TIDAK TERJADI APA-APA

Sejak kejadian yang menimpa Willy, Angga menjadi pendiam. Ia tidak banyak bicara dan terkesan menjauhi Zahira .

Apakah Zahira menyesal?

Tentu tidak, selama Angga tidak mengadu, Zahira cuek saja meskipun Angga berubah.

Suatu ketika, Zahira tanpa sengaja mendengar kan percakapan Papa dan Neneknya.

Namun Zahira masih kurang memahami apa maksud dari pembicaraan dua orang tua itu?

" Untuk apa Ibu meminta Dua jimat ini? " Tanya Udin , ia heran karena hal ini tidak seperti biasanya.

" Ibu membutuhkan nya Nak? "

Meskipun jawaban sang Ibu sangat meyakinkan, namun hal itu tetap menjadi pertanyaan besar.

Kekuatan dua jimat yang berada dibalik daun telinga si Udin, tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan kekuatan topeng legendaris yang dimiliki sang Ibu.

Walaupun terkadang topeng legendaris akan menyatu dengan tubuh Udin, tapi tetap saja wujud topeng itu ada digenggaman Cahaya.

Akhirnya Udin menyerahkan dua Jimat tersebut kepada Cahaya.

Zahira terperangah melihat dua warna berbentuk pusaran angin yang ada ditangan Ayahnya. Kemudian berpindah tangan kepada Neneknya.

Tanpa ba-bi-bu lagi, Zahira langsung menerobos masuk. Cahaya dan Udin terhenyak kaget.

" Zahira " Seru Udin , Cepat Cahaya menyembunyikan dua Jimat itu di balik pakaiannya.

" Itu apa Pa?" Zahira menunjuk neneknya, Udin mengalihkan pandangannya. Tatapannya bertemu dengan kedua mata sang Ibu.

Cahaya menggeleng sebagai kode.

" Emmm bukan apa-apa sayang" Udin menutupi keberadaan dua jika miliknya.

" Papa berbohong, Rara sudah lihat semuanya kok. Rara cuma penasaran, kenapa itu terlihat indah sekali. Boleh kan kalau Rara melihat nya sekali lagi? " Pinta Zahira memohon, Ia tahu Papanya sangat menyayanginya. Pasti keinginan nya akan dipenuhi.

Udin menatap sang Ibu, ia ingin Ibunya yang memutuskan apakah Zahira boleh melihat dua Jimat tersebut atau tidak?

Akhirnya terpaksa Cahaya mengeluarkan dua jimat milik anaknya.

Zahira terpana, ia mendekat dan menyentuh dua cahaya pusaran angin.

" Waaaaahhh indah sekali" Zahira berdecak kagum , tangannya ditepuk dengan riang.

" Nenek, boleh Rara memegang nya?"

Cahaya mengiyakan permintaan Zahira , ia membimbing Zahira untuk menguasai pergerakan dua jimat itu.

" Fokus kan energi mu kepada jimat ini, maka kamu akan melakukannya dengan sempurna"

Zahira mengangguk yakin, ketika dua jimat beralih ke tangan nya, Pusaran warna mulai meredup.

Namun Zahira tidak panik, ia mengikuti saran dari Neneknya sehingga Zahira bisa membuat dua jimat berputar meskipun tidak secepat saat dipegang oleh Cahaya ataupun Udin.

" Bagus sayang" Udin memberikan semangat, Zahira tersenyum lebar.

" Sekarang berikan pada Nenek " Cahaya menengadahkan tangan nya, namun Zahira menggeleng cepat.

" Rara masih mau main Nek "

Cahaya dan Udin tercengang.

" Emm sayang, ini bukan mainan " Udin turut membujuk putri nya.

" Iya tapi ini sangat seru Pa " Zahira merengek.

" Cepat berikan sama Nenek " Cahaya mulai menegaskan suara nya, Zahira mengangkat bola matanya. Jujur ia tidak suka jika diperintah seperti ini.

Tapi mengingat dirinya hanya seorang anak kecil, apalagi disini ada Udin, Dengan terpaksa Zahira akhirnya menyerahkan dua Jimat itu kepada Cahaya.

Kemudian ia keluar dari ruangan tempat Udin dan Cahaya berbincang.

" Lihat lah anakmu " Cahaya menghela nafas berat.

" Biasalah Bu, Zahira masih kecil" Udin membela Zahira .

" Kau tidak tahu dia Nak" Cahaya keluar setelah mengatakan kalimat itu, ia malas untuk berdebat. Sudah pasti Udin akan membela Zahira , karena ia terlalu sibuk di kantor sehingga tidak tahu seperti apa sifat anaknya.

__

Di lain tempat, Bu Anastasya membawa Nenek Sa'adah untuk bertemu dengan Zayra . Saat itu sore hari, Dengan menaiki kursi roda yang didorong oleh Bu Anastasya, mereka berjalan-jalan sebagai alasan untuk bertemu Zayra .

Memang setiap sore, Zayra akan menyapu halaman membantu Ibunya. Sedangkan Ibu Hamid memberi pakan ternaknya dan membersihkan kandang.

" Permisi... " Bu Anastasya berseru, Zayra menegakkan punggungnya. Ia melihat Ibunya Lukman dan seorang wanita tua berada di luar pagar.

Zayra berpikir, Apakah mungkin terjadi sesuatu dengan Lukman setelah ia meninggalkan mereka di hutan tadi siang?

Cepat Zayra mendekati pintu pagar rumah yang terbuat dari bambu. Ia membuka nya kemudian mendekati Bu Anastasya dan Nenek Sa'adah.

" Iya Bu ada apa? " Sapa Zayra , perasaannya gugup sekali.

Bu Anastasya enggan menjawab, ia membisikkan sesuatu kepada sang Ibu dengan suara pelan.

Nenek Sa'adah tersenyum mistis, ia meraih tangan Zayra .

" Siapa namamu Nak? " Tanya Nenek Sa'adah, suaranya gemetar seperti layaknya Nenek tua. Satu tangan beliau membelai lembut rambut Zayra .

" Zayra Nek" Jawab Zayra tanpa menaruh curiga.

Nenek Sa'adah manggut-manggut. Tanpa mengatakan apapun lagi, Bu Anastasya mendorong kursi roda itu pergi meninggalkan Zayra .

Nenek Sa'adah terus memperhatikan Zayra , beliau melemparkan senyuman. Zayra yang tidak mengerti, juga turut tersenyum membalas.

Ia lega, setidaknya Bu Anastasya tidak tahu jika tadi siang dia telah melakukan sesuatu kepada Lukman .

" Bagaimana Bu? " Tanya Bu Anastasya setelah mereka tiba di kediaman Nenek Sa'adah.

" Bagus, ini sangat bagus. Besok malam, kita lakukan ritual nya" Jawab Nenek Sa'adah penuh semangat.

Bu Anastasya mengangguk setuju, ia tak sabar untuk mengorbankan Zayra sebagai tumbal kekayaannya terhadap kuntilanak peliharaan keluarga besar nya.

Esok hari, Zayra sekolah seperti biasa. Ia bertemu Lukman dan teman-temannya yang kemarin mengerjai Zayra .

Tapi sikap mereka biasa saja, bedanya Lukman tidak lagi menjaili Zayra . Ia bersikap seolah-olah tidak mengenal Zayra .

Anak gadis itu heran sendiri, Apa yang terjadi dengan mereka?

Yaps!! Tanpa Zayra sadari, ketukan di kepala Lukman dan kawan-kawan nya berfungsi sebagai menghilangkan memori ingatan mereka tentang apa yang telah terjadi.

Sehingga tidak heran jika mereka sama sekali tidak mengingat kejadian mengerikan di dalam hutan.

Zayra bingung, namun ia menghela nafas lega jika benar bahwa keadaan nya tidak terlalu mengkhawatirkan.

Malam pun merangkak cepat, Zayra dan kedua orang tua angkatnya terlelap. Mereka sama sekali tidak menyadari jika bahaya mengintai.

Di sebuah kamar, Nenek Sa'adah duduk bersila merapal mantra. Ia menghadap ke sebuah cermin besar yang terbingkai ukiran kayu juwet.

Awal nya cermin itu tidak menampakkan sesuatu yang ganjil, Namun beberapa saat kemudian bayangan hitam bergerak aneh dari dalam cermin.

Gerakannya seperti seorang wanita dengan rambut panjang yang berusaha keluar.

Tiba-tiba nampak kuku panjang menyembul keluar menembus kaca. Di susul oleh lima buku kuku panjang lainnya.

Sepasang tangan kering keluar, menarik kepala yang ditutupi rambut putih lepek dan berair.

Tubuh wanita cungkring merangkak keluar dari dalam cermin. Berjongkok dihadapan Nenek Sa'adah dengan wajah cekung, mata besar serta senyuman mengerikan.

Nenek Sa'adah mengulurkan tangannya, wanita cungkring itu mengendus telapak tangan Nenek Sa'adah yang jika dilihat secara teliti. Ada beberapa helai rambut disana.

Itu adalah rambut Zayra , Nenek Sa'adah mengambil nya saat membelai lembut rambut anak itu.

" Ambillah makanan mu " Nenek Sa'adah memberikan perintah.

HIHIHIHIHIHIHIHI

Wanita cungkring itu tertawa memekik, ia merangkak cepat merayapi dinding. Lalu keluar menembus atap rumah.

Terpopuler

Comments

Suharnani

Suharnani

Anak gak punya sopan santun

2024-05-04

0

ros

ros

celaka la org yg bertuankan syaitan

2024-04-12

0

V3

V3

ternyata semua kekayaan nya keluarga Lukman dari Pesugihan toh , nyembah iblis kuntilanak 🤣🤣🤣

2024-02-21

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!