Episode 13. Jalan Takdir Jagat Dan Amira

Sesampainya di rumah, Jagat langsung mengemasi barang-barang untuk terbang ke Surabaya. Dokter Wayan dengan tangan lebar menerimanya bergabung dalam kasus pembunuhan itu.

Tadi juga ia sudah mengajukan cuti selama tiga bulan dan meminta Dokter Gain untuk menggantikannya. Kalau ada urusan yang membutuhkannya secara cepat. Ia akan berusaha untuk pulang ke Jakarta.

Baju dan keperluan Jagat sudah beres dimasukkan ke dalam koper. Ia mengambil jaket hitam, lalu mengenakannya. Kemudian ia menyeret koper keluar kamar, tak lupa ia tutup pintu kamarnya, bersamaan dengan ayah angkatnya keluar dari kamar.

Pria itu mengerutkan kening saat melihat Jagat membawa koper.

"Jagat, kamu mau ke mana?" tanya sang Ayah. Tak lama kemudian ibunya muncul dari arah dapur.

"Lho, Jagat. Kamu mau ke mana bawa koper?" Pertanyaan yang sama keluar dari mulut sang ibu.

"Jagat, mau pergi ke Surabaya. Jagat menerima tawaran Dokter Wayan untuk bergabung dengan timnya," jelas Jagat.

"Akhirnya, kamu menerimanya juga. Kenapa berubah pikiran?" tanya sang ayah penasaran.

"Jagat mulai penasaran dengan pelaku kasus itu," jawab Jagat singkat.

Tidak mungkin, kalau ia mengatakan jika alasannya bergabung karena Amira.

"Jagat berangkat. Dua jam lagi jadwal penerbangannya."

Jagat mencium punggung tangan ayah dan ibu angkatnya itu.

Ia melihat mata sang ibu berkaca-kaca. Mungkin rasa rindu sang ibu belum usai karena sejak kepulangan dari Jepang, Ia banyak menghabiskan waktu di rumah sakit dari pada di rumah.

Bagi mereka berdua, ia adalah anugerah yang tak ternilai harganya. Dirinya-lah yang menjadi warna cerah dalam kehidupan mereka yang hitam dan putih.

Setelah berpamitan, Jagat menyeret koper ke luar rumah diikuti oleh ayah dan ibunya. Mobil sudah terparkir di depan rumah.

Tadi sengaja tidak dia masukkan ke dalam garasi. Pak Hans sudah menunggu di samping mobil. Sebelumnya, ia memang meminta Pak Hans untuk datang dan menjadi supirnya.

Pak Hans membuka bagasi, lalu memasukkan koper majikan ke dalam dan menutupnya kembali. Kemudian ia membuka pintu untuk majikannya.

Setelah itu ia masuk ke mobil dan duduk di kursi kemudi.

Mesin mobil menyala. Jagat menurunkan jendela mobil. Saat mobil melaju, ia melambaikan tangan ke arah ayah dan ibunya. Mobil pun bergerak membelah jalanan.

Kemudian ia mengecek ponsel, melihat alamat yang diberikan Dokter Wayan. Ya, selama di Surabaya nanti, ia akan tinggal bersama Dokter Wayan. Ia juga melihat daftar data dan foto tim Dokter Wayan.

Ada satu data yang menarik perhatiannya, perempuan bernama Gusti Ayu Ketut Wulan Waskita. Mata tajam milik perempuan itu membuatnya penasaran.

Apalagi mengenai profesinya sebagai detektif. Jarang sekali ada perempuan yang memilih profesi itu. Perempuan itu pasti sudah banyak memecahkan kasus di berbagai negara.

" Mengapa aku merasa familiar dengan mata dan wajah gadis ini? Pernah lihat dimana ya? Gumam Jagat bingung.

...----------------...

Rumah Dokter Wayan sangat kental dengan nuansa Bali. Mungkin karena ia berasal dari Bali dan sangat mencintai tanah kelahirannya itu.

Pintu utama terbuat dari kayu jati dengan ukiran gambar dewa-dewa di sebelah kanan dan raksasa di sebelah kiri. Seakan-akan menggambarkan sebuah peperangan.

Peperangan antara Para Dewa dan Asura dalam cerita mitologi Bali. Namun, dalam peperangan itu, salah satu Asura ada yang membantu Dewa.

Hingga saat kaum Asura kalah. Asura tersebut diberi kesempatan oleh Dewa untuk bereinkarnasi menjadi manusia dengan syarat ia tidak boleh membunuh sebanyak tiga kali.

Jika lebih tiga kali, maka ia akan bereinkarnasi menjadi binatang, entah itu rubah, tupai, ayam, atau binatang yang lainnya.

Jagat tahu cerita itu dari temannya yang berasal dari Bali, Gusti Agung. Gusti ini suka sekali dengan cerita tentang para dewa, wayang, Rama-Sinta, dan cerita lainnya. Setiap ia main ke kosan Agung, ia pasti akan disuguhkan cerita-cerita itu.

 Ukiran pintu rumah Dokter Wayan membuat ingatannya kembali ke masa itu. Masa di mana Agung masih hidup karena dua tahun setelah menyelesaikan kuliah, Agung meninggal dunia.

Penyakit yang selama ini Agung sembunyikan, perlahan menggerogoti tubuhnya. Hingga akhirnya, Agung tak sanggup bertahan.

Saat Jagat meraba ukiran relief itu, tiba-tiba jantungnya berdebar kencang, memorinya seolah tersedot Akashic Record.

Dia melihat seorang Asura muda yang gagah perkasa melesat terbang, melayang layang di sebuah pertempuran besar.

Pedang dan gada saktinya membuat lawan-lawannya tercerai-berai dan terpental ribuan meter.

Sukma Jagat merasa terhanyut dalam situasi peperangan itu.

Tanpa Jagat sadari pintu sudah terbuka. Dokter Wayan berdiri di hadapan Jagat yang masih asyik dengan lamunannya. Lima menit berlalu, Jagat masih saja termangu.

Akhirnya dengan pelan Wayan menepuk pundak Jagat.

"Jagat," panggil Wayan pelan.

"Ah." Jagat tersadar dari lamunannya.

"Kamu ngelamun-in apa?" tanya Wayan penasaran.

"Itu."

Jagat menunjuk ukiran di pintu.

"Ukiran itu mengingatkanku pada sahabat di masa kuliah. Dia suka sekali dengan cerita Dewa dan Asura karena berasal dari Bali. Sayangnya, dia sudah meninggal."

"Oh, begitu. Bagaimana perjalanannya? Lancar? Kamu sampai jam berapa?" tanya Wayan.

"Ya, lancar. Aku sampai sepuluh menit yang lalu," jawab Jagat.

"Lha, kenapa tidak ketuk pintu? Padahal aku nunggu kamu di dalam."

Jagat tidak menjawab, hanya senyuman tipis yang ia berikan untuk jawaban atas pertanyaan Wayan.

Wayan mempersilakan Jagat masuk. Pria itu memanggil pembantu yang bernama Pak Juned untuk membawa koper jagat dan menyimpannya di kamar yang akan Jagat gunakan untuk tidur selama berada di Surabaya

...----------------...

Flash back Amira Putri …

"Pa, kita mau ke mana? Amira mau ada perpisahan di sekolah?" tanya Amira saat sang Ayah sibuk memasukkan baju-bajunya ke dalam koper.

"Kamu turuti aja perintah Papa. Jangan banyak tanya." Bentak Ayah.

"Kita akan pergi ke luar negeri sekarang juga jadi cepat kemasi barang-barang kamu."

"Tapi, Pa ....” Amira tidak melanjutkan perkataannya karena langsung dipotong oleh Papanya.

"Tidak ada tapi-tapian. Cepat kemasi barangmu." Lagi-lagi ayahnya menyuruhnya untuk berkemas.

Amira tidak tahu alasan, kenapa Ayah mendadak akan pergi ke luar negeri, bahkan ia juga harus ikut dan kenapa tidak menunggu ia selesai perpisahan di sekolah.

 Ia ingin sekali bertemu dengan Wana untuk yang terakhir kalinya. Meskipun Wana seolah tak peduli padanya, tetapi pria itu pernah ada di dalam hatinya.

Teriakan Ayah terdengar lagi. Amira lekas masuk kamar dan mengemasi barang-barangnya. Hanya dalam waktu sepuluh menit, ia baru selesai.

Itu pun dengan diiringi omelan sang Ayah yang terus-menerus terdengar. Setelah selesai, papa menarik tangan kanan Amira dengan kasar, sedangkan tangan kiri Amira menyeret koper miliknya.

Mama …

 Amira ingat pada ibunya yang tidak bersama mereka. Saat ia bertanya pada Ayahnya tentang ibunya. Sang ayah dengan emosi mengatakan kalau istrinya sudah pergi dengan selingkuhannya.

Mendengar hal itu, dunia Amira seketika hancur. Ia tak pernah menyangka sang Ibu berbuat seperti itu, bermain di belakang ayahnya.

Selain itu juga diperlihatkan beberapa foto di ponselnya untuk membuktikan perselingkuhan sang ibu.

Namun, Amira merasa bukan karena masalah ibunya yang membuat sang ayah mendadak pergi ke luar negeri. Ia yakin ada masalah lain.

Taksi sudah ada di depan rumah. Supir taksi membantu Ayah memasukkan dua koper dan barang-barang yang lain. Sebelum mereka berdua pergi, tak lupa papa mengunci pintu rumah.

Setelah semua beres, mereka berdua masuk ke dalam taksi. Taksi pun melaju menuju Bandara.

Tujuan mereka adalah San Fransisco dengan jadwal penerbangan tengah malam. Perjalanan dari Jakarta ke San Fransisco selama 18 jam lebih.

...****************...

Bersambung

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!