Episode 2. Bangkit dari kematian

Dokter Gilbert bergegas menuju ruang IGD. Sampai di sana ia langsung mengenakan pakaian khusus. Ada dua perawat di dalam.

Salah satu dari mereka berusaha menekan dada Jagat untuk memancing detak jantung agar kembali berdetak. Namun, hasilnya nihil.

Dokter Gilbert maju menggantikan perawat itu. Ia mencoba menekan dada pasien. Hasilnya sama. Ia menyuruh Anne untuk membawa pacemaker jantung.

Anne dengan sigap mengambil alat itu, Dokter Gilbert menghitung satu sampai tiga, lalu meletakkan alat itu di dada bagian atas dalam ruang jantung.

Percobaan pertama tidak berhasil, begitupun kedua dan ketiga. Akhirnya Jagat dipastikan meninggal dunia.

Semua selang yang berada di tubuh Jagat dilepas. Kemudian Anne menutup seluruh badan pasien pria itu menggunakan kain putih.

Saat Dokter Gilbert keluar IGD, Ia langsung menghubungi pihak kepolisian untuk memberitahu jika pasien Jagat sudah meninggal dunia.

Saat Dokter Gilbert sedang menelpon kepolisian, dari dalam ruang IGD, terdengar suara keributan. Ia menyudahi pembicaraan, lalu bergegas masuk kembali ke dalam.

Di sana terlihat, wajah tiga perawat yang pucat pasi. Bagaimana tidak syok. Ketika melihat pasien Jagat yang dinyatakan meninggal, tiba-tiba terbangun dengan kondisi seperti orang yang sehat, bahkan ia sudah berdiri di depan mereka semua.

Dokter Gilbert berjalan ke arah Jagat. Ia memutari Jagat untuk memeriksa kondisinya. Memang ini cukup aneh.

Pertama kali dibawa ke rumah sakit kondisi Jagat sangat parah. Tidak mungkin, bisa langsung cepat sembuh. Apalagi Jagat sempat koma selama 2 hari.

Untuk meyakinkan, Dokter Gilbert menyuruh pasiennya itu untuk berbaring. Ia mulai memeriksamya lagi, dari mulai detak jantung, tensi, dan mengarahkan cahaya senter kecil kedua matanya.

Tak ada yang bermasalah, semua baik-baik saja. Bahkan sepertinya, Jagat tidak merasakan sakit bekas jahitan di tangan, perut, dan kepalanya. Ia terlihat sehat sekali.

"*Suster Anne, siapkan kamar* *rawat*." Dokter Gilbert menyuruh Anne untuk mempersiapkan ruangan untuk Jagat.

Anne dan dua perawat yang ada di sana masih terlihat syok. Namun, mereka semua langsung keluar dari ruang IGD untuk melakukan apa yang diperintahkan Dokter Gilbert.

"*Ayo, kita ke ruanganku*," ajak Dokter Gilbert. Ia melangkah terlebih dulu. Di belakang, Jagat mengikuti.

Beberapa orang yang ada di sekitar sana menatap heran ke arah Jagat. Mungkin mereka bertanya-tanya, kok ada pasien IGD keluar dalam kondisi yang sehat tanpa terbaring di brankar.

Selain kejadian pembunuhan itu, untuk kedua kalinya, Jagat membuat kehebohan di rumah sakit.

Dokter Gilbert membuka pintu ruangannya, "*Masuk*!"

Tanpa bicara apa pun, Jagat masuk. Ia melihat ke setiap sudut ruangan. Di sana ada meja, komputer, kursi, dan alat-alat kedokteran lainnya. Hingga ia melihat papan nama di atas meja. **Dr. Gilbert, Sp.S**.

Ia menyentuh papan nama itu. Sekelebat bayangan masuk ke memori ingatannya. Ia melihat Dokter Gilbert sedang mengendarai mobil.

Dalam memori, tiba-tiba ada motor dengan kecepatan tinggi dari arah depan.

Awalnya Dokter Gilbert akan menghindar. Namun, ternyata pengendara motor memilih menabrakkan motor ke trotoar.

Motor pun terguling dan pengendaranya tak sadarkan diri.

Tepukan tangan di pundak, membuat Jagat membuka mata dan kepalanya terasa berdenyut. Dokter Gilbert menyuruh pasiennya itu untuk duduk.

Meski terlihat baik-baik saja, tetap saja kesehatannya harus diperhatikan.

Namun, ada sesuatu yang ia tanyakan pada Jagat.

"*Sebelumnya, perkenalkan saya* *Gilbert*, *Dokter yang menanganimu. Jadi kalau* *ada keluhan*, *kamu bisa menghubungi saya*." Gilbert mengulurkan tangan.

Jagat membalasnya tanpa berkata apa-apa.

. "*Ngomong-ngomong, Apa kamu* *ingat kejadian yang menimpamu sampai* *dilarikan ke rumah sakit*?" Dokter Gilbert memulai pertanyaan.

Jagat hanya menggelengkan kepala.

"*Kamu tahu, siapa namamu*? *Ayah atau* *ibumu*?" tanya Dokter Gilbert lagi untuk memastikan.

"*Aku benar-benar tak ingat apapun*," ucap Jagat akhirnya mengeluarkan suara.

"*Mungkin, kamu tak ingat apa-apa* *karena benturan di kepalamu yang cukup* *keras*." Dokter Gilbert menyandarkan punggung di kursi, lalu ia mengeluarkan dua lembar foto dari saku jasnya, "*Kamu, kenal* *orang dalam foto ini*?" tanyanya sambil memperlihatkannya Jagat.

Jagat menyentuh foto itu. Bayangan berkelebat kembali hadir, ia memejamkan mata.

Ruangan itu sangat gelap, tak ada pencahayaan sedikitpun. Namun, ada pria masuk ke sana. Pria itu berjalan dengan bantuan cahaya senter.

Sayang, ia tak bisa melihat jelas wajah pria itu, seperti ada sesuatu yang menghalangi agar ia tak bisa mengenalinya.

"*Kamu*-," belum selesai orang itu berkata. Pria itu langsung menancapkan jarum suntik. Kesadaran orang itu pun kembali hilang.

Pria itu melepas ikatan mereka berdua. Ia mengangkat korban perempuan untuk di bawa ke ruangan khusus. Ruangan yang menjadi tempat paling favorit baginya.

Tak ada yang bisa ke sana selain dirinya. Ia berjalan pelan. Namun, di sudut lorong sana, terlihat pedar cahaya. Ia mematikan senter.

Ruangan itu seperti ruangan tempat operasi. Pria itu membaringkan perempuan yang dibawanya di kasur. Setelah itu, ia mengenakan jas putih dan menyiap alat-alat untuk operasi.

Ia mengambil sebilah pisau, lalu berdiri di samping wanita itu.

Dengan senyum misterius, ia mulai membuka baju perempuan itu. Kemudian pisau itu mulai bekerja membelah dada perempuan itu.

Napas Jagat naik-turun. Ia membuka mata. Keringat membasahi dahi. Kepala terasa sakit sekali. Ia memegang kepalanya.

"*Kamu, kenapa*?" tanya Dokter Gilbert sambil berdiri dari duduk, lalu menghampiri Jagat dan menyentuh pundak pria itu."*Sebaiknya, kamu istirahat saja*."

Dokter Gilbert mengambil ponsel di saku. Ia menghubungi Anne untuk menanyakan, apa ruangan untuk Jagat sudah siap atau belum. Ternyata semua sudah beres. Ia pun mengantarkan Jagat ke sana. 

Sepuluh menit berlalu, Jagat tak kunjung memejamkan mata. Ia hanya menatap langit-langit ruang rawat dan kelebat bayangan itu kembali hadir.

Dokter Gilbert sudah pulang lima menit yang lalu. Karena bosan, ia pun memutuskan untuk keluar ruangan.

Baru saja, Jagat menutup pintu ruangan. Dua orang perawat dengan tergesa mendorong brankar menuju ruang operasi. Sekilas ia melihat wajah pasien itu dan terkejut. Pria itu persis seperti bayangan yang didapat saat menyentuh papan nama Dokter Gilbert.

Tak berselang lama, Dokter Gilbert muncul. Ia tak melihat ke arah Jagat sama sekali, karena pasien kecelakaan itu harus segera dioperasi.

Jagat memegang kepala yang berdenyut. "Apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya? Kejadian ini kebetulan, kah? Atau ia memang bisa melihat masa depan seseorang hanya dengan menyentuh benda yang mereka miliki?"gumam Jagat dalam hati.

Niat Jagat untuk berjalan mengelilingi rumah sakit, terpaksa ia batalkan karena kepalanya terasa sakit.

Kemarin, Dokter Gilbert memberitahu kejadian yang menimpanya, ayah dan ibu. Hingga ia berada di rumah sakit ini. Sedangkan kedua orang tuanya meninggal di tempat dan saat ini masih di kantor polisi karena tak ada yang mengambil jenazah mereka berdua.

Jantung dan hati mereka berdua tak ada. Polisi belum bisa menemukan pelaku pembunuhan itu. Pelaku itu melakukannya sangat rapi.

Bisa dipastikan, pelaku memiliki otak yang cerdik sehingga tak ada barang atau apa pun yang bisa dijadikan barang bukti.

...****************...

Bersambung

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!