10.Budak Uang

Pagi ini kabut tebal menyelimuti komplek rumah kami, sehingga cuacanya terasa lebih dingin daripada biasanya. Aku sudah terbiasa bangun pagi, jadi jam-jam segini mataku sudah terbuka dengan lebar, namun aku sengaja masih bermalas-malasan ditempat tidur setelah melaksanakan kewajibanku tadi.

Brak

Brak

Brak

"Hanum! Dimana kamu, aku sudah lapar ini, jam segini harusnya kamu sudah masak, jadi menantu kok pemalas sekali kamu."

Seperti itulah kebiasaan Ibu mertuaku saat pagi hari, baru sesaat dia membuka mata, tapi mulutnya sudah koar-koar mirip seperti Singa Hutan kalau dirinya sudah kelaparan.

"Bang, bangun Bang!"

Aku sempat ingin melompat dari tempat tidurku, namun aku urungkan kembali saat melihat suamiku yang masih tertidur pulas di kasur lantai yang dia bawa masuk ke kamar.

"Emh, kenapa?"

Dia hanya mengeliat, tapi matanya terlihat sulit sekali untuk terbuka, sebenarnya aku tidak tega, namun saat mengingat kelakuan gilanya, sikap 'melow' ku itu aku simpan dalam-dalam, untuk orang yang lebih tepat, walau entah untuk siapa, aku bahkan tidak berani untuk memikirkannya.

"Itu Ibu kamu sudah ngamuk minta makan, bisa minta tolong buatin sarapan buat kami?"

Aku masih menggunakan bahasa yang sopan kepada suamiku itu, karena aku ingin tetap terlihat manis, namun diam-diam menusuknya dari belakang.

Jahat memang, tapi itu tidak sepadan dengan pengorbananku selama ini, jadi akan aku nikmati dosa-dosa termanis ini sebelum aku mengantarkan suamiku dan Ibunya kedalam jurang kehancuran.

"Aku masih ngantuk Hanum, ini masih terlalu pagi, kamu masak bubur seperti biasa dulu sana, aku pun sudah lapar sekarang."

Karena biasanya jam segini sarapan sudah siap aku hidangkan diatas meja, walau hanya menu bubur dengan kuah santan kuning dan lauk dengan sambal sama kerupuk saja, namun itu sudah terasa sangat nikmat dimakan saat cuaca sedang dingin seperti ini, tapi mulai sekarang itu bukan lagi tugasku.

"Apa Abang lupa, kalau aku dilarang masak sama Bosku? Nanti kalau tanganku menghitam karena terkena kerak panci gimana? Bukannya kita sudah membuat kesepakatan tadi malam?"

Karena kesadarannya belum sepenuhnya pulih, mungkin suamiku sudah lupa, jadi tugasku hanya mengingatkannya, bukan untuk membantunya.

"Tapi aku masih ngantuk Hanum, mana tadi malam dingin sekali tidur dibawah, jadi aku baru bisa tidur menjelang pagi tadi."

Aku tahu, karena aku pun melihatnya tidur meringkuk pagi tadi, bahkan hanya berselimut sarung saja, karena selimut tebal kami cuma ada satu dan itu aku yang memakainya.

"Ya itu terserah Abang saja, kalau mau hargaku turun ya sudah, aku masak sekarang, daripada pintu rumah kita jebol karena sedari tadi terus dipukul oleh Ibumu, ya kan?"

Aku pura-pura ingin bangkit dan bergegas pergi ke Dapur, namun dia langsung mencegahku dan memaksakan diri mengucek kedua matanya agar terbuka.

"Aish, tunggu!"

Aku sudah bisa menebaknya, karena ancaman itu akan sangat manjur bagi mereka yang hanya mental matre dan gila harta.

"Abang mau masak atau tidak?" Aku kembali menanyakannya saat dia masih terduduk ditempatnya.

"Baiklah, tempat kerjaku sedang bermasalah, dan kami dicutikan untuk sementara waktu, jadi kalau kamu tidak menghasilkan, nasip kita bisa jadi gelandangan nanti."

Entah ini karmanya karena pelit atau karena sering semena-mena dengan istri, aku tidak mau tau lagi tentangnya, mulai sekarang aku akan mengurus diriku sendiri.

"Kalau begitu bangunlah Bang, cepat buatin kami sarapan." Aku kembali ke kasur dan merebahkan tubuhku kembali, memang nikmat jika hanya modal menyuruh saja, pantesan mereka selalu saja seperti itu.

"Ya sudah."

Sebenarnya aku sudah ingin tertawa, namun aku tahan karena tidak tega, andai Ibu kandungku tahu aku seperti ini memperlakukan suamiku, mungkin telingaku sudah merah karena dijewernya.

Namun jika Ibuku tahu aku sampai dijual oleh suamiku sendiri, mungkin bukan telingaku yang merah, tapi telinga Abangku yang mungkin sudah dia potong dan dia cincang bersama dengan jamur kuping menjadi masakan oseng-oseng kesukaan Ibuku.

"Nasi semalam masih kan Bang, dibuat nasi goreng sepertinya enak." Biasanya dia yang sering request makanan, walau uang belanjanya tidak mencukupi keinginannya, sekarang giliran aku.

"Ya sudah."

Dengan langkah lunglai khas bangun tidur, dia berjalan menuju ruang dapur sederhana dirumah kami.

"Tambahin sosis sama udang ya Bang, soalnya aku harus makan makanan yang bergizi."

Mau dibilang ngelunjak juga tidak masalah, tapi kan aku memberikan uang lebih dari cukup untuk belanja itu semua, tidak hanya modal koar-koar seperti dia saja.

"Kita tidak punya persediaan udang dan sosis Hanum, biasanya juga kamu kalau masak nasi digoreng cuma cabe sama kecap aja kan?"

Memang iya, tapi itu karena aku tidak punya uang untuk membeli bahan tambahannya, bahkan dulu aku hanya sering membayangkan saja nikmatnya makan nasi goreng pedas yang dipenuhi dengan udang diatasnya, karena harga udang cukup mahal satu kg nya.

"Belanja di warung ujung gang dong Bang, kalau pagi begini masih segar-segar udangnya, bukannya aku sudah memberi Abang uang belanja, bahkan itu tiga puluh kali lipat dari belanja yang biasanya Abang berikan kepadaku." Bukan hanya dia yang bisa mengungkit pemberiannya, aku pun bisa.

Wajar dong kalau ngasih uang satu juta dalam semalam minta makan enak, kalau cuma ngasih uang belanja sepuluh ribu tapi minta makan enak, itu baru nggak ngotak namanya.

"Tapi--?"

Aku tahu dia malu belanja, apalagi kalau bertemu emak-emak yang lainnya disana, paati jadi bahan pertanyaan, tapi aku tidka perduli.

"Abang, cepatlah aku harus segera kembali bekerja, nanti aku bisa telat." Kali ini aku pun bisa merengek sepertinya.

"Ckk, ya sudahlah!"

Dan baiknya nasipku, dia percaya saja dengan semua ucapanku kali ini, bahkan terlihat patuh dengan apa yang aku suruh, walau sambil mengeluh.

Selama suamiku belanja dan memasak sarapan untuk kami, aku mandi dan mulai bersolek. Namanya juga pria, cuma masak nasi goreng saja lamanya melebihi masak daging rendang, tapi tidak masalah yang penting aku tidak harus menjadi babu mereka lagi.

"Abang, sudah matang belum?"

Aku sudah wangi, giliran mengisi perut saja, tapi sarapan belum juga terhidang diatas meja, jadi aku pergi ke Dapur untuk sengaja mengeceknya.

"Sebentar lagi." Jawabnya sambil mengaduk-aduk nasi goreng pesananku.

"Heh, apa-apaan ini, kenapa kamu duduk santai disini, sedangkan putraku harus masak, sana kamar mandiku bau itu, aku sudah harus mandi ini, cepat bersihkan sekarang juga!"

Dan penguji kesabaranku sekaligus cobaan hidupku yang satunya, kini hadir ditengah-tengah perbincangan kami, setiap melihatku tak pernah ada senyuman atau sekedar sapaan manis, yang ada hanya amarah dan kebencian, seolah aku ini adalah musuhnya bukan anak menantunya.

Problem sebuah pernikahan itu bukan hanya dari orang ketiga atau selingkuhan saja. Mertua atau orang tua yang terlalu ikut campur dalam kehidupan pernikahan anaknya juga menjadi salah satu pemicu keretakan dalam sebuah rumah tangga.

Masalahnya sebagai anak akan segan dan susah untuk menolaknya, padahal kita sebagai suami istri berhak mengatur rumah tangga kita sendiri, kita punya tujuan, punya keinginan yang tidak ingin terlalu banyak orang ikut campur didalamnya.

To Be Continue...

Terpopuler

Comments

Yofa Meisya

Yofa Meisya

budak uang.... memang manusia memang dibutakan dan di bohongi oleh uang, kadang orang tua sampai menitipkan anak2 mereka hanya karena demi pekerjaan yg menuntut, seorang anak sampai menyewa perawat untuk mengurus orang tua juga karena pekerjaan....miris memang.....uang, uang dan uang

2023-10-14

4

Anik Trisubekti

Anik Trisubekti

tunggu sebentar lagi di tampol sama uang pasti langsung diem tuh mertua Hanum

2023-10-14

1

Rini akbarini

Rini akbarini

😀😀😀😀😀
tony..
tony..
untung mertuaku gak seperti mertua hanum..
lanjuttttt..
❤❤❤❤❤

2023-10-14

2

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!