Kekuatanku seolah sudah habis untuk menahan pria gila berbadan seperti ikan buntal ini, dia mulai menindihku dan ingin melahap dua benda kenyal berhargaku, walau tatapan mata pria itu sudah terlihat sayu.
Tony Sudibyo, aku benci kamu!
"Arrgghh!"
Dengan sisa tenaga yang ada, aku mendorong tubuh pria hidung belang itu.
Bruk!
Namun ternyata gaya kliyengan yang dialami pria itu tadi adalah efek dari obat yang aku sudah aku berikan, hingga akhirnya tubuh pria itu tergeletak lemah tak berdaya dengan mata yang sudah terpejam.
"Aduh, apa dia masih hidup, atau sudah mati?"
Tiba-tiba rasa takutku mulai menggerogoti jiwa, kalau sampai dia overdosis dan meninggal dunia sudah pasti aku akan masuk kedalam Penjara, tapi setelah aku pikir-pikir kembali, masuk Penjara itu bahkan lebih bagus daripada harus tetap menjadi istri dari Mas Tony.
Karena setidaknya kalau aku masuk penjara, aku tidak harus memikirkan uang belanja, bahkan tidak harus menjadi babu dari mertuaku, karena makan minumku serta pakaianku sudah pasti ditanggung oleh pihak Sel Tahanan.
"Huft, ternyata dia masih bernafas, aku selamat kali ini, terima kasih Tuhan karena masih sudi untuk menyelamatkan wanita yang berlumuran dosa seperti aku ini."
Dengan susah payah, aku benahi posisi tidur pria itu dan aku selimuti agar nanti saat dia terbangun tidak masuk angin, berulang kali aku meyakinkan diri untuk tidak membenci pria dihadapanku ini, karena ini bukan salah dia sepenuhnya, dia hanya seorang pelanggan, tapi ini salah suamiku sepenuhnya.
Setelah selesai mengurusnya aku pergi menuju kamar mandi, setidaknya aku masih punya waktu untuk membersihkan diri sebelum pria itu terbangun.
"Aduh, apa ini?"
Aku mulai menghidupkan kran air yang ternyata itu adalah shower kamar mandi, sehingga rambutku ikut basah terguyur oleh air.
"Ibu, aku kangen, aku pengen pulang Buk, hiks.. hiks.."
Disaat sendu seperti ini, hanya nama ibu yang selalu aku ingat, seaungguhnya ingin sekali aku pulang dan mengadu dengannya, kalau rumah tanggaku sedang tidak baik-baik saja, namun apa daya, aku tidak kuasa melihat Ibuku ikut bersedih akan nasip rumah tanggaku yang seperti ini, Bang Tony adalah pilihanku, jadi aku harus menanggung dan mencoba keluar dari belenggu gilanya ini dengan jalanku sendiri tanpa harus menyusahkan keluargaku.
"Aku benci, benci, benci kamu Bang!"
Aku menggosok kedua pipiku, area kulit leherku dan juga kedua gunung sintalku dengan kasar, karena pria itu tadi sudah berhasil menyentuhnya.
Sebenarnya sedari tadi aku sudah menahan diri, aku merasa risih, aku menahan rasa jijik dari setiap sentuhannya, tapi aku tidak bisa melawannya.
"Lihat saja Bang, saat aku pulang nanti, aku sudah bukan seperti istrimu yang dulu lagi."
Setelah tubuhku sudah terasa dingin dan mulai menggigil, aku kembali mematikan kran itu, dan menyelesaikan ritual mandiku, untuk segera pergi dari tempat terkutuk ini.
Hanya air mata yang menjadi saksi betapa terlukanya hatiku saat ini, namun aku harus menyimpannya sendiri, karena aib suamiku juga merupakan aibku sendiri.
Aku pakai kembali baju mahal itu dan segala prentilan asesoris yang menambah kesan mewah dan elegan ditubuhku, sebagai modal untuk membalas dendam dengan suamiku.
"Om, aku ambil tip mu separuh ya, walau kamu belum berhasil meniduriku, tapi setidaknya kamu sudah berhasil nyemil dan menindih tubuhku, jadi aku ambil hakku, terima kasih, semoga anda segera tobat, amin."
Setelah sedikit mendoakannya, aku mengambil uang disampingnya, separuh uang tip yang ada diatas meja itu ada sekitar tujuh jutaan, tapi itu sudah nilai yang begitu fantastis yang pernah aku dapatkan dalam semalam.
"Aku harus pulang malam ini juga."
Saat aku keluar dari tempat itu, suasana terlihat sepi, jadi aku berjalan perlahan sambil mengendap-endap agar tidak ada anak buah Germo itu yang mengetahuinya. Dan saat aku sudah sampai didepan pintu utama, ternyata ada dua orang penjaga yang berdiri disana.
"Astaga, aku harus bagaimana ini?"
Hanya itu jalan satu-satunya untuk bisa keluar dari Kandang maksiat ini, namun jika aku kembali masuk lagi, sia-sia juga misiku tadi. Akhirnya aku tegakkan tubuhku, aku pakai lagi sepatu highheelsku.
Dan aku mulai berjalan melenggak lenggok dengan memamerkan bentuk tubuhku yang memang terkesan semlehoy itu, apalagi karena didukung dengan baju mahal yang aku pakai untuk mengalihkan perhatian dua penjaga itu.
"Permisi Mas, aku harus melayani pelanggan ditempat lain, apa kalian bisa membantuku untuk mencari Taksi?" Ucapku dengan kebohongan yang aku tutupi dengan sebuah senyuman manis.
"Emm, anda yang bernama Nona Aira?" Ucap pria itu dengan tatapan datarnya, baginya melihat wanita cantik dan seksi disana sudah hal biasa.
"Yes, benar sekali, woah... ternyata kalian sudah mengenalku ya?"
Aku sok bergaya santai seperti artis, padahal hatiku sudah ketar-ketir saat ini, tapi jika memang akhirnya aku harus ketahuan ya sudahlah, mungkin memang nasip dan jalan Takdirku harus begini, aku sudah berusaha, jika memang hasilnya seperti ini, aku bisa apa.
"Baik Nona, akan saya carikan Taksi didepan sana."
Namun jawabannya cukup membuat aku melongo, ini semua diluar yang aku perkirakan, tadi aku sempat mengira mereka akan menangkapku dan menyeretku kembali masuk ke tempat ini.
"Wah, benarkah?"
"Silahkan ikuti kami, Taksinya akan datang sebentar lagi."
Pria itu bahkan memperlalukan aku dengan sopan.
"Kalau begitu ini buat kalian." Aku mengulurkan uang dua lembar berwarna merah untuknya.
"Tidak perlu Nona Aira, itu sudah menjadi tugas kami." Jawabnya yang langsung menggangkat kedua telapak tangannya.
"Tidak apa-apa, buat beli kopi sama Mas yang satunya tadi, terima kasih banyak ya Pak." Namun sebagai ungkapan rasa terima kasih, aku masukkan saja uang itu secara paksa disaku bajunya.
"Kalau begitu terima kasih Nona Aira, hati-hati dijalan, itu Taksinya sudah datang."
"Baiklah, sekali lagi terima kasih."
Setelah Taksi itu berhenti, dengan buru-buru aku segera menaikinya, sebelum ada orang lain yang melihatku kabur dari sana.
Senyumku sedikit melebar, saat Taksi itu sudah mulai keluar dari komplek maksiat itu, aku sedikit merasa lega, namun aku masih sedikit merasa aneh, kenapa aku bisa keluar dari tempat itu dengan mudahnya, bahkan Taksi yang aku tumpangi ini seolah sudah disiapkan untukku.
EPILOG
Setelah pria yang akan menjadi langganan perdana bagi Hanum Humaira sudah menyetujui harganya, dan sudah masuk kedalam kamar mereka, Germo cantik itu langsung pergi menuju ruang keamanan.
"Siapa yang menjaga pintu kamar 001?"
"Saya Miss."
"Kalian tunggu saja di Pos depan."
"Apa kami tidak perlu mengamankan kamar itu?"
"Tidak perlu, owh iya.. pesankan juga satu Taksi jika ada wanita yang bernama Aira ingin keluar dari sini."
"AIRA?"
"Ya, kalau begitu aku tinggal dulu, tapi kalau bukan AIRA yang keluar, tangkap dia, jangan sampai lolos!"
"SIAP MISS!"
Pria bertubuh tegap itu langsung menunduk hormat, dia setiap harinya memang ditugaskan untuk mengawasi kamar setiap pelanggan yang datang, agar tidak ada pihak penggangu.
Namun entah mengapa Germo cantik itu seolah tersentuh dengan nasip yang dialami oleh Aira, jadi dia sedikit memberikan kebebasan untuknya, tapi tidak bisa melepasnya begitu saja, karena walau bagaimanapun juga, sebagai Germo dia tidak mau rugi, karena sudah membeli Aira dari suaminya sendiri dengan uang yang tidak sedikit.
..."Ajari Wanita berbohong, maka Dia akan menjadi penipu yang handal. Ajari wanita bermain API, maka Kau akan mendapati Dia menang, tanpa harus terbakar sedikitpun."...
To Be Continue...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Tati Suwarsih
rupanya s germo agak tersentuh...tapi apa rencana dia selanjutnya?!
2023-12-20
0
diya
keren nih si hanum
2023-12-13
0
Yofa Meisya
wah ternyata Hanum cerdik juga y.....
2023-10-13
0