Episode 12. Hawa Panas misterius dr. Wayan

Setelah diperiksa ternyata tidak ada.

Kalau bagian dada sudah pasti, jantung yang tidak ada. Ia menjahit kembali. Kemungkinan besar jahitan itu bekas operasi sesar.

Petra dan Wulan datang menghampiri dokter Wayan yang sedang menjahit kembali bagian dada. Setelah selesai Petra memperkenalkan Wulan pada dokter Wayan. Mereka berdua berjabat tangan.

Seketika Wulan merasakan hawa aneh yang merambat ke tubuhnya. Hawa yang sangat panas. Wanita itu langsung melepaskan jabatan tangannya karena tak kuat dengan hawa panas itu.

"Dok, apa ini dilakukan oleh pelaku yang sama? Ada organ yang hilang dibagian perut?" tanya Letnan Petra.

"Kita bicara di ruangan saja. Ayo," ajak dokter Wayan sambil melepas pakaian khusus operasi dan masker yang dikenakannya.

"Sus, tolong bereskan semuanya ya." Pinta pria itu

menyuruh salah satu perawat yang membantunya di sana.

Dokter Wayan berjalan terlebih dahulu diikuti Petra dan Wulan. Mereka melewati beberapa ruangan hingga sampailah di ruangan pribadi Pria itu.

Dokter berkacamata itu membuka pintu dan mempersilahkan mereka berdua duduk.

Dokter Wayan memberitahu kondisi korban sama dengan korban sebelumnya.

Hanya saja, kali ini profesi wanita itu bukan kupu-kupu malam, melainkan seorang pedagang nasi kuning di pinggir jalan.

Teka-teki pelaku semakin rumit saja, membuat kepala Petra pusing, sedangkan Wulan mencoba mencerna apa yang dijelaskan dokter Wayan.

Ia merasa ada yang mengganjal, tetapi ia tak bisa mengungkapkannya. Gadis itu sebenarnya memiliki kekuatan yang tak satupun orang tahu, termasuk ibu dan Petra--sahabatnya.

Ia bisa merasakan hawa orang yang memiliki ilmu gaib saat ia bersentuhan dengan orang itu. Kelebihan ini, baru disadari saat duduk di bangku kuliah dan itu berlanjut sampai sekarang, bahkan ia juga bisa melihat arwah.

Wulan menatap dokter Wayan. Entah kenapa, ia merasa dokter itu memiliki ilmu ghaib. Namun, ia tak tahu ilmu ghaib apa yang dokter itu miliki. Ia harus bertanya tentang latar belakang dokter forensik itu kepada Petra.

"Kenapa, Detektif Wulan menatap saya seperti itu? Apa ada yang aneh pada diri saya?" tanya Dokter Wayan saat tahu Wulan sedang menatapnya.

"Ah." Wulan tersentak.

"Apa ada yang aneh dengan saya?" Dokter Wayan mengulangi pertanyaannya.

"Tidak, dok. Saya hanya bertanya-tanya. Mungkin pelaku korban ini tidak sama dengan korban yang lain." Wulan buru-buru seolah sedang menganalisis.

"Menurut Nona, kira-kira, siapa pelaku korban kali ini?" Dokter Wayan mulai tertarik pada perkiraan Wulan.

"Aku tidak tahu, siapa pelakunya, yang pasti pelakunya berbeda karena perempuan ini bukan seorang tuna susila" jelas Wulan singkat.

"Apa hanya itu? Saya tahu, anda detektif terkenal, saya yakin ada hal lain yang ada dipikiran anda?" Dokter Wayan menebak.

"Menurut anda, apa yang saya pikirkan?" Wulan mulai memancing dokter itu.

Ia yakin ada sesuatu yang dokter itu sembunyikan.

Dokter Wayan hanya tersenyum sambil menyandarkan punggung di kursinya. Ia sangat tertarik dengan gadis bermata tajam seperti Wulan. Ia bertekad untuk mendekatinya.

...----------------...

Setelah pulang dari pertemuan dengan Dokter Wayan. Wulan dan Petra langsung meneruskan perjalanan ke tempat kejadian korban pertama ditemukan.

Wulan harus mencari petunjuk lebih detail lagi. Perempuan itu tak ingin salah menangkap orang.

Di sepanjang perjalanan, Wulan terhanyut dalam pikirannya. Ia mengira-ngira hawa panas itu berasal dari ilmu apa? Karena hawa yang ia rasakan, setiap ilmu gaib, sihir atau yang lainnya memiliki aura tersendiri.

Namun, ia merasakan hawa yang begitu panas dari Dokter Wayan.

Wulan dulu pernah merasakan aura orang yang memiliki ilmu kekebalan, hawanya itu hangat saat dipegang tangan kirinya bergerak.

Di lain waktu, ia juga bertemu dengan orang yang menguasai berbagai ilmu santet. Hawanya panas dan dingin serta kepalanya terasa berat.

Kali ini hawa dari Dokter Wayan tak mampu ia tebak, seperti ada yang menghalangi.

"Woi, Lan. Kamu jangan ngelamun terus? Sebentar lagi kita sampai." Petra menyadarkan Wulan yang terlihat melamun terus setelah pulang dari pertemuan dengan Dokter Wayan.

"Kamu lagi mikirin Dokter Wayan, ya? He he."

"Iya." Wulan menjawab singkat.

"Cie-cie, kayaknya ada yang mulai terpesona nih. Jujur, Dokter Wayan itu tampan, dosen, dan pengusaha pula, plus masih jomblo. Mau beta comblang-in sama dia?" goda Petra sambil melirik Wulan dengan senyum tipis.

"Tra, aku tuh bukan suka ama dokter itu. Eh, kamu kenal dokter itu di mana?" tanya Wulan penasaran.

Ia harus mencari tahu latar belakang Dokter Wayan, semakin cepat semakin baik..

"Kepo juga kan, kamu?" Goda Petra lagi.

"Aku bukan kepo, tapi nanya serius." Wulan mengeluarkan nada tegas dan mata yang menatap tajam.

Petra menceritakan awal mengenal Dokter Wayan. Dokter itu sangat terkenal di Surabaya sebagai dokter ahli bedah. Tak hanya itu, dia juga dosen di beberapa kampus ternama dan juga pengusaha di bidang kuliner Bakso dan alat Peraga Kesehatan yang sudah banyak cabangnya.

Banyak yang bilang rasa baksonya enak dan lembut. Sayangnya ia bukan pecinta bakso. Sampai sekarang ia belum pernah mencicipi rasa bakso itu.

Wulan semakin penasaran dengan sosok Dokter Wayan. Ia pun meminta Petra untuk memberikan biodata Dokter Wayan secara lengkap. Karena setiap orang yang ia temui, ada kemungkinan menjadi pelaku atas kasus pembunuhan ini.

Ia tak peduli jika Petra berpikiran macam-macam. Yang terpenting, ia harus bisa memecahkan kasus ini dan kembali ke luar negeri.

...----------------...

"Terima kasih, Dokter Jagat," ujar perempuan paruh baya yang sudah memeriksakan bekas operasinya.

"Sama-sama, Bu. Semoga lukanya cepat kering, ya. Sepuluh hari lagi, ibu kontrol lagi," ujar Jagat tersenyum ramah.

"Baik, Dok. Saya permisi." Ibu paruh baya itu berdiri, lalu berjalan ke luar ruangan.

Jagat menganggukan tanda mempersilakan ibu itu untuk keluar ruangan. Setelah ibu itu keluar dari ruangan, Suster Ani masuk.

"Dok, tidak ada lagi pasien. Ibu tadi pasien terakhir." Suster Ani memberitahu Jagat sambil melihat data pasien, takut ada pasien yang terlewat. Setelah itu ia kembali ke mejanya.

Jagat menyandarkan tubuhnya sambil menyalakan ponsel.

Di pencarian, ia mengetik kasus pembunuhan wanita malam. Sederet berita muncul, hingga ia membaca satu berita yang menarik perhatiannya. Korban kelima kasus pembunuhan bernama Amira.

Tangannya langsung mengklik berita itu. Ia membetulkan posisi duduk, siku tangan diletakkan di atas meja. Kemudian ia membaca berita itu dengan serius.

Di sana ada foto korban atas nama Amira. Jagat memperbesar foto itu untuk meyakinkan diri, bahwa wanita itu bukan Amira yang selama ini dicarinya.

Namun, kenyataan tak berpihak padanya. Wanita itu benar-benar Amira.

Ya! Amira Putri!

Sahabat yang selama ini dicarinya.

Tetapi, kenapa ia bisa menjadi wanita malam. Bukankah ayahnya seorang pengusaha?

Apa karena ini, Amira menghilang. Pertanyaan bermunculan dipikirannya. Hingga ketukan pintu, mengalihkan semua pikirannya.

Suster Ani membuka pintu, "Dok, ada pasien gawat darurat yang harus segera dioperasi."

"Baik, saya akan segera ke sana," ujar Jagat. Sebelum melakukan operasi, ia menelpon seseorang.

"Dokter Wayan, saya akan bergabung dengan tim anda. Apa tawaran anda masih berlaku?" tanya Jagat.

...****************...

Bersambung

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!