Episode 14. Awal Petaka

Setiba di Bandara, Amira dan sang Ayah langsung melakukan cek in karena pesawat mereka akan segera terbang. Telat saja 10 menit, bisa dipastikan mereka ketinggalan pesawat. Setelah semua selesai mereka berdua lekas berlari sekencang mungkin menuju pesawat. Syukurlah, mereka sampai tepat waktu saat pintu akan ditutup.

...----------------...

Sudah tiga tahun Mereka tinggal di San Fransisco. Ayahnya yang tidak memiliki pekerjaan serta uang yang mulai menipis. Hingga dia mulai kehilangan akal sehat. Jiwanya terguncang, sedangkan Amira sendiri bingung, bagaimana cara untuk menyambung hidup.

Akhirnya, ia bertemu dengan seorang pria bernama Frans Dans. Pria itu berjanji akan mencarikan pekerjaan untuknya di Belanda. Karena membutuhkan pekerjaan cepat, Amira pun percaya. Namun ternyata, Amira malah dijadikan wanita malam di sana.

Awalnya ia tak suka dengan pekerjaan itu, tetapi lambat-laun terbiasa juga dengan suara hingar bingar diskotik. Ia bertekad untuk mengumpulkan uang dan kembali ke Indonesia.

Di sana ada pria yang ia rindukan.

Setelah uang terkumpul, ia berencana untuk kabur. Namun ternyata tak semudah yang ia kira. Beberapa kali mencoba kabur . semua usahanya berakhir dengan kegagalan.

Amira tak menyerah. Malam itu, ia berhasil kabur dengan bantuan perempuan baik bernama Wulan. Ia terlepas dari kejaran anak buah Frans dan dibawa ke apartemen Wulan.

Namun, ia tidak ingin perempuan itu kena masalah karena sudah menyelamatkannya. Saat Wulan pergi bekerja, ia pun pergi dari sana, lalu pergi ke Bandara untuk terbang ke Indonesia.

Delapan belas jam perjalanan, Amira tempuh. Sesampainya di Jakarta, ia bingung harus pergi ke mana.

Dengan keadaan hati yang gelisah, seorang pria berjas hitam menepuknya dari belakang.

Ia menoleh. Pria itu membuka kacamata dan menatap ke arahnya.

"Maaf, saya lihat anda seperti kebingungan. Apa ada yang bisa dibantu?" tanya pria itu.

"Oh, iya. Perkenalkan nama saya Alex." Pria itu mengulurkan tangan.

Dengan ragu, Amira menerima uluran tangannya.

"Saya Amira. Hmm, saya baru sampai di Jakarta dan belum ada tempat untuk menginap," ucap Amira polos.

"Oh, gimana kalau ikut aku aja? Nanti aku anter cari penginapan." Alex menawarkan bantuan.

"Hmmm," gumam Amira sambil menimbang-nimbang.

Apakah pria ini bisa dipercaya atau tidak? Namun sepertinya tidak ada pilihan lain.

Rumahnya di Jakarta pasti sudah disita, jadi tak ada lagi tempat untuknya berteduh.

"Bagaimana?" Alex mengulangi tawarannya.

"Baiklah." Amira setuju untuk ikut dengannya.

"Ayo, mobilku sebelah sana." ajak Alex.

Amira mengikuti Alex dari belakang. Ia tak mau berburuk sangka karena tidak semua orang berniat jahat.

 Mudah-mudahan Alex adalah orang baik yang Tuhan utus untuk membantunya.

Sambil menyetir, sesekali Alex melihat wajah Amira yang kusut dan sedih.

" Sudah makan belum? Kita mampir di KFC ya? "

" Oh boleh mas." Jawab Amira tersenyum tanpa malu. Sebab perutnya terasa lapar.

" Ngerokok ga? Aku punya Esse rasa mint. " Sambil menyodorkan satu bungkus rokok dan korek api.

" Duh, makasih mas. Udah ngerepotin."

Amira merasa terhibur dan lega, karena memang merokok adalah pelampiasan yang selalu menemani saat depresi dan stress.

Alex memperhatikan sikap Amira yang lugas dan tidak pemalu. Seolah sudah menjadi ciri khas kaum Clubbing atau wanita malam.

Sesekali Amira melirik wajah pria disampingnya.

Harus diakui, ketampanannya dan aura wibawanya di atas sedikit pria idamannya.

Amira juga merasa tidak keberatan jika pria ini mengajak cinta satu malam. Mungkin bisa ada jalan mendapatkan uang tambahan.

"Udah pesen tujuan dari online gak? Aku antar sampai tempat."

Ucapan pria itu membuyarkan lamunan Amira.

" Paling ke penginapan murah aja mas."

"Udah cek in blom?"

" Belum, ini dadakan aja." jawab Amira berusaha terlihat mandiri.

Lama Alex terdiam.

" Gini aja, kalo kamu bersedia, mau tinggal di apartemen denganku untuk beberapa hari? Kebetulan saya sedang liburan cuti kantor. "

Amira terkejut dengan tawaran Alex. Dia merasa status dirinya telah terbaca sangat cepat.

" Serius mas? Ada feenya gak?" Tanya Amira memberanikan diri

" Ya iyalah. Masa gratis? Saya kasihan, melihat kamu seperti kebingungan gitu. Ada masalah berat ya?"

" Panjang ceritanya mas … " Amira menunduk sedih.

" Oke-oke, aku beri fee sepuluh juta untuk tips nemenin aku beberapa hari. Cukup gak? "

" Hah? Sepuluh juta? Itu lebih dari cukup mas!

" Ujar Amira kegirangan.

" Oke. Deal. Sekarang kita makan siang dulu. Nanti kamu bisa cerita masalahmu di apartement."

" Makasih banget atas kebaikan mas. Kalau gak ada mas Alex, entah gimana nasibku." Ucap Amira merasa lega dan bersyukur.

Alex cuma tersenyum manis sambil fokus menyetir melaju menuju halaman parkir KFC.

Semua berjalan lancar dan normal.

Hingga tiba saatnya Amira melayani Alex dengan sukarela dan mengeluarkan semua jurus terbaiknya, malam demi malam.

Amira pun banyak menerima kejutan dari serangan cinta Alex.

Amira pun mengakui, Selain tampan, Alex sangat ahli dalam strategi dan tempur. Hingga Amira lah yang merasa kewalahan.

Namun mulai ada yang janggal pada dirinya.

Dalam setiap usai pertempuran satu malam, Amira merasa lemas tidak bertenaga.

Memasuki malam ketiga ini, Amira merasa bertambah lemas, hingga menggerakan kaki dan tangannya saja susah.

" Duh, kenapa badanku terasa tidak bertenaga gini ya? Waktu di Belanda, selelah apapun melayani empat client, tidak seperti ini. Apa harus telepon dokter ya? " Pikir Amira sambil memijit-mijit kepalanya yang berat.

Amira melirik pada jam, menunjukan pukul sembilan malam.

"Mungkin sebentar lagi mas Alex pulang dan langsung minta jatah. Aduh! Tenagaku udah abis gini. Kurasa besok aku udah harus pergi. Biarlah gak genap diberi fee sepuluh juta juga gak apa-apa deh. "

Betul saja prediksi Amira, Alex datang sambil menjinjing beberapa bungkus makanan.

" Haloo sayang, nungguin dari tadi yaa? udah makan belum? Nih aku bawakan sate dan ayam bakar"

Amira berusaha bangkit dengan susah payah untuk duduk. Rasanya tak sabar untuk makan karena harumnya sate dan ayam bakar.

Aku mandi dulu ya. Muach! " Ujar Alex bersemangat.

Amira berusaha susah payah untuk bangun dan berdiri, tapi terduduk kembali.

"Aduh! Kakiku nggak ada tenaga gini … gimana kalo Alex minta service lagi? Atau Aku beralasan ga enak badan? Gitu aja ya?… duh! Perutku sudah keroncongan gini." Pikir Amira sambil meraba perutnya.

Alex keluar dari kamar mandi dengan hanya terbalut handuk.

Semerbak harum sabun mewah menyebar keseluruh ruangan.

Amira Pun menyukai setiap wangi sabun dan parfum mewah milik pria ini.

Dan Alex mempunyai wajah tampan dan bentuk badan yang bagus untuk bisa di pandang tanpa bosan.

Pria itu menggosokkan handuk pada rambutnya yang basah.

"Eh! Mir. Kenapa ga dibuka bungkusan makanannya, ntar dingin lho." Ucap Alex sambil tersenyum ceria.

" Mas, apa boleh aku pulang hari ini? " Amira memohon dengan ragu.

Mendengar itu, tiba-tiba wajah Alex menjadi datar.

Tapi mendadak tersenyum lagi.

"Lah! Kok buru-buru sih? Hari demi hari kita lalui dengan happy fun kan?"

" Bukan gitu mas, aku merasa sakit, tubuh ku terasa lemas dan tidak bertenaga. Jadi besok aku mau ke dokter. " Amira menerangkan sambil memelas.

" Dokter? Lah! aku kan seorang dokter?" Kata Alex tersenyum aneh.

Amira sedikit terkejut. " Wah, kebetulan donk. Coba periksa aku. " Ucapnya mencoba manja.

" Sebentar aku pakai baju dulu."

Alex menyambar kaos putih dan memakai celana pendek bahan spandex.

Kemudian dia bergegas untuk keluar ruangan kamar sambil mengajak Amira.

" Yo Mir. Kita ke ruang praktek."

" Mas, bisa bantuin aku berdiri? Kakiku lemes banget … "

" Ya ampun. Aku lupa. Oke, aku gendong ya. "

Sebelum itu, tampak Alex membuka laci dan mengambil sehelai kain dan sebotol obat. Namun Alex sengaja membelakangi Amira. Supaya perempuan itu tidak melihat gerak-geriknya.

Alex menghampiri Amira yang masih duduk diranjang, duduk sambil membelai rambut dan wajah Amira.

"Rambut indah dan wajah cantik begini, sangat disayangkan harus pergi."

Amira tersipu karena menduga merasa dibutuhkan.

Tapi Amira tidak ingin melanjutkan hubungan cinta, apalagi serius. Baginya, cukuplah. Jagat seorang yang ia suka.

" Thanks ya untuk cinta tiga malamnya, cantik. Kini sudah waktunya panen ternak yang gemuk." Ujar Alex lembut dan tenang.

" Panen ternak yang gemuk? Emang punya peternakan ya mas? " Tanya Amira ringan.

" Punya donk. "

" Dimana mas? "

" Disini. Didepan mataku."

" Ah jangan bercanda deh. "

" Aku tidak bercanda. "

Deg!

...****************...

Bersambung

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!