Ruangan yang baru saja aku masuki benar-benar ditata dengan rapi, kursi-kursi berjajar dengan teratur, bahkan ditengah-tengahnya dibentangkan pula karpet berwarna merah, aku seolah merasa semakin rendah diri, apalagi kalau nanti disuruh berjalan seperti model dan bersaing dengan wanita-wanita cantik nan modis disana.
Namun kalau memang ini sudah menjadi jalanku untuk bisa keluar dari sini, aku harus berusaha semampuku, lagipula menjadi seorang kupu-kupu malam memang citranya sudah buruk, untuk apa aku merisaukan semua yang berkaitan tentangnya, jalani saja seperti air mengalir, walau aku harus berjalan ditengah-tengah air yang keruh.
"Untuk semua peserta, silahkan duduk dan isi data pribadi kalian dilembar kertas masing-masing."
Seorang pria yang menggunakan jas serba hitam itu mulai memberikan komando.
Gila, ini sudah seperti mengisi data diri untuk melamar pekerjaan, mana ada surat keterangan kelakuan baik segala? Memangnya jadi kupu-kupu malam itu harus sedetail ini apa?
"Maaf sebelumnya Pak, boleh saya bertanya?" Aku mengangkat satu tanganku untuk memanggil pria itu karena banyak sekali kata tanya dibenakku.
"Katakan?"
Semua mata terarah kepadaku, mungkin karena cuma aku yang berani bertanya dengannya.
"Apa kita harus meminta surat keterangan kelakuan baik ini dikantor polisi dulu Pak?"
"Bahahaha!"
Entah apa salahku, tapi kenapa mereka semua menertawakan aku, bukannya memang tempat meminta surat kelakuan baik itu di kantor kepolisian.
"Bukan Nona, itu bisa kalian isi sendiri, apa kalian sudah pernah masuk penjara atau pernah terlibat dengan kasus berat atau tidak, ingat jangan mencoba untuk berbohong, karena akan fatal akibatnya untuk kalian sendiri kedepannya."
Aku semakin bertanya-tanya, sebenarnya seperti apa Bos pria ini, kalau mau cari wanita baik-baik bukan disini tempatnya, pergi saja ke Pondok Pesantren yang sudah jelas baik akhlak dan budi pekertinya.
"Owh begitu, kenapa juga nulisnya harus surat kelakuan baik, aku kan jadi bingung." Umpatku perlahan sambil menutupi setengah wajahku menggunakan kertas itu.
"Sstttt, kalau nyawamu ingin tetap panjang, tulis saja, jangan banyak bertanya." Bisik rekan seperjuanganku yang saat ini duduk paling dekat denganku.
"Aku bingung tadi, jadi daripada salah nulis bukannya seharusnya aku tanya saja?" Jawabku sambil nyengir.
"Hei, jangan bicara sendiri kalian, apa kalian ingin aku keluarkan dari daftar calon seleksi?" Teriaknya dengan suara yang melengking, pantas saja mereka memilih diam daripada bertanya, karena sosoknya terlihat mengerikan jika sedang marah seperti ini.
"Tidak Pak." Teriak mereka yang seolah takut kehilangan kesempatan.
"Okey, jika sudah selesai kita lakukan tes pertama, tunjukkan bakat exotis kalian."
Aku kembali bingung padahal baru tes pertama, baru kali ini juga aku mendengar ada bakat exotis, padahal sedari dulu aku tidak punya bakat apapun, aku hanya bisa sedikit bernyanyi, itu pun suaraku hanya pas-pasan.
"Nomor Lima belas, kamu yang pertama!"
"Hah, aku?"
Entah mengapa dari sekian nomor harus aku yang dipanggil duluan.
"Ayo cepat tunjukkan bakatmu, jangan buang waktuku dan ingat kalian dipantau langsung oleh Pangeran kami dari ruangan lain."
Ingin sekali aku tertawa, mana ada Pangeran mencari pemuas diri ditempat maksiat seperti ini, tapi yo weslah, terserah dia saja, yang penting dia bahagia.
"Eherm... Bagaikan tertusuk duri, kulalui semua masa sulit ini, ku ikhlaskan dirimu yang telah pergi, ketabahan hati dalam hidup ini, hancur lebur harapanku kau tinggalkan diriku yang menyanyangimu, ku hanya bisa berdoa untukmu, semoga bahagia selalu--"
"STOP! HEI, APA KAMU PIKIR INI AKADEMI PENYANYI!"
Begitu aku mulai melantunkan nyanyian syahdu itu, pria itu sudah menjerit kembali, padahal laguku belum selesai.
"Salah lagi gue, sebenarnya bakat apa maksud mereka?" Ugutku dengan wajah bertanya-tanya.
"Sssstt... maksudnya itu bakat goyang exotis diatas ranjang woi!" Bisik rekanku tadi.
"Hah, aku mana bisa?"
"Itu urusan loe, lalu apa sebenarnya kerjaanmu disini kalau ilmu dasarnya aja kamu tidak tahu." Cibirnya dengan senyum meremehkan.
"Kamu orang baru ya?" Pria itu memandangku dengan tatapan aneh.
"Iya Pak, maaf saya tidak tahu."
"Kalau begitu kamu tahu apa yang harus kamu lakukan, pintu keluar ada diujung sana." Dia langsung menunjuk arah pintu keluar ruangan ini.
"Hah, apa aku langsung tereliminasi?" Aku hanya bisa tersenyum hambar saat menanggapinya.
"Sabar ya kawan, ini memang butuh skill tinggi, untuk sementara kamu balik aja dulu ke kamar pelanggan, belajar banyak-banyak, tahun depan ikut lagi."
"Ckk, ya sudahlah, lagian aku juga tidak terlalu berminat menambah dosa, aku permisi!"
Mungkin aku memang tidak ditakdirkan untuk terlalu larut dalam dunia lembah hitam ini, lagipula ini bukan hal yang bagus, untuk apa harus menyesal pikirku.
"TUNGGU!"
"Kenapa, apa ada yang tertinggal?" Saat aku sudah berjalan beberapa langkah dia kembali memanggilku.
"Kembali ke tempat dudukmu!"
"Gimana sih, bukannya saya sudah dieliminasi tadi?"
"Aku hanya menunjukkan pintu keluarnya saja tadi, siapa tahu kamu lupa, jadi silahkan kembali duduk!"
"Piye to kih?"
Bukan hanya aku, bahkan wanita-wanita disekelilingku ikut merasa heran sendiri, padahal jelas-jelas pria itu tadi mengusirku, kenapa aku malah disuruh balik lagi.
"Nomor satu dan dua, coba kalian tunjukkan kebolehan kalian."
Aku terdiam mengamati dua wanita itu yang langsung melenggak-lenggokkan seluruh bagian tubuhnya, dari pinggulnya, buntutnya, bahkan kedua gunungnya juga.
Dan aku hanya bisa menghela nafas karenanya, walau aku sudah menikah selama dua tahun, tapi aku tidak pernah melakukan gaya-gaya seperti itu, tapi apa karena itu suamiku sering cuek denganku? Tapi ya sudahlah, bukannya dalam pernikahan itu nafsu tinggi saja belum tentu cukup, apalagi jika tak punya harta, selesai sudah.
"Maaf Pak, aku benar-benar tidak bisa seperti mereka, aku gagal sajalah Pak, permisi." Akh memilih menyerah saja dan kembali meneruskan langkahku.
"KEMBALI KETEMPATMU!" Jeritnya dengan suara yang menggelegar.
"Tapi aku mau mengundurkan diri saja." Ucapku dengan kekeh.
"Pokoknya tidak bisa! coba selanjutnya kamu jalan di karpet merah itu, jangan lupa gunakan sepatu highheels itu."
Mampus gue, haknya tinggi banget, berasa naik 'Egrang' deh gue.
"Jalan yang santai dan goyangkan badanmu!" Perintahnya kembali.
Daripada aku dimaki-maki didepan banyak orang aku menurut saja kali ini.
"I-iya Pak!"
Dugh!
Bruuk!
"Pfftth, bahaha!"
Baru saja aku berjalan dua langkah, namun tubuhku sudah nyungsep diatas karpet, bahkan dengan posisi menungging, aku benar-benar merasa malu, karena semua yang ada disana langsung kembali menertawakanku.
Bagaimana mungkin aku bisa berdiri tegak menggunakan sepatu dengan hak setinggi itu, sedangkan biasanya aku hanya menggunakan sendal jepit butut saja setiap harinya, kemarin aku juga diberi sepatu, tapi tingginya hanya beberapa CM saja, tidak setinggi ini.
"Sudahlah Pak, aku menyerah saja, aku tidak sanggup melakukan ujian kompetisi ini." Aku lepas sepatu itu dan aku lemparkan begitu saja, masih baik kakiku tidak terkilir karenanya.
"Kamu tetap ikut babak selanjutnya!" Namun anehnya dia kembali meloloskan aku lagi, setelah memegang satu telinganya.
"Nggak mau!"
Karena sudah kepalang malu aku tolak saja, daripada nanti ikut tes lagi aku buat salah lagi pasti lebih parah, dan mereka akan menjadikan aku sebagai bahan candaan saja.
"Tapi Pangeran kami ingin kamu mengikuti tes selanjutnya."
"Aku menolaknya!" Jawabku dengan yakin karena menurut Miss tadi, tidak ada unsur paksaan dalam ujian kompetisi ini.
"Kamu tidak punya hak untuk menolak Pangeran kami, kamu pikir siapa kamu berani menolaknya, hah?"
"Aish, DASAR PANGERAN SARJU!" Teriakku yang tak habis pikir dengan apa mau mereka.
"Hei, kamu bilang apa tadi?"
"PANGERAN SARJU, SARAP KÉJU."
Aku asal saja bicara, lagipula dia hanya bilang 'Pangeran kami' terus sedari tadi, orangnya pun tidak muncul disana, entah seperti apa yang mereka bilang tampan itu, aku seolah tidak perduli lagi, modal tampan juga belum tentu bahagia pikirku.
"Woi, mau pergi kemana kamu?" Pria itu kembali meneriakiku dengan wajah emosinya.
"Pulang."
Aku sudah terlanjur malu saat ini, jadi apapun yang dia katakan aku tidak mau menggubrisnya lagi dan memilih untuk tetap meneruskan perjalananku keluar dari ujian kompetisi gila ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Rustan Sinaga
aslinya emang kocak ya si Hanum
😂😂😂
2025-04-11
0
Tati Suwarsih
buahahahaha...kamu kocak juga
2023-12-20
0
diya
lawak bener yah si Aira
2023-12-13
0