Episode 9. Kilas Balik Tiga Korban # Part 2

Belum sempat menoleh, Harfa sudah membelalakkan matanya.

Heru Yang sudah menyerupai makhluk gurita telah menusuk Harfa dari belakang dengan sulur tajamnya.

"M-m-a-s, ke-na-pa-," kata Harfa terputus dan akhirnya, ia menghembuskan nafas terakhir.

Heru langsung bertindak.

Pertama-tama, ia menyayat dada Harfa dengan pisau bedah dan mengambil jantungnya.

Kemudian ia mengambil botol kaca yang ada di dalam tas beserta dengan alat penyedot air untuk mengambil sebagian darah Harfa.

Wajah Heru terlihat senang sekali. Ia sangat menikmati proses saat menyayat dada Harfa. Botol berisi darah itu, ia minum satu tegukan. Kemudian ia menyimpannya ke dalam tas bersama jantung yang sudah dibungkus plastik.

Setelah Heru menjahit kembali bagian dada wanita itu. Kemudian, ia pergi meninggalkan Harfa di kamar kosannya

...----------------...

Korban ketiga

"Ampun, Mas. Tolong, jangan bunuh aku!" Laura memohon sambil bersimpuh di kaki pria yang baru sehari dikenalnya, lalu mengajak dinner kencan.

"Sayang, jangan takut! Sakitnya hanya sebentar. Aku hanya butuh darah dan jantungmu saja." Pria itu mendekati Laura.

"Mas, kamu mau semua uangku. Ini dompetku. Di sana ada ATM dengan saldo seratus juta lebih, tapi jangan bunuh aku." Laura terus memohon sambil berlinang airmata.

Bahkan, badannya gemetar karena ketakutan.

Pria itu mengambil dompet Laura dan membukanya.

"Ni Ketut Laura Maharani, kamu orang Bali?" tanya pria itu saat melihat nama Ketut dan alamat asalnya.

"Tak masalah. Aku masih bisa mengambil jantungmu." ucapnya sambil senyum menyeringai.

Laura terus memohon berharap pria itu luluh dan membiarkannya pergi dari tempat ini.

Namun, harapan tinggal harapan. Tanpa belas kasihan, pria itu menjambak rambut Laura. Tiba-tiba pria itu berubah menjadi sosok monster yang menakutkan. Lidah berbentuk Ujung Tombak langsung menembus dada Laura. Monster itu mengeluarkan jantung dan memakannya begitu nikmat.

...----------------...

Jagat memegang kepala yang terasa berat. Pelan, ia membuka mata. Keringat membasahi dahi dan napasnya juga terengah-engah.

Sudah lama, ia tak mendapatkan Vision tentang masa lalu atau masa depan seseorang.

Namun kali ini, tiga kilasan berkelebat dalam memorinya, tapi sayang wajah pelaku tidak terlihat karena tiba-tiba berubah menjadi monster yang sangat menakutkan.

Ada dua kejanggalan yang ia lihat di dalam bayangan itu. Kenapa korban ketiga, Ni Ketut Laura Maharani, darahnya tidak diambil dan diminum. Apa karena Laura orang Bali hingga pelaku tidak mengambil darahnya.

Ia merasa mendapatkan dua tempat sebagai petunjuk di mana pelaku berada, Surabaya dan Bali.

Kejanggalan kedua, kenapa pelaku tidak berubah saat menghabisi korban kedua.

Terdengar suara ponsel berdering. Ada panggilan masuk dari rumah sakit. Jagat mengambil ponsel di atas nakas, lalu mengangkatnya.

"Hallo," jawab Jagat sambil memegang dahi. "

"Ada apa?"

"Dok, ada pasien gawat darurat yang harus segera di operasi," jawab orang di seberang sana.

"Dokter Dara ada di sana? Atau Dokter Sansan?" tanya Jagat.

"Tidak ada, Dok. Namun, di sini kebetulan ada Dokter Wayan, anak Dokter Bhairawa."

Mendengar nama Wayan disebut, Jagat berpikir dulu.

"Kamu minta bantuan dulu pada dokter Wayan. Saya akan segera ke sana."

"Baik, Dok," jawab orang itu sambil menutup telepon.

"Bukannya, dokter Wayan masih terlibat perbincangan dengan ayah? Kapan dia pergi ke rumah sakit?" tanya Jagat pada dirinya sendiri.

Kemudian ia melihat jam di ponsel ternyata, jam sudah menunjukkan pukul 5 sore.

Pantas, kalau dokter Wayan ada di rumah sakit.

Ternyata cukup lama juga ia menerima kilasan bayangan itu. Sekarang lebih baik, ia segera ke rumah sakit. Rasanya tidak enak jika dokter Wayan yang melakukan operasi.

...----------------...

Sesampainya di rumah sakit, Jagat langsung berlari menuju ruang operasi. Namun, Suster Kiran menghentikan langkah dan memberitahunya kalau operasi sedang dilakukan oleh Dokter Wayan dan beberapa dokter yang sedang koas.

Ia memutuskan masuk ke dalam untuk melihat kinerja anak dari sahabat ayahnya itu. Karena tersiar kabar, kalau Dokter Wayan itu adalah dokter bedah terkenal di kota Surabaya.

Dari balik jendela Jagat melihat, bagaimana Dokter Wayan melakukan operasi. Ia mendapat kabar jika pasien mengalami luka tusuk di bagian dada. Pasiennya juga seorang wanita. Jagat langsung kembali kebagian administrasi. Untuk mengetahui, latar belakang pasien.

"Suster Kiran," panggil Jagat.

"Apa ada keluarga pasien yang datang?" tanyanya tanpa basa-basi

"Tidak ada, Dok. Menurut informasi dari polisi dan identitas yang ada. Pasien ini bernama Anne, tinggal di Kalibata-Jakarta Selatan. Sepertinya, pasien sebatang kara, Dok,"jelas Suster Kiran.

"Pasien ditemukan di mana? Apa pekerjaannya?" tanya Jagat.

"Kabarnya sih, di temukan oleh warga di semak-semak. Pekerjaan pasien sebagai tukang laundry, dok." Suster Kiran mengingat-ingat percakapan antara polisi dan pihak rumah sakit.

"Oke, terima kasih." ucap Jagat usai mendengar penjelasan Suster Kiran.

Hati Jagat sedikit lega. Pekerjaan pasien bukalah penjajah harga diri.

Jagat kembali menuju ruangan operasi. Ia ingin melihat lagi operasi yang dilakukan dokter Wayan, ternyata operasi telah selesai.

Pria itu sedang menjahit bagian dada korban.

Benar kata ayah angkatnya, kalau Dokter Wayan adalah Dokter Bedah terbaik.

Tak salah jika Dokter Wayan ikut bergabung dalam kasus pembunuhan para wanita malam.

Operasi selesai dan berhasil. Anne sudah melewati masa kritisnya, hanya saja wanita itu belum sadarkan diri. Ia pun dibawa ke ruang IGD. Setelah siuman nanti, ia akan ditempatkan di ruang inap.

"Dokter Jagat, kamu ada di sini? Kenapa tidak ikut masuk?" tanya Dokter Wayan.

Jagat terkejut karena Dokter Wayan sudah ada di sampingnya.

" Ah, aku tidak ingin menganggu operasi anda, Dokter Wayan. Kalau aku masuk ke sana, mungkin konsentrasi anda akan buyar dan keselamatan pasien menjadi taruhannya."

Dokter Wayan mengangguk paham. Ia kembali menawarkan Jagat untuk bergabung dengan tim investigasi kasus pembunuhan para penjaja surga. Namun, lagi-lagi Jagat menolaknya karena ia tak ingin berurusan lagi dengan bayangan-bayangan masa lalu orang.

Jagat ingin hidup normal, seperti yang lainnya.

Jagat mengajak Dokter Wayan ke ruangannya. Ada beberapa hal yang ingin ia tanyakan pada Dokter bedah terkenal itu. Dokter Wayan meminta izin untuk mengganti pakaian dulu.

Jagat pun pergi terlebih dahulu.

Jarak antara ruang operasi lumayan jauh. Jagat harus melewati beberapa ruangan. Kemudian dua blok ke arah kanan.

Dari kejauhan terlihat, namanya tertera di pintu berwarna putih bersebelahan dengan ruangan Dokter Arfina, dokter anak yang cantik, keturunan Turki.

Saat ia akan membuka pintu ruangan. Dokter Arfina keluar . Dokter dengan mata berwarna coklat itu menyapanya dengan hangat. Ya, dulu Dokter Arfina pernah menyatakan perasaan padanya. Namun, ia menolaknya karena bukan cinta yang menjadi tujuan hidupnya, tapi karir yang mapan.

Hanya ada satu nama wanita yang sampai sekarang ia cari keberadaannya, yaitu Amira Putri.

"Amira, kamu di mana? Sudah tujuh tahun berlalu, tapi aku tidak juga bisa menemukanmu. Orang suruhanku pun tak bisa melacak keberadaanmu." Jagat menatap

foto Amira dan dirinya saat masih mengenakan seragam putih abu-abu.

Jagat mencari Amira, bukan karena suka, tapi ia tak ingin pria yang dalam bayangannya dulu berhasil membunuh Amira.

...****************...

Bersambung

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!