Episode 18. Penculikan Detektif Wulan

" Selamat malam mas ganteng dan kakak cantik. Boleh ikut gabung ga?

Salah seorang yang ternyata transgender memberanikan diri untuk duduk di salah kursi yang kosong. Dua orang lagi tampaknya masih ragu untuk ikut nimbrung. 

Wulan agak terganggu dan agak merengut. Namun Jiwa Jagat yang seorang dokter terbiasa untuk ramah dan menghargai siapapun itu. 

"Eh mas ganteng, boleh minta rokok dan koreknya donk."

" Silahkan mbak-mbak." Kata Jagat  sambil menyodorkan rokok dan korek.

Perempuan transgender itu membagikan rokok ke kedua teman di belakangnya. 

"Duh thank you yaa, supaya diri lebih hangat. He he." 

" Kenalin donk nama saya Chika, yang itu Nancy, satunya lagi Merry."

" Nama- nama yang bagus." Puji Jagat  

Jagat lah yang jadi sasaran para wanita malam itu. Beberapa wanita ada yang menawari Jagat dan ada juga yang rela memberikan tubuhnya kepada Jagat secara gratis karena mereka terpesona dengan ketampanan Jagat. 

Melihat tingkah wanita tidak tahu malu itu membuat Wulan kesal, karena Jagat menanggapi mereka malah mengajak wanita-wanita itu ngobrol. 

Rasa cemburu menguasai hati Wulan hingga akhirnya perempuan itu pamit dengan alasan mengecek barang di mobil. Lagi pula pelaku tidak muncul. 

Sesampainya di mobil, Wulan melepas hoodie dan juga kacamata hitamnya. Tanpa ia sadari ada dua orang pria mengikutinya. Mereka berdua mengendap-endap mendekati mobil itu.

Untungnya Wulan memiliki insting pendengaran yang tajam. Ia tahu ada dua orang yang mendekat ke arahnya. Wulan sudah menyiapkan semuanya, dari mulai pisau lipat dan juga pistol di balik bajunya. 

Wulan siap siaga. Satu orang pria menyerangnya dari belakang. Ia berhasil menghindar. Terjadilah perkelahian antara dua orang pria dan satu orang wanita. Beberapa kali Wulan bisa menghindari dari serangan-serangan pria itu. 

Akhirnya satu pukulan di bahu salah satu pria terjatuh dan meringis. Salah satu pria menjadi geram dan hendak menyerang wajah Wulan dengan tinjunya.

Tapi Wulan yang terbiasa dengan bela diri Wing Chun dan Silat Tengklung Bali itu dengan mudah menangkis serangan dan membalas bertubi-tubi. Hingga pria itu terkapar babak belur.

Namun tiba tiba salah satu nya menyemprotkan spray bius ke wajahnya. Wulan terkejut mengusap wajahnya dan mulai merasa pusing. Tak lama ia pun pingsan.

Dua pria itu membawa Wulan, entah ke mana dengan menggunakan mobil.

Jagat yang sudah selesai dengan sesi wawancaranya dengan para wanita malam.

Saat sampai di mobil, ia menemukan kacamata dan juga pisau lipat yang sering dibawa oleh Wulan.

Jagat mulai panik.

Kemudian ia berteriak memanggil Wulan dan mencari ke sekitar kejadian. Ia ingat kalau mereka diberi alat untuk melacak keberadaan mereka jika terjadi sesuatu.

Ia pun langsung mengecek alat pelacak yang Wulan bawa. Syukurlah, Wulan mengaktifkan alat itu, hingga ia dengan mudah bisa mendeteksi keberadaan Wulan.

Keberadaan Wulan belum terlalu jauh dengan lokasi Jagat berada. Pria itu langsung masuk ke dalam mobil dan duduk di balik kemudi.

Ia harus segera menyelamatkan Wulan. Mobil pun melaju memecah kegelapan malam.

"Bos, pasti senang dengan hasil kerja kita, apalagi tuh cewek pasti masih perawan. Mana cantik lagi," ujar pria berambut gondrong, tangan penuh tato dan pakaian khas preman kepada temannya.

"Iya, sih, tapi tuh cewek boleh juga ilmu bela dirinya. Kayaknya gue bakal kalah deh, kalau enggak ada, Lu," puji pria berambut cepak dengan banyak tindik di ujung telinganya.

Percakapan dua orang itu terdengar sampai ruangan tempat Wulan disekap. Lima menit yang lalu, Ia baru sadar dan sudah ada di ruangan pengap penuh debu, seperti gudang yang sudah lama tidak terpakai.

Tangan dan kakinya terikat, sedangkan ia duduk di kursi. Perempuan itu memindai ke sekelilingnya, berharap ada benda tajam yang dapat digunakan untuk melepas tali di tangan.

Namun, ia tidak menemukan apapun juga. Sekarang ia berharap pada alat pelacak yang selalu aktif di balik bajunya. Mudah-mudahan Jagat segera datang ke tempat ini.

Suara derit pintu terdengar, dua orang pria yang bercakap tadi masuk ke dalam, lalu tersenyum senang saat melihat tawanan sudah sadar.

Mereka berdua mendekati Wulan penuh nafsu.

"Jon, kita sikat aja, yuk," ajak pria berambut gondrong pada temannya.

"Janganlah, duit ini. Lu mau kaya kagak?" tanya Joni.

"Tapi, boleh juga ide Lu, Fiki. Paling kalau udah kita pake, harganya turun dikit lah."

Joni dan Fiki membuka jaket, lalu mendekati Wulan dengan tatapan penuh nafsu. Wulan tak bisa berteriak karena mulutnya tertutup kain.

Ia berusaha tenang untuk melepas tali dengan kekuatan yang ada. Namun, ikatan tali itu terlalu kencang.

"Kita bersenang-senang cantik," ujar Joni sambil melepas kaosnya.

Saat tangan Fiki hendak membuka penutup mulut Wulan. Seseorang mendobrak pintu, ternyata itu Jagat.

Wulan sangat bersyukur karena Jagat datang tepat waktu.

Jagat melempar pisau lipat ke pangkuan Wulan agar perempuan itu bisa melepas ikatannya.

"Heh sok jagoan lu! Sini gua sikat! Heaaahh!" Salah satu preman menyerang Jagat dengan kepalan tinju.

Entah kekuatan dari mana, Jagat hanya menangkis, namun membuat tubuh gempal preman itu terpental jauh kedinding.

"Buseet! Kuat amat ni orang!" Gumam preman satunya.

Ia mengeluarkan pisau lipat dan segera menyerang Jagat. Nasibnya sama seperti rekannya. Tubuhnya terpelanting jauh ke dinding.

Wulan hanya melongo. Tidak percaya melihat kekuatan tenaga Jagat.

Akhirnya, Wulan dapat melepaskan ikatan di tangan dan kaki.

Wulan yang melihat itu langsung memukul Joni kembali. Pria itu tersungkur di lantai.

Namun, tanpa Wulan sadari Fiki mengacungkan pisau dari arah belakangnya.

Tapi Fiki tak berhasil menusuk Wulan.

Malah Fiki yang ambruk dengan darah mengucur dari mulut dan hidungnya setelah dipukul punggungnya oleh Jagat.

Fiki meninggal di tempat. Sedangkan Joni kabur entah ke mana.

Tangan Jagat bergetar hebat.

Sudah dua kali, ia melenyapkan nyawa orang tanpa sengaja.

Dulu saat ia melakukan operasi di rumah sakit. Ia salah memotong syaraf pasien saat melakukan operasi. Akibatnya, pasien mengalami pendarahan hebat dan meninggal dunia.

Untungnya tak ada yang tahu hal itu. Hingga Jagat bisa selamat sampai sekarang dari tuntutan-tuntutan yang mungkin bisa membuatnya masuk penjara.

Namun sekarang, ia benar-benar membunuh orang dengan tangannya sendiri.

"Dokter Jagat," panggil Wulan.

Ia melihat tangan Jagat menggunakan sarung tangan. Itu artinya, sidik jari Jagat tidak bisa terdeteksi.

"Kita panggil ambulans."

"Lan, aku sudah membunuh," ucap Jagat bergetar hebat.

"Dokter tidak membunuh, tapi membela diri. Sudahlah, dokter tenang saja. Biar aku yang mengurus semuanya," ucap Wulan.

Ia juga merasa bersalah karena untuk menyelamatkannya Jagat tak sengaja melenyapkan nyawa orang.

"Mungkin nanti dokter akan diinterogasi. Aku yang akan bersaksi. Lagi pula, aku memasang kamera tersembunyi di bajuku. Jadi kita punya bukti kuat."

Wulan menelpon ambulans dan kantor polisi.

Tak berapa lama ambulans datang bersama dua orang polisi. Setelah menyampaikan beberapa pertanyaan pada Jagat dan Wulan.

Wulan menceritakan kronologis kejadian penculikannya, hingga kematian Fiki. Lalu Wulan memberikan kamera kecil miliknya sebagai bukti kalau Jagat tidak bersalah.

Pria itu hanya ingin menyelamatkannya dari dua preman tersebut. Polisi membawa mayat itu untuk diautopsi dan meminta Jagat dan Wulan dimintai keterangan.

...****************...

Bersambung

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!