Episode 16. Ada Jarak Jauh Yang Mulai Mendekat.

Letnan Petra langsung menelpon Bang Kadir untuk mengantar mereka ke desa itu. Karena tempat tinggal Bang Kadir ada di sekitaran sana, mereka membuat janji untuk bertemu di rumah Bang Kadir.

Pria itu memberitahu lokasi yang akan didatangi adalah desa terpencil yang pasti akan sulit menemukan signal, bahkan mereka membutuhkan senter untuk pencahayaan karena pasti mereka akan tiba malam hari ke sana.

Petra, Wulan dan Jagat serta Bang Kadir sampai di lokasi penemuan mayat.

Beberapa polisi juga sudah ada di sana, bahkan beberapa penduduk ikut menyaksikan. Kondisi mayat sudah membusuk.

Jagat memeriksa, perkiraan mayat meninggal satu minggu yang lalu dan ciri-ciri kematiannya sama dengan korban sebelumnya.

Berarti korban ini yang lebih dulu meninggal dari korban keenam. Dengan kata lain, perempuan ini korban keenam, sedangkan yang kemarin korban ketujuh.

Jagat mengenakan sarung tangan, lalu menyentuh tangan korban dengan harapan bisa melihat kejadian sebelum korban dibunuh. Namun sayang kali ini, ia tak bisa melihat kilasan masa lalu si korban.

Akhirnya korban dibawa ke kantor polisi untuk di autopsi, seperti biasa Dokter Wayan tidak bisa datang karena masih ada kegiatan di kampus.

Padahal Petra sudah menghubunginya sebelum berangkat ke lokasi. Seharusnya, Wayan yang memeriksa korban karena ia Dokter resmi yang ditunjuk oleh polisi untuk memecahkan kasus, bukannya malah Jagat. Dokter yang baru bergabung kurang dari satu hari.

...----------------...

Setelah mengurus mayat dan memeriksa kondisinya, Petra dan Wulan mengajak Jagat untuk ikut bersama mereka berdua ke rumah Petra.

Meskipun ini sudah larut malam, bukan waktu makan malam lagi. Namun, perut mereka bertiga tidak bisa diajak kompromi.

Akhirnya, Petra mengemudikan mobil ke rumah yang ditempati Wulan dan ibunya. Setelah makan nanti, ia berencana untuk kembali ke rumah dekat kantor polisi.

Bel berbunyi. Ibu Petra terbangun, lalu menyalakan lampu dan membuka pintu. Nampak di depan pintu, putranya, Wulan dan juga pemuda yang tak ia kenal.

Melihat raut wajah penuh tanda tanya dari sang ibu, Petra langsung memperkenalkan dokter Jagat pada Ibunya.

Setelah perkenalan singkat itu, mereka bertiga masuk ke rumah.

Tante Maria langsung menghangatkan lauk, sedangkan Wulan membantu menata meja makan serta menyediakan air minum.

Tanpa sengaja, tangannya menyenggol tangan Jagat saat ia akan meletakan piring di hadapan Jagat.

"Maaf," ucap Wulan sedikit grogi.

Entah, kenapa. Ia bisa merasakan perasaan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Jantungnya tiba-tiba berdegup kencang saat berada di dekat Jagat.

"Tidak apa-apa." Jagat menjawab dengan santai.

Setelah beres menata meja makan, Wulan membantu Tante Maria menghangatkan lauk. Ada semur ikan, oseng kangkung, tahu dan tempe goreng, tak lupa sambal terasi kesukaan Petra putranya.

Melihat ada semur ikan dan oseng kangkung, pasti malam ini Wulan akan tidur dengan nyenyak.

Semua lauk sudah selesai dihangatkan, kecuali tahu dan tempe yang mendadak di goreng. Wulan membantu membawa lauk ke meja makan. Setelah semua lauk ada di atas meja makan.

Tante Maria Mohon diri untuk melanjutkan tidur. Petra pun langsung meminta izin juga untuk pulang sesudah makan nanti agar ia tak mengganggu tidur sang ibu.

Tante Maria mempersilakan semuanya untuk makan malam sambil berjalan menuju kamarnya.

Mereka bertiga makan dalam kesunyian. Hanya denting sendok yang berbunyi. Petra terlihat sangat lahap, bahkan sampai nambah empat kali.

Wulan yang melihat kelakuan sahabatnya itu hanya geleng-geleng kepala. Perempuan itu merasa malu, apalagi ada Jagat di sini.

Jagat yang memang tidak terbiasa makan terlalu banyak. Ia hanya makan sedikit yang terpenting perutnya sudah terisi.

Ia meminta izin untuk duduk di teras rumah Petra. Ada sesuatu yang merasuki pikirannya tentang kasus ini, sedangkan Petra masih asyik makan dan Wulan membereskan piring bekas makan, lalu menyimpan kembali lauk di kemarin penyimpanan makanan.

Kemudian, ia membuat dua cangkir kopi untuk di bawa ke teras. Ya, kopi latte untuknya dan kopi hitam untuk Jagat. Meski ia tak tahu, Jagat suka kopi atau tidak. Setidaknya dari sana, ia tahu apa yang disukai dan tidak oleh Jagat.

"Diminum kopinya. Maaf, aku tidak tahu, apa kamu suka kopi hitam atau tidak?" tanya Wulan sambil menundukkan kepala.

"Aku suka kopi hitam kok, tenang saja,"

"Terima kasih, aku minum kopinya." Jawab Jagat sambil tersenyum manis.

"Silakan," ujar Wulan singkat sambil duduk di kursi sebelah Jagat yang hanya terhalang meja kecil.

"Kamu merasa ada yang aneh tidak dengan kasus ini?" tanya Jagat tiba-tiba.

"Aneh, bagaimana maksudnya?" Wulan melempar pertanyaan lagi.

Jagat jadi teringat cerita sahabatnya Agung yang berasal dari Bali.

"Kamu dari Bali, kan? Kamu pasti tahu tentang cerita Leak?" Tanya Jagat santai. Sambil menghirup kopi.

"Ya. Leak itu makhluk yang terbentuk karena ilmu tertentu. Wajahnya juga digambarkan dengan mata yang besar dan gigi taring yang tajam."

" Sebenarnya ilmu Leak ini bukan ilmu hitam, melainkan ilmu netral. Leak juga ada beberapa tingkatan, dari yang mulai rendah sampai tinggi." Jelas Wulan bersemangat.

Ia jadi memiliki waktu lama bersama jagat dan mengenal kepribadiannya semakin dalam.

Jagat bercerita, kalau menurut masyarakat Bali, Legenda Leak Bali ini berasal dari cerita yang muncul pada abad ke-11 Masehi, yaitu ketika pemerintahan Raja Erlangga berlangsung.

Pada zaman itu ada seorang perempuan janda yang bernama Calonarang yang dituding memiliki ilmu sihir karena sering melantunkan kidung-kidung berbahasa aneh dan juga selalu mengurung diri ketika matahari terbenam hingga terbit.

Karena reputasi Calonarang yang buruk, pemerintah dan warga sepakat untuk membunuh perempuan itu saat tertidur di malam hari.

Namun sayang, Calonarang bangun saat beberapa orang hendak membunuhnya. Ia pun marah besar, matanya seolah-olah keluar, dilengkapi dengan taring panjang yang dimilikinya. Tak hanya itu, dari mulutnya menyembur api yang membuat orang-orang yang berniat membunuhnya meninggal.

Ilmu leak ini memiliki tiga tingkatan, yaitu pertama tingkatan bawah yang fokus dengan perubahan wujud seseorang menjadi binatang, seperti ular, monyet, anjing, babi, dan lain-lain.

Kedua tingkatan menengah, yaitu kemampuan mengubah wujud seseorang menjadi burung Garuda dalam bentuk lainnya. Seseorang dapat berubah menjadi pitik bengil yang mempunyai paruh dan cakar yang berbisa dengan mata mengeluarkan api.

Sedangkan yang ketiga, yaitu ilmu leak tingkat tinggi. Ilmu tingkat ini bisa mengubah seseorang menjadi Nyai Rangda dan Bade.

" Aku pernah dengar, kalau Leak ini suka berkeliaran di kuburan pada malam hari untuk mencari organ manusia jadi ketika siang hari mereka akan tampak seperti manusia biasa."

" Mungkin kasus kita ada kaitannya dengan ilmu hitam yang sedang pelaku pelajari." Wulan menebak-nebak."

" Mungkin, karena ilmu pelaku itulah yang membuatku tak bisa melihat wajahnya saat kilasan sebelum kejadian pembunuhan pada setiap korban."

"Jika memang ini ada sangkut pautnya dengan sihir. Kita harus meminta bantuan seseorang yang paham akan hal mistis." Saran Jagat sambil asyik menatap Wulan dengan senang.

...****************...

Bersambung

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!