6.Dunia Panas

Didepan sebuah kaca besar aku masih termangu seperti orang bodoh, hanya terus menatap pantulan dari wajahku yang terlihat sangat berbeda.

"Apa ini aku?"

"Nice."

Germo itu terlihat tersenyum puas saat melihat hasil make up dari pemilik Salon itu.

"Baru kali aku aku takjub sendiri setelah selesai merias wajah Klien anda Miss, aku seperti berhasil merubah sosok siburuk rupa menjadi seorang cinderella."

Aku bahkan susah membedakan ucapan pemilik Salon itu, apakah dia menghinaku atau sedang memujiku saat ini, karena memang semua yang dia katakan benar adanya.

Kulit wajahku yang biasanya tidak secerah ini jadi terlihat lebih glowing, bulu mataku yang biasanya tipis kini tebal dan memanjang, kedua rahang pipiku bahkan terlihat tirus dan menawan, kalau kata orang Bule, wajahku kali ini memang terlihat PERFECT.

Bahkan menurutku aku lebih cantik natural saat ini, ketimbang saat aku make up diacara pernikahanku dulu, yang memang hanya dirias seadanya, karena bajet yang memang pas-pasan.

"Sekarang tukar bajumu."

Germo itu memberikan sebuah gaun panjang berwarna merah maroon kepadaku.

"Hah, baju apa ini Miss?"

Entah berapa harga baju itu, ia terlihat sangat tipis dan mencolok, tapi mempunyai bahan yang lembut dan adem.

"Pakai saja dan lihat hasilnya." Ucapnya kembali dan memilih duduk diruang tunggu.

Saat aku mengganti pakaianku dengan dibantu oleh salah satu karyawan dari Salon itu sontak aku langsung protes.

"Miss, aku tidak mau pakai ini." Tolakku sambil menutupi bagian dadaku yang terlihat menonjol sekali, apalagi dengan bentuk badanku yang sangat terlihat disetiap lekuk-leluknya.

"Lalu apa kamu mau memakai baju bulukmu itu?"

Germo cantik itu menendang pakaian yang aku pakai tadi, padahal itu baru saja aku beli dengan hasil keringatku sendiri, namun dengan teganya dia menginjak-injak baju bekas itu.

"Kalau tidak ada gamis ya setidaknya pakai baju yang panjang saja, kalau pakai baju kurang bahan dan tipis begini aku bisa masuk angin Miss."

Menurutku, baju yang paling mewah adalah baju gamis yang dikombinasi dengan bahan brukat yang indah dan megah, apalagi yang berwarna hijau sage, pasti sejuk dipandang mata.

"Ahahaha, apa kamu pikir kita akan pergi ke acara pengajian?"

Namun gelak tawa mereka seolah begitu menggambarkan kalau pandanganku itu ternyata salah besar.

"Tapi Miss, aku tidak terbiasa memakainya, ini sobek dan terbuka dimana-mana."

Saat ini aku menggunakan gaun tipis panjang, namun bagian satu pahaku terbelah jauh diatas lutut dan yang paling mengkhawatirkan adalah bagian lengan dan dadaku terbuka. Sudah bisa dipastikan, pulang nanti aku bakal kerikan dan minum jamu tolak angin.

"Owalah Miss, anda dapat wanita dari belahan dunia mana ini?" Pemilik Salon itu seolah mendapatkan hiburan gratis setelah mendengar celotehanku.

"Sudahlah, pakai saja apa yang ada, nggak usah banyak protes, kita harus segera pergi dari sini." Dia seolah tidak perduli dengan rengekanku, karena dia merasa aku ini adalah Babu yang sudah dia beli untuknya.

"Tapi Miss!"

Dititik terakhir aku masih mencoba untuk tawar menawar, walau sepertinya kesempatan itu kemungkinan hanya kecil aaja.

"Atau kamu mau pakai bajumu kembali, tapi kamu harus ganti rugi biaya make up dan baju ini."

Apapun yang akan terjadi sepertinya aku akan tetap kalah disini, apalagi orang yang tak mampu sepertiku, hanya dengan diancam soal biaya saja sudah pasti aku menyerah.

"Berapa?"

Tanyaku dengan iseng, siapa tahu dengan bekerja buruh bangunan dalam beberapa hari bisa terbayar pikirku.

"Biaya make up satu juta, biaya sewa baju dua juta, totalnya tiga juta cash, tanpa boleh dicicil."

"Uhuk.. Uhuk, ti-tiga juta?"

Sebanyak itu biaya untuk merubah diriku. Pantas saja aku sampai tak mengenali wajahku, aku bahkan kerja banting tulang bagai kuda selama setengah hari saja cuma dapat tujuh puluh ribu, gimana ceritanya aku harus ganti tiga juta cash saat ini.

"Kalau kamu mampu, bayar sekarang juga, kalau tidak ayo cepat masuk kedalam mobil, kamu bintang rumah kami hari ini." Ucapnya sambil melenggang pergi dari tempat itu.

"Bi-bintang apaan Miss?"

Aku kembali dibuat bingung, apa Bintang yang dia maksud adalah seorang korban.

"Kamu akan segera tahu nanti."

Tak butuh waktu yang lama, akhirnya mobil mewah yang aku tumpangi sampai dirumah yang dari luar terlihat biasa saja. Namun saat sampai didalam ruangannya ternyata banyak wanita sexsi dan pria-pria berbagai macam penampilan ada disana.

"Wow, ada barang baru sepertinya Miss?" Sapa seorang pria kekar dengan kaca mata hitam yang berjalan mendekat kearah kami.

Aku sungguh tidak paham dengan bahasa mereka, apa wujudku seperti sebuah benda? Kenapa aku disebut sebagai barang?

"Hmm, nilaiku cukup tinggi untuk ini." Germo itu terlihat bangga saat melirikku, karena sepertinya aku akan sangat menguntungkan baginya.

"Apa dia masih ori?" Tanya pria itu yang juga kembali menatapku dengan intens, seolah aku ini adalah patung di pagelaran pameran.

"Tidak, hanya saja jarang dipakai, sudah pasti sempit dan memuaskan."

Glek!

Aku masih mencoba mencerna arti dari perbincangan mereka, namun akal sehatku berfikir ini pasti soal berhubungan intim, tapi apa iya suamiku sampai menceritakan pernikahan kami sedetail itu didepan Germo ini.

Suamiku sungguh memalukan!

Kuraih kembali dompet usang milikku dan kupastikan obat yang aku bawa dari Apotek yamg aku beli itu masih ada disana.

"Buka Lelang dari harga berapa?"

Lelang adalah jual beli barang yang diperebutkan, dan sepertinya aku masuk didalamnya.

"Langsung saja naikkan, dia barang bagus."

"Siap Miss!"

Entah apa kedudukan pria itu ditempat, kenapa dari sekian banyak pria hanya dia yang berani berbicara dengan Germo yang satu ini.

"Ikut aku!"

Germo Cantik itu membawaku masuk kedalam sebuah kamar yang fasilitasnya seperti hotel didalam sinetron itu. Kasur yang empuk, luas, bersih dan semua barangnya tertata rapi didalamnya.

Aku tahu ini adalah awal dari dosa, aku juga sedang ingin melawannya, tapi untuk keluar dari sini aku tidak mampu, jadi aku berpikir untuk main cerdik saja.

"Kita mau ngapain disini Miss?"

Aku pura-pura ak tahu saja dulu, tapi terlepas dari itu semua, biar dosaku ditanggung oleh suamiku, karena dia yang mengorbankan aku dan menjebak aku untuk masuk ke dunia panas ini.

"Bukan kita, tapi kamu!" Ucapnya sambil melempar baju tidur tipis milik model majalah panas, yang dulu pernah aku lihat dari bungkus tempe yang aku masak.

"Apa yang harus aku lakukan Miss."

Aku hanya bisa menatap baju transparan yang mungkin bisa aku pergunakan untuk menyaring parutan singkong untuk memisahkan sari patinya.

"Kamu sudah menikah bukan, jadi layani siapapun pria yang nanti masuk kedalam ruangan ini, dengan sepenuh hati, lakukan dengan bergairah, berikan kesan pada langgananmu agar dia mau repeat order kamu kembali, kalau kamu beruntung kamu akan dapat tips, dan itu bisa kamu ambil."

"Tapi Miss?"

Ini adalah dosa terbesar yang sudah bisa aku pastikan, tapi aku tidak akan menyerahkan tubuhku begitu saja nanti.

To Be Continue...

Terpopuler

Comments

diya

diya

Hanum sebenernya pinter itu 🤣

2023-12-13

0

Wisang Geni

Wisang Geni

mau melow g jadi karna"biar suami ku yg nanggung dosa ku"🤣🤣🤣

2023-10-25

0

Yuniki E𝆯⃟🚀

Yuniki E𝆯⃟🚀

🤣🤣 Jadi inget Suamiq apakah dia udah kelar bikin tempenya berhubung LDMan jadi nggk bisa bantuin 🙈

2023-10-13

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!