PILIHAN YANG SULIT

Zayra tidak mengerti kenapa Lukman takut saat melihat dirinya? Bukan kah terakhir bertemu di sekolah, Lukman biasa aja.

Zayra membenarkan letak kacamatanya, kemudian berbalik untuk pulang. Tapi sebelum ia meninggal kan area pemakaman, Zayra menyempatkan diri untuk memeriksa pohon besar itu lagi. Tapi tetap saja ia tidak menemukan apa-apa disana.

___

Dengan bantuan Udin dan Naya, akhirnya Layla diterima bekerja di Brunei airline. Meskipun hanya sebagai staf biasa saja, Layla sangat bersyukur. Karena disini Naya dan Udin tidak akan mempermasalahkan jika ia kerap menggunakan kemampuan nya dalam hal meramal.

" Siapa mereka?" Tanya Layla kepada Naya yang baru saja mengantar beberapa klien penting.

" Investor, aku lagi punya proyek besar sekarang. Papa mempercayakan proyek itu padaku "

Layla turut senang dengan berita yang disampaikan oleh Naya.

" Tapi... " Naya tidak melanjutkan kata-katanya.

" Tapi apa? " Layla bertanya.

" Ayo kita bicara diruangan ku saja" Naya menarik tangan Layla untuk mengikuti nya. Layla manut saja, toh kerjaan nya tidak banyak juga.

Naya menjelaskan secara terperinci masalah dalam proyek yang tengah ditangani nya.

" Para penduduk setempat tidak mau diajak negosiasi, padahal aku sudah menawarkan harga yang lumayan besar untuk mengganti lahan mereka"

Naya mengulurkan tangannya.

" Tolong terawang aku Layla, mungkin kamu bisa melihat hal baik kedepannya " Pinta Naya.

Layla mengangguk mengerti, ia pun memegang tangan sahabat nya kemudian memejamkan matanya.

Beberapa gambaran Layla dapat kan, setelah melihat secara keseluruhan Layla pun membuka kembali matanya.

" Ini cukup rumit Naya, meskipun lokasi proyek wisata yang kamu pegang sangat strategis. Tapi para penduduk setempat sangatlah mencintai lahan mereka, selain subur tanah itu seperti permata yang indah. Akan banyak kendala yang harus kamu hadapi"

Naya diam mendengar penjelasan Layla, semangat nya mengendur untuk melanjutkan proyek tersebut. Tapi ketika Naya teringat akan kepercayaan sang Ayah kepada nya, semangat itu kembali bergejolak.

" Aku akan melakukan apapun demi proyek ini " Naya mengepalkan tangannya.

Tiba-tiba pintu diketuk dari luar, belum sempat Naya bersuara, Daun pintu sudah terdorong ke dalam.

Rizal tersenyum tipis sembari mendekati sang istri. Kecupan mesra ia layangkan ke kening Naya.

" Sibuk apa sayang? " Tanya Rizal.

" Aku lagi bahas proyek di Gandang Wetan itu loh " Jawab Naya, Suaminya sangat tahu mengenai proyek tersebut.

" Sayang, sebaiknya kamu lepaskan saja proyek itu jika rumit. Sekarang kita kan harus fokus dengan promil kamu, jadi kamu tidak boleh stres " Rizal bertutur kata dengan sangat lembut sekali, namun sama sekali tidak bisa menenangkan Naya. Sang istri begitu ambisius sekali untuk menyelesaikan proyek ini.

" Betul apa kata Rizal Nay" Layla pun turut berkomentar.

Naya tidak menjawab, apa yang dia inginkan sangat bertolak belakang dengan pemikiran suaminya.

___

Pak Hamid pulang, ia terlihat sangat lelah. Tubuhnya terhempas lemah ke atas balai-balai di teras rumah nya.

Bu Hamid sigap mengambilkan air putih untuk sang suami. Sedangkan Zayra mengambil kan handuk kecil yang sudah ia basahi dengan air dingin.

Tangan mungil nya begitu telaten mengusap wajah Bapaknya menggunakan handuk tersebut.

Rasa lelah itu pun sirna, Pak Hamid mencium sang buah hati dengan rasa bahagia.

" Terimakasih ya sayang"

Zayra mengangguk polos.

" Gimana Pak? " Tanya Bu Hamid, sejak tadi ia menunggu kepulangan suaminya dengan perasaan yang tidak menentu.

" Beberapa orang sudah setuju karena tergiur harga yang tinggi. Tinggal aku dan Yusran yang belum tanda tangan "

Zayra mengamati wajah si Bapak , terlihat sangat tidak bermaya.

" Terus gimana Pak? " Tanya Bu Hamid, hatinya semakin gundah. Ia tak rela jika harus pergi dari tanah kelahirannya. Meskipun uang kompensasi cukup untuk membeli rumah dan lahan baru.

" Entahlah"

Meskipun tengah dirundung duka, Pak Hamid masih bisa mengukir senyuman untuk Zayra .

_

TOK TOK TOK TOK

" Mid.. Hamid "

TOK TOK TOK TOK

Pak Hamid masih berada diantara sadar dan tidak, saat beberapa orang mengetuk pintu rumah nya berkali-kali.

Sampai akhirnya Bu Hamid turut membangun kan nya.

" Pak, diluar ada siapa tuh? Ketuk ketuk pintu"

Pak Hamid beringsut bangun dengan mata masih mengantuk.

" Siapa sih? " Pak Hamid keluar untuk memeriksa siapa yang datang bertamu malam-malam begini.

KRETEK

" Sufyan? Fauzi? " Pak Hamid heran melihat dua teman nya berdiri di depan rumah nya dengan wajah gusar.

" Mid, kamu lihat Yusran nggak? " Tanya Fauzi yang dijawab dengan gelengan kepala oleh Pak Hamid.

" Astaghfirullah, jangan-jangan benar Yusran hilang" Dua orang itu semakin rungsing, sedangkan Pak Hamid masih rada bingung dengan situasi yang dihadapi oleh kedua temannya.

" Apa maksud kalian? "

" Yusran hilang Mid, sejak habis sholat ashar dia nggak pulang-pulang kata istri nya" Sufyan menjelaskan duduk perkara.

Barulah Pak Hamid paham, riak wajah nya langsung berubah.

" Kok bisa?"

" Itu dia Mid, kami juga bingung kemana si Yusran. Dia seperti ditelan bumi"

Situasi semakin kacau karena keberadaan Yusran tidak ditemukan dimana-mana. Pak RT beserta beberapa warga lainnya pergi ke kantor polisi untuk melapor.

Namun pihak kepolisian hanya menulis laporan mereka tapi tidak melakukan tindakan. Hingga beberapa hari kemudian, ditemukan ma Yat mengapung di sekitar hilir sungai.

Dan setelah diperiksa secara menyeluruh, itu adalah ma Yat Yusran. Gegerlah seluruh pelosok kampung. Apalagi istri Yusran, dia menangis sejadi-jadinya bagai orang gila.

Pak Hamid termangu tidak percaya dengan meninggal nya Yusran. Padahal dia turut mengebumikan sahabat nya itu.

Zayra tidak tega melihat kondisi Bapaknya yang kerap diam melamun. Meskipun si Bapak akan tersenyum kepada nya, namun kesedihan itu masih bisa Zayra rasakan.

" Pak " Bu Hamid menyuguhkan teh hangat kepada sang suami, kemudian duduk di sisi.

Zayra memperhatikan dari ambang pintu, ia juga ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi kepada mereka.

" Gimana sekarang Pak? " Bu Hamid merunduk, air matanya meleleh.

" Entahlah Bu " Pak Hamid membuang nafas panjang.

" Aku nggak mau Bapak bernasib seperti Yusran " Punggung Bu Hamid bergetar, tangisannya semakin menjadi. Ia tidak kuasa membayangkan kondisinya jika sampai kehilangan sang suami.

Pak Hamid merangkul bahu istrinya dengan erat. Hatinya pun sangat berat jika membayangkan hal itu.

" Apa kita jual saja tanah ini Pak? Nggak apa-apa lah kita pindah, asalkan Bapak bisa bersama ku dan Zayra "

Pak Hamid manggut-manggut, ia tahu keputusan ini sangatlah sulit.

Kini Zayra mengerti, rupanya benar apa kata orang-orang sekitar mengenai kematian Yusran.

Zayra mencengkram kusen pintu yang terbuat dari bambu. Hatinya sakit sekali jika ada orang yang berani membuat kedua orang tuanya SE sedih ini. Ia ingin melakukan sesuatu untuk melindungi keluarganya.

Terpopuler

Comments

V3

V3

hati zayra sungguh lembut dan penuh kasih sayang ttpi Zahira penuh dg kelicikan dn kejahatan ,, sungguh jauh berbeda

2024-02-21

1

Diana Dwiari

Diana Dwiari

Sangat bertolak belakang sifatnya, pdhl kembar lo, kg pikiran nya yg 1 jahat bgt

2024-02-12

0

isnaini naini

isnaini naini

lnjut

2023-10-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!