Germo itu hanya menatapku dengan wajah yang sulit diartikan, entah kasian atau terlalu senang karena mendapatkan wanita polos seperti diriku.
"Kamu sudah aku beli, jadi lakukan tugasmu dengan baik, jika sampai pelangganku nanti marah dan mengeluh akan dirimu, akan aku pastikan kamu menyesal saat melangkah keluar dari pintu kamar ini, paham kamu?"
Saat mengatakannya memang terdengar santai, tapi penuh dengan tekanan disetiap kata-katanya, bahkan terdengar menjadi sebuah ancaman.
Habislah aku kali ini!
"A-aku takut tidak bisa melakukannya Miss."
"Kenapa? kamu tidak tega mengkhianati suamimu? Hei... jangan sampai kamu lupa, jika kamu berada disini karena dia, jadi cukup kamu nikmati saja."
Dia bahkan mengingatkan aku kepada suami gilaku itu yang berhasil menorehkan luka terdalam dijiwaku.
"Bagaimana bisa aku menikmati sebuah dosa Miss?"
"Jangan pikirkan dulu dosamu, pikirkan saja pelayananmu terhadap pelangganmu, agar nyawamu selamat malam ini, bye!"
Germo itu langsung pergi meninggalkan aku ditempat indah namun menyeramkan ini.
Walau aku punya senjata, namun aku sungguh tidak punya pengalaman lain soal ini, apalagi harus sekamar berdua dengan orang asing dan memuaskannya, sedangkan suamiku saja tidak pernah puas denganku.
Tok
Tok
Tok
"Nona, aku pelangganmu, ayo buka pintunya!"
Duar!
Keringat dingin mulai mengucur dan membasahi keningku, bayangan-bayangan mengerikan mulai memenuhi otakku, apakah dia orang jahat? apa wajahnya nanti mengerikan atau memiliki wajah seram, perut buncit dan menggelikan?
Banyak kata tanya yang bersarang diotakku yang seolah tidak aku temukan jawabannya.
"Nona, anda mau membuka sendiri atau aku buka dengan paksa?"
Tamatlah riwayatku kali ini, tapi aku harus kuat, aku harus bertahan dalam keadaan apapun, karena yang perduli denganku hanya aku sendiri.
Aku belum mau mati, aku masih ingin hidup dan membalas dendam dengan suamiku, walau ini bukan hal yang baik, namun bukan aku yang memulainya.
Ceklek!
Dengan langkah lunglai, aku menguatkan kakiku untuk tetap tegak berdiri dan mulai membuka pintu kamar itu.
Sesosok pria bertubuh gempal itu kini sudah berdiri dihadapanku, aku terdiam sejenak namun kedua tanganku sudah mengepal dengan sempurna.
Walau suamiku tidak tampan, tapi ini terlalu mengerikan bagiku, kumisnya yang tebal itu seolah ikut naik turun saat dia memandang setiap lekuk tubuhku.
"Hai Seksi, siapa namamu?" Sapanya dengan nada yang menjijikkan.
"A-aira Om?"
Lututku sebenarnya sudah bergetar, namun aku tahan agar rasa takutku tidak terlalu kelihatan mencolok didepannya. Kewarasan diri harus tetap aku jaga, agar aku tetap bisa melindungi diriku sendiri.
"Aira sayang, ayo puaskan aku malam ini."
Dia mengusap lenganku, hal itu terasa seperti ada Setan yang lewat, hingga kulitku sedikit meremang.
"Ta-tapi Om?"
"Tapi kenapa? Aku sudah membayar mahal untukmu malam ini, apa kamu akan mengecewakan aku?"
Ternyata dia pun sudah membayar dengan Germo itu, aku benar-benar tidak bisa lari dari sini.
"Bukan begitu tapi---"
Bugh!
"Jika pelayananmu memuaskan, setumpuk uang itu untukmu!"
Mataku seolah ikut memerah melihat segepok uang berwarna merah itu tergeletak ditas meja, mungkin jika dihitung uang itu sama jumlahnya dengan uang belanjaku selama puluhan tahun.
"I-itu uang semua?" Celetukku yang terkejut karena tidak pernah melihat dengan nyata uang cash sebanyak itu.
"Kamu pikir itu tumpukan daun? Kemarilah dan layani aku semaksimal mungkin." Senyumannya terlihat menggelikan sekali, dia memang menang dalam urusan uang, tapi tidak dengan marwahnya sebagai lelaki.
"Ba-baiklah, anda ingin minum dulu Om?"
Aku sudah membawa racikan obat tidur yang paling ampuh, sebenarnya itu hanya obat gatal akut, namun kata petugas Apotek itu ini obat dosis tinggi, jadi bisa menyebabkan kantuk tanpa menunggu waktu yang lama
"Tidak, aku tidak haus, nanti saja!"
Aku memejamkan kedua mataku sejenak, mencoba berhalusinasi kalau Om-Om ini adalah artis Cina Chen Zheyuan yang sering dilihat oleh tetanggaku dari layar ponselnya, jadi aku tidak perlu takut pikirku.
"Emm.. minumlah dulu, bibir anda terlihat kering." Aku harus bisa membuatnya minum racikan itu apapun caranya.
Kata suamiku dulu, kalau ingin membuatnya terangsangg harus mengusap lehernya dan memainkan telinganya, jadi aku mencoba mempraktekkan hal itu kepada Om tua bangka yang tak takut dosa ini.
"Emh.. owh ya?"
Benar saja, dia berulang kali memejamkan matanya sambil mendesis saat merasakan sentuhan tanganku.
"Minumlah Om, biar lebih segar badannya." Aku sengaja membukakan tutup botolnya dan menaruhnya disamping pipinya dengan tingkah yang terlihat manis.
"Baiklah!"
Glek
Glek
Glek
Bahkan dalam tiga kali tenggukan saja, satu botol air mineral yang sudah aku campuri beberapa pil obat gatal itu tertelan masuk melewati tenggorokannya.
"Sekarang, kamu bisa memulainya." Dia mulai membisikkan suara paraunya ditelingaku.
Memulai apa? Aku harus bagaimana?
"Emm, maaf Om, saya baru pemula, jadi mungkin saya tidak terlalu pandai." Lebih baik aku jujur saja pikirku, karena aku memang tidak tahu dan tidak mau tahu.
"Jadi apa aku pelanggan pertamamu?" Tanyanya dengan senyum sumringahnya.
"Iya Om, aku baru saja datang hari ini."
Grep
Tanpa aku sangka dia langsung menubrukku dan menindihku dengan perutnya yang sudah seperti ikan buntal itu.
"Patutlah kamu mahal, ternyata masih fresh, kalau begitu biar aku yang mengajarimu!"
"Tu-tunggu Om!" Aku langaung menahannya, mencoba mencari cara untuk menunda.
"Aku tahu ketakutanmu, apa kamu juga masih perawan?"
"Hah?"
Aku tidak mengiyakan, jadi ini bukan kategori dosa karena aku berbohong, karena dia sendiri yang menyimpulkannya.
"Tenang saja, aku akan melakukan pemanasan terlebih dahulu agar tidak terlalu sakit."
Dia mulai membuka baju dan celana yang dia pakai dan melemparnya begitu saja. Pemandangan yang seharusnya tidak aku lihat kini terlihat, Om itu masih menggunakan boxer, namun satu tonjolan panjangnya sudah sangat terlihat dan sepertinya mengerikan sekali.
"Om, maaf saya sariawan, bisa tidak kalau tidak menciumku dibagian bibir?"
Aku benar-benar tidak mampu jika harus melakukan hal itu, sambil melihat wajah yang terasa asing bagiku.
"Kenapa bisa? Segera pergi ke Klinik, nanti aku tambah uang tip untukmu."
Ternyata memang benar jika pria itu akan diuji keimanannya, ketika keuangannya bagus dan berlebih.
"Ba-baik Om!"
Aku seolah tidak bisa bergerak, saat perutnya terus menekan tubuhku dan aku hanya bisa pasrah saja saat pria tua itu mulai menciumi kedua pipiku dan turun kebagian leher.
"Ouh."
Aku sedikit merintih saat kedua gunung milikku dia gigit walau masih terbungkus rapi, aku benar-benar ketakutan saat ini, kenapa obat itu belum bereaksi dengannya, padahal aku memasukkan pil lumayan banyak tadi.
Krak!
"Hah, jangan Om!" Aku semakin kaget saat baju yang aku pakai dia sobek begitu saja.
"Kamu tenang saja, aku akan mengganti harga baju tidurmu yang fantastis itu."
Ingin sekali aku menangis saat ini, saat dia menyobek baju yang aku kenakan, bahannya yang terlalu tipis itu memang terlalu mudah untuk dirobek.
"Wow, aku pasti akan puas malam ini."
Dia seolah mendapatkan amunisi ketika berada dalam jarak terdekat denganku.
"Emhh!"
Akhirnya dia berhasil melepas baju itu dan menyisakan pakaian dalamm yang aku pakai. Saat itu aku hanya bisa pasrah dan berdoa agar Tuhan membantuku, walau aku sedang berbuat dosa sekalipun, karena ini bukan inginku.
Hidup memang tidak pernah ideal untuk siapapun, semua orang diuji dengan takaran masing-masing. Yang paling beruntung adalah mereka yang dapat menerima takdir Allah dengan lapang dada.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Tati Suwarsih
tolong aira yg Allah
2023-12-20
0
diya
hanum emang gokil yak/Drool//Facepalm/
2023-12-13
0
Wisang Geni
yaallah ada2 saja Aira ini🤣🤣🤣
2023-10-25
1