jatuh
78
Chapter 78: Perihal Raja-Raja
79
Chapter 79: Rahasia Istana Wende
80
Chapter 80: Ruang Kosong
81
Chapter 81: Makan Malam
82
Chapter 82: Perintah Pengurungan
83
Chapter 83: Kau Tidak Pantas Bicara Soal Kepuasan!
84
Chapter 84: Berjalan Bersama
85
Chapter 85: Menuntut Tanggung Jawab
86
Chapter 86: Pertemuan
87
Chapter 87: Melepaskan Perdana Menteri
88
Chapter 88: Mari Bertaruh
89
Chapter 89: Saat-Saat Genting
90
Chapter 90: Pemberangkatan Pasukan
91
Chapter 91: Pengaturan Praktis
92
Chapter 92: Marquis, Bertahanlah!
93
Chapter 93: Jamuan Akhir Musim Panas
94
Chapter 94: Kau Datang Terlambat
95
Chapter 95: Pengunduran Diri
96
Chapter 96: Kebenaran yang Terkubur
97
Chapter 97: Kemenangan
98
Chapter 98: Takhta Baru
99
PEMBERITAHUAN KARYA BARU!!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!