Episode 6. Tamu Dari Bali

Amira sempat memberontak. Namun, Jagat tak menanggapinya. Ia terus saja menarik Amira. Sampai tanpa ia sadari, pergelangan tangan Amira merah.

"Sorry, Mir. Pergelangan tanganmu jadi merah." Jagat melepas pergelangan tangan Amira, lalu meniupnya pelan-pelan.

Ngapain sih?! Lepasin tanganku!" sentak Amira.

"Ada apaan, kamu sampai membawaku ke sini?"

"Aku cuma ingin ngasih info, berkaitan prediksiku waktu di Cafe itu," jelas Jagat sambil menatap dua bola mata indah milik Amira.

"Udah! Aku nggak mau denger pokoknya!. Kamu tahu, sejak saat itu, aku sering mencurigai orang-orang di sekitar aku," keluh Amira.

Perkataan Jagat tentang dirinya yang bergelimangan darah, membuatnya susah tidur dan selalu waspada. Hidupnya menjadi tak tenang.

"Nggak perlu ketakutan seperti itu, Mir. Aku tahu kok ciri-ciri orangnya. Dia---."

"Stop! Jangan bilang apapun! udah ya! Aku mau pulang. Kamu nggak perlu mikirin aku. Urus aja dirimu sendiri!"

Amira pergi meninggalkan Jagat dengan sewot. Pemuda itu tidak bisa merasakan bagaimana ia menjalani hari-hari dengan dihantui rasa takut.

 "Padahal aku ingin memberitahu ciri-ciri pelakunya, agar kamu tidak mencurigai orang-orang di sekitarmu. Dia … setengah manusia dan Iblis!" Gumam Jagat dalam hati.

...----------------...

Hari Kelulusan dan perpisahan para siswa-siswi kelas tiga SMA Swasta BUDI UTOMO Surabaya, telah tiba!

semua murid datang dengan menggunakan pakaian terbaiknya bersama kedua orang tua mereka.

Begitu juga dengan Jagat alias Wana. Ia datang bersama Dokter Gilbert dan Ibu Fasyana. Ia terlihat gagah dengan setelan jas hitam dipadu dengan kemeja putih dan celana hitam katun.

Tak lupa sepatu pantofel mengkilap, hadiah dari ibu angkatnya karena ia mendapat nilai tertinggi se-provinsi bahkan nasional. Banyak universitas yang mau menerimanya tanpa testing. Bahkan ia ditawari kuliah di luar negeri.

Tetapi ia memilih untuk melanjutkan kuliah ke Institut Teknologi Bandung (ITB), ada dua jurusan di sana yang menarik baginya. Jurusan Rekayasa Hayati ( Bio-engineering) dan Sains dan Teknologi Farmasi.

Jagat akan mengambil dua jurusan itu dalam satu waktu. Ia akan mendapatkan gelar strata satu dengan dua gelar.

Alasan Jagat memilih Rekayasa Hayati karena jurusan ini memperdalam tentang bidang ilmu kehayatan dan teknik serta mampu mengoptimalkan efisiensi produksi melalui perekayasaan berbasis biosistem.

Bio-engineering menjelaskan tentang agen tumbuhan merupakan "mesin produksi" dan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem produksi.

Sedangkan Sains dan Teknologi Farmasi lebih menitik beratkan pada penelitian obat, penyembuhan penyakit berbasis DNA, meneliti senyawa obat baru, meneliti pengaruh senyawa dari tanaman terhadap gangguan fisiologi pada tubuh, dan mekanisme kerja obat terhadap tubuh.

Keinginan Jagat ini, sudah dibicarakan dengan Dokter Gilbert, ayah angkatnya. Dokter Gilbert setuju saja. Melihat dari nilai Ujian Nasional Jagat, ia yakin anaknya itu mampu menyelesaikan kuliah dengan dua jurusan sekaligus.

Dulu, ia ingin Jagat masuk ke fakultas kedokteran untuk meneruskan rumah sakit yang ia bangun. Namun, Jagat memilih untuk beda jalur. Entah nanti. Mungkin ia juga akan mengambil jurusan kedokteran yang mempelajari gen pada manusia.

"Ayah, aku pergi ke sana dulu, ya. Ada seseorang yang ingin aku temui," ujar Jagat.

"Siapa? Pacarmu?" goda Dokter Gilbert.

"Ah, bukan. Cuma temen kok," ujar Jagat gelagapan.

"Sudah, sana. Kasihan dia nungguin," suruh ibu angkat Jagat.

Setelah mendapat izin, Jagat pergi untuk menemui Gayatri, teman dekat Amira. Ia ingin menanyakan keadaan Amira.

Karena setelah ujian nasional selesai,

Amira menghilang tanpa kabar, bahkan pihak sekolah pun tak tahu ke mana Amira. Keberadaanya seolah ditutupi.

" Gayatri! " Panggil Jagat.

Mendengar namanya dipanggil, Gayatri menoleh.

"Kamu tahu gak, di mana Amira?" Tanya Jagat to the point.

"Buat apa nanya-nanya Amira? Lagian, sejak beres Ujian Nasional, dia udah gak ada kabar."

" Tanya aja ke pihak sekolah. Mungkin mereka tahu keberadaan Amira," jelas Gayatri dengan nada sinis.

" Udah sih nanya pada pihak sekolah, tapi mereka juga tidak tahu apa-apa. Amira seakan hilang di telan bumi." Raut kecewa terlihat jelas di wajah Jagat.

"Kalau gitu, ya udah! Nggak perlu repot-repot nyariin Amira kalee." Gayatri berkacak pinggang.

" Mungkin dia sakit hati sama kamu. Kamu sih gak peka dengan perasaanya."

"Tahu nggak? Amira tu suka ama kamu."

Jagat diam. Bukan dirinya tidak tahu. Ia juga tahu kalau Amira menyukainya. Namun, ia tak ingin membuat gadis itu berharap banyak padanya. Ia bertanya karena khawatir terjadi apa-apa dengan Amira.

...----------------...

Waktu berlalu begitu cepat.

Baru juga tujuh tahun yang lalu, Jagat menjadi mahasiswa. Sekarang, ia sudah menjadi direktur rumah sakit menggantikan ayah angkatnya.

Ia juga sudah menyelesaikan kuliah 2 jurusan di ITB dengan hasil yang sangat memuaskan.

Lagi-lagi, ia mendapat nilai paling tinggi. Ia juga pernah ikut pertukaran pelajar ke luar negeri.

Sekarang ia mengambil jurusan kedokteran di bidang genetika di Jepang. Karena otak jeniusnya, ia bisa belajar jarak jauh dan mengurusi rumah sakit.

Seperti hari ini, Jagat baru pulang ke Indonesia setelah dua bulan di Jepang karena ada praktek yang tak bisa ditinggalkan.

 Sesampainya di rumah, ia mengetuk pintu. Mbok Darmi yang membuka pintu.

 "Eeeh Den Jagat. Pulang kok nggak bilang-bilang, Den?" tanya Mbok Darmi.

 Ia merasa aneh, tidak biasanya sang anak majikan itu pulang tanpa mengabarinya.

"Saya mendadak ingin pulang, Mbok. Di luar ada mobil silver, punya siapa, Mbok?" tanya Jagat.

"Oo itu lho, Den. Anak temennya Bapak, Den siapa, ya? Simbok lupa lagi, namanya susah. Kalau nggak salah dia dari Bali." Jelas Mbok Darmi.

"Oke, saya mau menemui ayah dulu."

"Sini tasnya, Den. Biar Simbok simpan di kamar." Mbok Darmi menawarkan bantuan.

Jagat memberikan tasnya pada Mbok Darmi.

"Simpan di ruang kerja saya saja, Mbok," pinta Jagat sambil berjalan menuju ruang kerja ayahnya yang terlewati dua kamar utama.

Sedangkan Mbok Darmi berjalan menapaki tangga menuju lantai dua.

Dari ruang kerja, terdengar suara orang sedang bercakap-cakap. Jagat samar-samar mendengar mereka membahas tentang wanita malam yang di bunuh.

Memang, berita itu viral di mana-mana. Apalagi kondisi mereka tidak utuh, jantung dan darahnya diambil. Entah apa motif sebenarnya. Ia hanya ingin melihat berita selanjutnya.

Jagat mengetuk pintu tiga kali.

Ayahnya berteriak menyuruhnya masuk.

Ia membuka pintu. Di sana duduk seorang pria muda tampan dengan jas putih khas kedokteran. Dilihat dari postur dan kulit wajahnya, umurnya sekitar tiga puluh lima tahunan.

"Eh Jagat! kok pulang nggak bilang-bilang?" Dokter Gilbert berdiri dari duduk dan menghampiri Jagat.

"Oh iya, kenalin, Ini dokter I Wayan Wicaksana, dia putra dari almarhum teman baik ayah, asal Bali. Kebetulan sekarang ditugaskan di

Surabaya." Jelas dokter Gilbert kepada Jagat.

"Dokter Wayan, Kenalkan, ini dokter Rahwana Jagat. Putraku!" Sambung dokter Gilbert.

...****************...

Bersambung

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!