Episode 8. Kilas Balik Tiga Korban # Part 1

Leon tak menjawab.

Ia terus melajukan mobil lebih masuk ke hutan. Lima puluh meter dari mobilnya berada terlihat, rumah berbentuk minimalis. Melihat itu, Liana sedikit lega. Pikiran perempuan itu sudah ke mana-mana.

Mobil berhenti di halaman yang asri. Pria paruh baya muncul dari dalam rumah. Ia menyambut kedatangan Leon dan Liana.

Seperti biasa, pria itu membuka bagasi dan mengambil barang-barang majikannya ke rumah.

Leon merangkul Liana, lalu mengajaknya masuk. Rumah itu terlihat biasa saja dari luar. Namun, di dalamnya sangat mewah.

Lampu yang tergantung di atap, harganya kisaran ratusan juta. Belum lagi kursi, lemari, dan lain-lainnya. Mereka berdua menaiki tangga demi tangga menuju lantai dua.

Leon membuka salah satu ruangan. Tidak ada kasur. Di dalam, hanya ada benda tajam yang tergantung di dinding, seperti samurai, pisau lipat, dan pisau pemotong daging serta satu kursi di pojok dekat jendela. Sungguh pemandangan membuat Liana merinding.

Namun di dalamnya ada satu ruangan lagi, yang ternyata kamar tidur mewah.

Liana merasa lega, akhirnya hasratnya pada sang pria tampan bisa terpenuhi.

"Sayang, silahkan duduk." Leon tersenyum manis.

Ia menyuruh Liana untuk duduk di tempat tidur.

Leon membuka busananya dengan kalem.

"Oke mas!" Jawab Liana tidak sabar membuka busananya juga.

Saat melihat tubuh Leon yang indah dan berotot, Liana terpesona.

"Sudah puas melihatnya?" Goda Leon.

" Ehm! Ah mas Leon bisa saja." Elak Liana tersipu.

"Sayang, mari kita mulai Permainannya ...Menyenangkan kok." Leon mengambil tali yang ada di dinding.

Kemudian ia mendekati Liana.

Liana berdiri, lalu melangkah mundur saat Leon semakin mendekat.

"Mas Leon, kamu mau apa?" tanyanya dengan tubuh gemetar.

Leon tak menghiraukan pertanyaan Liana. Langkah kakinya semakin mendekat dengan mangsanya. Ia mengusap wajah Liana dengan lembut.

" Tenanglah, bersediakah kedua tangan dan kaki diikat? Aku suka sense yang agak berbeda."

Mood Liana langsung berubah sedikit takut.

" Cuma diikat doang kan? "

" Iyaa, ga disiksa kok. Ini hanya untuk sense macho aku aja." Leon meyakinkan.

Akhirnya Liana luluh.

" Oke, tapi bayaran Lima kali lipat."

"Iya sayang, aku tambahin deh sepuluh kali lipat." Timpal Leon.

" Se-serius?" Mata Liana berbinar girang.

Leon langsung menciumnya bertubi tubi sambil mendorong ke ranjang.

Liana membalas dengan semangat.

" Aku ikat dulu ya? Supaya lebih seru … " Bujuk Leon

Liana yang sudah lupa diri, mengangguk patuh.

Dengan tenang, Leon mengikat kedua tangan dan kaki wanita muda itu.

Kemudian menutup kedua mata wanita itu juga

" Lho mas, pake tutup mata juga?"

"Sst … " Leon menenangkan sambil menciumnya dari bibir sampai keseluruh tubuh yang vital.

Liana menikmati layanan yang diberikan Leon.

Dalam hatinya, Leon adalah tipe pria yang ahli dalam bercinta. Dia ahli dalam menyentuh titik kebahagiaannya.

Namun Liana tidak menyadari, bahaya yang mengintainya di akhir permainan.

" Kau sudah puas, Liana?" Tanya Leon lembut.

" Kau luar biasa mas, aku jadi malu."

Seharusnya aku yang aktif duluan." Senyum Liana.

"Aku suka membuat mangsaku berbahagia. Supaya dia mati dengan damai." Ucap Leon santai.

Deg!

Ucapan terakhir Leon membuat Liana menyadari situasi buruk.

" Ah mas, jangan nakutin donk. Horor amat sih ucapannya" Liana tertawa mencoba menepis rasa takut.

Sampai wanita itu menemukan kejanggalan.

Ada suara mendesis dan sesuatu berlendir seperti ular berjalan diatas tubuhnya.

" Mas! A-a-apa ini ya? Kok kaya ada ular sih? "

" Ssst … ini cuma mainan kok. Kuberikan kenikmatan kedua!" Ujar Leon tenang.

Liana tidak bisa melihat situasi, dikarenakan terhalang penutup kain hitam. Dia hanya bisa panik dan mulai menggunakan insting.

Wanita itu merasakan sesuatu berdenyut dan berlendir di organ intimnya, kadang menggelitik membangkitkan gairah, kadang menarik otot rahimnya yang menimbulkan perih.

Namun dia merasakan ada hal lain seperti beberapa sulur menyebar ke seluruh tubuhnya.

Instingnya mengatakan ada sesuatu yang mulai semakin besar melebihi ukuran normal dalam tubuhnya.

Sulur-sulur berlendir itu mulai menempel kuat di kulit beberapa bagian tubuhnya …

Liana mulai merasakan sakit di otot rahimnya, ketika sesuatu itu mulai terasa seperti menghisap cairan dirinya.

" M-mas, apa iniii, hiks … sakit, hiks … tolooong! "

Liana menjerit lemah di antara rasa sakit dan menangis ketakutan.

Wanita itu tidak menyadari, bahwa sosok pria tampan idaman yang berdiri sudah berubah menjadi monster dengan kepala setengah gurita.

Sulur-sulurnya menghisap darah Liana dari berbagai bagian tubuhnya.

Sampai akhirnya Liana membelalakkan mata untuk menghembuskan nafas terakhir, karena kehabisan darah.

Puas menghisap darah mangsanya sampai habis, Leon kembali ke bentuk rupa semula.

Lalu dia mengambil peralatan pisau bedah di sebuah rak.

Dia menghampiri Liana dan mengiris dadanya secara rapi. Terlihat jantung segar dan basah.

"Bayarannya, sepuluh kali lipat kan?" Tanya Leon sinis sambil mencabut pisau.

"Hmmm, darah ini segar sekali." Ia mencium aroma darah yang mengenai tangannya.

Setelah membuka ikatan tali korbannya, Leon mengangkat tubuh Liana menuju ruangan rahasia. Ia menekan tombol kecil yang ada di balik samurai. Seketika sebuah pintu terbuka, ia masuk ke ruangan itu dan menutupnya kembali.

Di sana ada ruangan khusus operasi. Rak-rak berjajar mengelilingi ruangan itu, ada banyak botol yang berisi darah dan jantung.

Leon biasanya mengambil jantung dan hewan buas. Namun, ternyata darah manusia lebih segar, apalagi darah dari wanita malam.

Leon melanjutkan aksinya kembali. Ia membaringkan tubuh Liana di ranjang bedah.

"Saatnya makan!" Gumamnya menyeringai.

Leon berubah menjadi monster besar yang menakutkan. Monster itu memiliki lima lidah yang keluar dari mulutnya. Lidah itu menjilati darah di dada wanita itu.

Salah satu lidah berubah menjadi seruncing ujung tombak, dan langsung menembus dada Liana, lalu mengambil jantung dan memakannya dengan lahap.

Setelah memakan jantung, monster itu kembali menjadi sosok Leon. ia langsung menjahit kembali dada Liana, lalu menggendong perempuan itu menuju mobil Leon.

Ia akan membuang mayat Liana di rerimbunan ilalang yang letaknya jauh dari tempat persembunyiannya.

...----------------...

Korban kedua

Harfa melamun di pinggir kasur, hingga sepasang tangan merengkuhnya dari belakang.

Dia, pria yang baru lima menit bertemu. Namun, mampu membuatnya langsung tertarik. Sebenarnya ia tipikal wanita yang sulit jatuh cinta. Entah, kenapa pada pria ini? Ia memberikan semuanya, bahkan jika pria itu mau menikmati tubuhnya tanpa dibayar pun, ia rela.

Awal pertemuan antara Harfa dan pria itu di taman dekat kosannya. Ia sedang sedih karena ditinggalkan pria yang menjanjikan kebahagian hidup bersama dalam ikatan pernikahan.

Ia sangat senang karena tidak lagi menjajakan diri pada lelaki hidung belang. Dalam kegamangan hatinya, pria itu datang dan memperkenalkan diri sebagai Heru. Mereka berdua terlihat akrab. Akhirnya, berakhir di kamar kosannya.

"Mas Heru, sudah tidak tahan, ya?" goda Harfa dengan nada genit.

"Ya, aku sudah tidak tahan untuk meminum darahmu," kata Heru lembut.

" Ih mas, jangan serem ah! Emang mas mau jadi drakula? "

Lama tak ada jawaban.

" Mas?" Liana penasaran

...****************...

Bersambung

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!