The Demon Psycho : Forces Of Hell
Prolog
Artha berkumpul bersama sepuluh anak di pelataran rumah. sepuluh anak itu tak sabar ingin mendengarkan cerita tentang kaum Asura dan kaum Dewa. Artha mulai bercerita tentang awal mula pertempuran antara Asura dan Dewa.
Ribuan milyar tahun lalu, perang antara Asura dan Dewa tak bisa dihindarkan. Awalnya dua kaum ini hidup berdampingan. Asura tinggal di surga bersama para Dewa, tepatnya di Surga Tavatimsa di puncak Sumeru.
Suatu saat, Sakka menjadi Dewa Penguasa di alam tersebut. Para Asura merayakannya dengan meminum banyak sekali anggur Gandapana, sebuah minuman beralkohol yang sangat kuat hingga Sakka melarang semua Dewa untuk meminumnya. Kaum Asura mabuk berat.
Mereka tak bisa melawan saat Sakka mengusir mereka dari surga Tavatimsa ke bawah di kaki Gunung Sumeru.
Kaum Asura baru tersadar telah diusir dari Surga Tavatimsa saat melihat pohon Cittapatali. Mereka melihat pohon itu mekar.
Asura merasa kesal karena Sakka telah mengusir mereka dari surga sehingga pertempuran antara Asura dan Dewa tak dapat terelakan. Asura yang memiliki sifat iri, cemburu, dan juga serakah karena ingin menguasai surga, membuat mereka merasa lebih hebat dari pada para dewa.
Pertempuran terus berlangsung.
Namun, ada satu Panglima Perang Asura yang berada dipihak para dewa. Akhirnya Dewa Siwa memberikan dia kesempatan reinkarnasi ke alam manusia karena telah membantu para dewa untuk naik ke tingkat spiritual yang lebih tinggi.
Dewa Siwa hanya mengizinkan dia membunuh 3 kali kesempatan dengan menggunakan kesaktiannya. Jika lebih dari itu, maka ia akan bereinkarnasi lagi ke alam binatang.
"Gusti Artha, bentuk Asura itu bagaimana?"
tanya seorang anak perempuan yang dikenal dengan nama Nimas Ajeng.
"Pertanyaan bagus," puji Artha dengan senyum mengembang,
"Asura itu adalah sosok raksasa yang memiliki tiga kepala dan empat sampai enam lengan."
Artha mengambil buku dan pensil di dekatnya, lalu menggambar sosok Asura seperti yang ia jelaskan pada Nimas Ajeng. Kemudian ia memperlihatkan gambar itu pada anak-anak.
Mereka terlihat sangat berantusias. Namun, hanya ada satu anak laki-laki yang duduk paling belakang. Anak laki-laki itu menatap Artha dengan tajam.
...----------------...
Surabaya, Desember 2023
Lasmono terpaksa harus pergi ke kebun singkong malam hari untuk mencari dompetnya yang hilang. Ia menyusuri jalan setapak demi setapak dengan berbekal senter. Suara derit pohon diterpa angin membuat malam semakin mencekam. Bulu kuduk pria itu berdiri.
"Malam ini, kok, enggak kayak biasanya.” Lasmono berkata lirih sambil menyorotkan senter ke sekeliling jalan.
"Kenapa aku merinding, ya?"
Lasmono melanjutkan perjalanan dengan perasaan takut. Kalau bukan dompet yang hilang, ia tak akan memaksakan diri untuk mencarinya. Besok, ia harus membayar biaya sekolah anak sulungnya sedangkan uang itu ada di dompet.
Tiba di kebun singkong, Lasmono berjalan menuju tempatnya istirahat di bawah pohon rindang. Ia menyoroti dengan senter ke sekitar sana. Berharap barang yang dicari segera ditemukan.
"Nah, itu dompetku," ucap Lasmono kegirangan.
Ia mengambil dompet yang teronggok di dekat akar pohon yang timbul dan memasukkannya ke dalam saku celana.
Akhirnya Lasmono bisa pulang dengan cepat. Entah kenapa ia merasa, hawa malam ini sangat berbeda. Lebih gelap, sunyi dan seram. Baru dua langkah. Ia merasakan ada seperti air yang menetes ke pundak sebelah kiri. Namun, berbau amis. Ia menyentuh bahu kiri dengan tangan kanan. Merah. Ya, itu bukan air melainkan ...
"Apa ini?" tanya Lasmono melihat telapak tangan kanan berwarna merah. Ia lalu menciumnya,
" Ini- da-da-rah!"
Lasmono mengarahkan senter ke atas pohon. Matanya terbelalak. Di atas sana ada mayat manusia tergantung. Tak hanya satu, tapi dua. Mayat sepasang manusia. Entah mereka suami-istri atau bukan.
Saking terkejut, ia melangkah mundur sepuluh langkah ke belakang. Kakinya, seperti menginjak sesuatu. Ia mengalihkan senter ke bawah. Di dekat kakinya, ada satu mayat pria lagi. Ia mendengar suara samar-samar seperti minta tolong. Ya, ada yang masih hidup!
"To-to-long," ucap orang itu pelan hampir tak terdengar.
"Mas, apa-apa yang terjadi?" tanya Lasmono tanpa menyentuh pria itu,
" Mas sabar, ya. Saya cari bantuan dulu," ucapnya sambil berlari meninggalkan pria itu untuk mencari bantuan.
Saking terkejut, beberapa kali Lasmono tersandung batu. Jantungnya berdetak kencang. Keadaan pria itu sepertinya sangat parah. Ia harus segera mendapatkan pertolongan.
...----------------...
"Las! Kamu udah dari mana malam-malam gini?" panggil seorang pria yang muncul dari belokan jalan pintas menuju desa sebelah.
"Gus! alhamdulilah! Untung aku ketemu kamu!" Lasmono merasa senang dengan kehadiran Agus, sahabatnya.
"Ada apa? Kamu kayak yang ketakutan gitu?" tanya Agus terlihat khawatir.
Lasmono menceritakan penemuan tiga mayat di kebun singkong miliknya. Salah satunya masih hidup dan kondisinya sangat parah. Akhirnya mereka berdua langsung bergegas menuju rumah kepala desa untuk memberitahukan hal ini, sekaligus melaporkan kejadian itu ke polisi.
Malam itu Desa Mangunrejo, heboh dengan penemuan tiga mayat. Satu mayat pria dan wanita tergantung di pohon serta satu pria tergeletak di tanah dengan kondisi parah. Untungnya bantuan cepat datang. Pria itu segera dibawa ke rumah sakit terdekat. Sedangkan dua mayat dibawa ke kantor polisi untuk di autopsi.
Lasmono, orang pertama yang menemukan mayat itu, dipanggil ke kantor polisi untuk dimintai keterangan sebagi saksi. Ia tak bisa
menolak karena keterangannya sangat dibutuhkan.
Pria yang masih remaja itu masih terbaring dengan selang memenuhi tubuhnya. Ia belum juga sadar sejak dua hari yang lalu. Tubuhnya penuh luka, bahkan sampai banyak mengeluarkan darah.
Sudah dua labu habis untuk ditransfusikan. Namun, tetap saja belum sadar. Mungkin benturan benda tumpul di kepala yang menyebabkan ada kerusakan di otak.
Kondisi dua mayat yang tergantung, lebih parah dari pria itu. Jantung dan hati mereka hilang. Tubuh mereka pun penuh dengan sayatan. Polisi berkesimpulan, kalau pelaku hendak melakukan hal yang sama pada pemuda itu.
Namun, karena kehadiran Lasmono. Pelaku tak bisa menyelesaikan aksinya, lalu membiarkannya tergeletak begitu saja.
Entah apa motif pelaku melakukan pembunuhan itu. Setelah ditelusuri, ternyata mereka bertiga, satu keluarga yang bernama Handoko Jagat (suami), Sri Tripitaka (istri) dan Rahwana Jagat (anak).
Polisi masih menyelidiki kejadian dua hari yang lalu. Lasmono harus rela kebun singkongnya diberi garis polisi. Selain polisi dan orang-orang yang diberi tugas untuk menyelidiki kasus pembunuhan, tidak ada yang boleh masuk ke area itu.
"Dok, gawat!" Teriak Anne--perawat yang menjaga--Jagat sambil membuka pintu ruangan dokter Gilbert.
"Ada apa?" tanya dokter Gilbert.
"Pasien bernama Rahwana Jagat kritis, Dok. Detak jantungnya melemah." Jelas Anne sambil mengatur napas karena ia berlari untuk bisa cepat sampai ke ruangan dokter yang menangani Jagat.
...****************...
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments