TWINS - ZZ

TWINS - ZZ

KALAH SAING

Zayra mengeliat saat sebuah ciuman hangat mendarat di keningnya. Kelopak matanya terbuka perlahan, pupil matanya yang berwarna pink kemerahan mengecil.

Bu Hamid mengambil kan kaca mata minus lima ratus milik Zayra, lalu memakaikannya.( Efek dari Penyegelan kekuatan, Zayra mengalami rabun. Meskipun usianya masih tujuh tahun)

" Bangun sayang, bukankah hari ini adalah hari pertama kamu masuk sekolah SD? " Bisik Bu Hamid lembut, Zayra tersenyum tipis sembari mengiyakan.

Ia beringsut bangun, mencium pipi perempuan yang ia kenal sebagai Ibunya. Kemudian melompat turun berlari keluar kamar.

" Hati-hati Za " Seru Bu Hamid, ia geleng-geleng kepala melihat tingkah laku putri angkatnya itu.

Bu Hamid merapikan tempat tidur gadis kecil tersebut, lalu menyiapkan seragam sekolah merah putih yang masih terbungkus plastik.

Bu Hamid sama sekali tidak mengeluarkan seragam tersebut dari plastik nya. Karena Zayra sudah mewanti-wanti bahwa dirinya sendiri yang akan membuka baju seragam itu.

Zayra bersenandung kecil sembari menggosokkan sabun ke badannya. Kamar mandi di rumah itu terletak di bagian belakang rumah.

WC nya pun hanya menggunakan tanah yang digali sekitar sepuluh meter ke bawah. Maklum, Pak Hamid dan Bu Hamid bukanlah keluarga berada.

Meskipun begitu, Zayra tidak pernah kekurangan satu apapun. Karena Pak Hamid akan senantiasa mewujudkan keinginan putri kecil nya itu.

Usai mandi, Zayra berlari kecil dengan tubuh yang hanya dibungkus handuk. Saat melewati dapur, ia berpapasan dengan Pak Hamid.

" Eh Tuan putri, sudah mandi toh? coba Bapak cium dulu, wangi tidak? "

Zayra tertawa geli ketika kumis Ayahnya menyentuh permukaan pipi.

" Hemmm wangi banget"

Zayra berlari masuk ke dalam menemui Bu Hamid yang sudah menunggu nya.

" Apa Ibu harus ikut? " Tanya Bu Hamid sambil lalu menyisir rambut Zayra yang panjang dan ikal.

Zayra menggeleng cepat.

" Za tahu tidak? Kalau Lukman juga satu sekolah dengan Za "

Zayra mengiyakan, Ia tahu jika Ibunya mengkhawatirkan dirinya. Karena Lukman sejak masih sekolah TK sudah tidak menyukai Zayra.

Lukman ikut-ikutan Ibunya yang tidak menyukai Zayra, karena Zayra terkenal genius. Ibunya Lukman iri anaknya yang lahir dari keluarga berada, harus kalah dalam prestasi kepada Zayra yang hanya anak pungut seorang mantan abdi dalem keraton.

Dengan menaiki sepeda ontel, Pak Hamid mengantar Zayra ke sekolah. Zayra bernyanyi riang diikuti oleh sang Ayah. Keduanya nampak terlihat sangat bahagia.

" Nanti Bapak jemput ya " Ucap Pak Hamid saat Zayra mencium tangan nya. Zayra menjawab dengan anggukan kepala.

" Jangan pulang sendiri, tunggu Bapak " Seru Pak Hamid, Zayra mengangguk lagi seraya berlari masuk ke dalam area sekolah.

Semua murid di tahun ajaran baru berkumpul dalam satu barisan. Sementara murid yang lain Membuat barisan sendiri sesuai kelas masing-masing.

Lukman menoleh ke belakang, Ia melihat Zayra berdiri beberapa langkah di belakangnya.

" Hey anak pungut! " Seru Lukman lantang yang spontan memancing teman-temannya yang lain menoleh ke arah Zayra dan Lukman.

" Masih punya muka kamu sekolah disini? Seharusnya bukan disini tempat kamu sekolah, tuh di SD WETAN! Disana tempat yang cocok buat kamu "

Zayra diam, ia bergeming tanpa merespon sindiran Lukman.

Beberapa siswa ada yang ikut-ikutan mencemooh Zayra . Ada juga yang simpati namun tidak berani bersuara.

Upacara sekaligus penyambutan siswa baru dimulai, membuat Lukman menyudahi sindiran nya.

Ia fokus ke depan dimana Kepala sekolah memberikan ucapan-ucapan sambutan.

Usai upacara, seluruh siswa masuk ke kelas masing-masing. Mereka rebutan bangku agar bisa duduk paling depan.

Zayra tidak ikut rebutan, ia hanya memilih bangku kosong yang tersisa saja.

Bu Yana , wali kelas Zayra masuk. Ia memberikan salam kepada murid-murid barunya sekaligus berkenalan dengan mereka.

Disaat giliran Zayra , gadis manis itu bangkit sembari membenarkan letak kacamatanya. Seluruh mata memandang ke arah Zayra , namun hal itu tidak membuat dirinya nervous. Ia sudah terbiasa menghadapi khalayak ramai.

" Assalamualaikum, nama saya Zayra Binti Abdul Hamid Bu. Panggil saja Za, karena itu nama panggilan saya sehari-hari" Zayra memperkenalkan diri.

" Bohong Bu, namanya bukan Zayra Binti Abdul Hamid. Karena dia bukan anak Pak Hamid Bu " Seru Lukman menimpali, beberapa siswa tertawa mengejek membuat Zayra menundukkan kepalanya.

" Diam anak-anak " Seru Bu Yana yang sontak menghentikan tawa Lukman CS.

" Terimakasih Za, senang sekali rasanya Ibu bisa memiliki siswi yang berprestasi seperti mu " Bu Yana pintar sekali menghibur Zayra , anak itu akhirnya mengangkat wajahnya lalu tersenyum manis.

" Silahkan duduk, selanjutnya! " Bu Yana meminta murid yang duduk di sebelah Zayra untuk memperkenalkan diri.

Waktu jam pelajaran pertama hanya diisi oleh perkenalan dan cerita-cerita lucu dari Bu Yana.

Setelah itu, anak-anak diijinkan untuk pulang dan kembali lagi esok harinya.

Para murid baru berhamburan keluar penuh sukacita. Meskipun Zayra juga merasakan hal yang sama seperti teman-teman nya, tapi ia cenderung terlihat santai. Dan keluar kelas paling terakhir.

Bu Yana mengira Zayra sangat lemot. Ia tidak tahu jika otak Zayra lebih pintar dari anak-anak yang seumuran dengan nya.

Zayra menunggu Pak Hamid datang menjemput di pos yang masih dilingkup sekolah. Semua anak-anak yang menunggu jemputan tidak diizinkan keluar dari area sekolah.

Lukman melihat Zayra berdiri tidak jauh dari nya yang juga menunggu jemputan. Tenggorokan Lukman jadi gatal kalau tidak menghina Zayra . Ia datang mendekati Zayra .

" Hey!!" Gertak Lukman membuat Zayra mengangkat wajahnya.

" Kamu kenapa sih ikut-ikutan aku sekolah disini? Kamu pengen ngalahin aku ya? "

Zayra diam , ia sama sekali tidak merespon tuduhan Lukman kepada nya.

Lukman memperhatikan ke sekeliling, lalu ia merapatkan tubuhnya.

" Ingat ya anak pungut, disini berbeda dengan waktu kita di TK. Akan ku pastikan kamu berhenti dari sekolah ini secepatnya" Lukman memberikan ancaman.

Lalu ia pergi sambil berlari kecil keluar dari area sekolah. Karena mobil yang biasa menjemputnya sudah datang.

Zayra menatap diam kepergian mobil Lukman yang perlahan menghilang. Entah Zayra tidak mengerti, kenapa Lukman begitu sangat mem Ben ci dirinya.

" Liatin siapa? " Tanya Bu Anastasya kepada Lukman yang tengah menatap tajam ke luar mobil.

" Anak pungut itu Ma " Jawab Lukman , ia berbalik membetulkan posisi duduknya.

Bu Anastasya mengernyitkan dahinya, ia terus mengemudi sambil berpikir siapa yang dimaksud oleh Lukman .

" Zayra? " Barulah Bu Anastasya teringat dengan satu nama, anak pungut tetangga nya. Lukman membenarkan.

" Ngapain dia disini? " Tanya Bu Anastasya.

" Sekolah Ma"

" Hah? Sekolah disini? Bukannya di Wetan? "

Lukman mengedikkan bahunya, ia malas untuk menjawab.

Bu Anastasya menggeleng pelan, kalau Zayra sekolah disini? Otomatis Lukman akan menjadi nomor dua lagi. Diam-diam dia mengakui, jika Zayra sangat pintar.

Tapi Bu Anastasya tidak mau anaknya kalah saing dengan Zayra . Dia kan cuma anak pungut, keluarga nya juga bukan keluarga terpandang.

Rasanya tidak adil jika Lukman, anak laki-laki bungsu di keluarga nya kalah saing sama Zayra si anak pungut.

Terpopuler

Comments

Sani Srimulyani

Sani Srimulyani

pantesan anaknya kaya gitu, orang ibunya juga yg ngajarin.

2024-04-11

0

V3

V3

hai akak ... aku mampir nih di novel ini. heran deh masih piyik aja mulut nya dh jahat bgt ,, sbg orang tua yg seharusnya mengajarkan kebaikan tp ini mlh keburukan yg di ajarkan 😔

2024-02-21

3

Sarita

Sarita

masa masik anak kecil udah jahat gitu ya ?

2024-01-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!