Zayra mengeliat saat sebuah ciuman hangat mendarat di keningnya. Kelopak matanya terbuka perlahan, pupil matanya yang berwarna pink kemerahan mengecil.
Bu Hamid mengambil kan kaca mata minus lima ratus milik Zayra, lalu memakaikannya.( Efek dari Penyegelan kekuatan, Zayra mengalami rabun. Meskipun usianya masih tujuh tahun)
" Bangun sayang, bukankah hari ini adalah hari pertama kamu masuk sekolah SD? " Bisik Bu Hamid lembut, Zayra tersenyum tipis sembari mengiyakan.
Ia beringsut bangun, mencium pipi perempuan yang ia kenal sebagai Ibunya. Kemudian melompat turun berlari keluar kamar.
" Hati-hati Za " Seru Bu Hamid, ia geleng-geleng kepala melihat tingkah laku putri angkatnya itu.
Bu Hamid merapikan tempat tidur gadis kecil tersebut, lalu menyiapkan seragam sekolah merah putih yang masih terbungkus plastik.
Bu Hamid sama sekali tidak mengeluarkan seragam tersebut dari plastik nya. Karena Zayra sudah mewanti-wanti bahwa dirinya sendiri yang akan membuka baju seragam itu.
Zayra bersenandung kecil sembari menggosokkan sabun ke badannya. Kamar mandi di rumah itu terletak di bagian belakang rumah.
WC nya pun hanya menggunakan tanah yang digali sekitar sepuluh meter ke bawah. Maklum, Pak Hamid dan Bu Hamid bukanlah keluarga berada.
Meskipun begitu, Zayra tidak pernah kekurangan satu apapun. Karena Pak Hamid akan senantiasa mewujudkan keinginan putri kecil nya itu.
Usai mandi, Zayra berlari kecil dengan tubuh yang hanya dibungkus handuk. Saat melewati dapur, ia berpapasan dengan Pak Hamid.
" Eh Tuan putri, sudah mandi toh? coba Bapak cium dulu, wangi tidak? "
Zayra tertawa geli ketika kumis Ayahnya menyentuh permukaan pipi.
" Hemmm wangi banget"
Zayra berlari masuk ke dalam menemui Bu Hamid yang sudah menunggu nya.
" Apa Ibu harus ikut? " Tanya Bu Hamid sambil lalu menyisir rambut Zayra yang panjang dan ikal.
Zayra menggeleng cepat.
" Za tahu tidak? Kalau Lukman juga satu sekolah dengan Za "
Zayra mengiyakan, Ia tahu jika Ibunya mengkhawatirkan dirinya. Karena Lukman sejak masih sekolah TK sudah tidak menyukai Zayra.
Lukman ikut-ikutan Ibunya yang tidak menyukai Zayra, karena Zayra terkenal genius. Ibunya Lukman iri anaknya yang lahir dari keluarga berada, harus kalah dalam prestasi kepada Zayra yang hanya anak pungut seorang mantan abdi dalem keraton.
Dengan menaiki sepeda ontel, Pak Hamid mengantar Zayra ke sekolah. Zayra bernyanyi riang diikuti oleh sang Ayah. Keduanya nampak terlihat sangat bahagia.
" Nanti Bapak jemput ya " Ucap Pak Hamid saat Zayra mencium tangan nya. Zayra menjawab dengan anggukan kepala.
" Jangan pulang sendiri, tunggu Bapak " Seru Pak Hamid, Zayra mengangguk lagi seraya berlari masuk ke dalam area sekolah.
Semua murid di tahun ajaran baru berkumpul dalam satu barisan. Sementara murid yang lain Membuat barisan sendiri sesuai kelas masing-masing.
Lukman menoleh ke belakang, Ia melihat Zayra berdiri beberapa langkah di belakangnya.
" Hey anak pungut! " Seru Lukman lantang yang spontan memancing teman-temannya yang lain menoleh ke arah Zayra dan Lukman.
" Masih punya muka kamu sekolah disini? Seharusnya bukan disini tempat kamu sekolah, tuh di SD WETAN! Disana tempat yang cocok buat kamu "
Zayra diam, ia bergeming tanpa merespon sindiran Lukman.
Beberapa siswa ada yang ikut-ikutan mencemooh Zayra . Ada juga yang simpati namun tidak berani bersuara.
Upacara sekaligus penyambutan siswa baru dimulai, membuat Lukman menyudahi sindiran nya.
Ia fokus ke depan dimana Kepala sekolah memberikan ucapan-ucapan sambutan.
Usai upacara, seluruh siswa masuk ke kelas masing-masing. Mereka rebutan bangku agar bisa duduk paling depan.
Zayra tidak ikut rebutan, ia hanya memilih bangku kosong yang tersisa saja.
Bu Yana , wali kelas Zayra masuk. Ia memberikan salam kepada murid-murid barunya sekaligus berkenalan dengan mereka.
Disaat giliran Zayra , gadis manis itu bangkit sembari membenarkan letak kacamatanya. Seluruh mata memandang ke arah Zayra , namun hal itu tidak membuat dirinya nervous. Ia sudah terbiasa menghadapi khalayak ramai.
" Assalamualaikum, nama saya Zayra Binti Abdul Hamid Bu. Panggil saja Za, karena itu nama panggilan saya sehari-hari" Zayra memperkenalkan diri.
" Bohong Bu, namanya bukan Zayra Binti Abdul Hamid. Karena dia bukan anak Pak Hamid Bu " Seru Lukman menimpali, beberapa siswa tertawa mengejek membuat Zayra menundukkan kepalanya.
" Diam anak-anak " Seru Bu Yana yang sontak menghentikan tawa Lukman CS.
" Terimakasih Za, senang sekali rasanya Ibu bisa memiliki siswi yang berprestasi seperti mu " Bu Yana pintar sekali menghibur Zayra , anak itu akhirnya mengangkat wajahnya lalu tersenyum manis.
" Silahkan duduk, selanjutnya! " Bu Yana meminta murid yang duduk di sebelah Zayra untuk memperkenalkan diri.
Waktu jam pelajaran pertama hanya diisi oleh perkenalan dan cerita-cerita lucu dari Bu Yana.
Setelah itu, anak-anak diijinkan untuk pulang dan kembali lagi esok harinya.
Para murid baru berhamburan keluar penuh sukacita. Meskipun Zayra juga merasakan hal yang sama seperti teman-teman nya, tapi ia cenderung terlihat santai. Dan keluar kelas paling terakhir.
Bu Yana mengira Zayra sangat lemot. Ia tidak tahu jika otak Zayra lebih pintar dari anak-anak yang seumuran dengan nya.
Zayra menunggu Pak Hamid datang menjemput di pos yang masih dilingkup sekolah. Semua anak-anak yang menunggu jemputan tidak diizinkan keluar dari area sekolah.
Lukman melihat Zayra berdiri tidak jauh dari nya yang juga menunggu jemputan. Tenggorokan Lukman jadi gatal kalau tidak menghina Zayra . Ia datang mendekati Zayra .
" Hey!!" Gertak Lukman membuat Zayra mengangkat wajahnya.
" Kamu kenapa sih ikut-ikutan aku sekolah disini? Kamu pengen ngalahin aku ya? "
Zayra diam , ia sama sekali tidak merespon tuduhan Lukman kepada nya.
Lukman memperhatikan ke sekeliling, lalu ia merapatkan tubuhnya.
" Ingat ya anak pungut, disini berbeda dengan waktu kita di TK. Akan ku pastikan kamu berhenti dari sekolah ini secepatnya" Lukman memberikan ancaman.
Lalu ia pergi sambil berlari kecil keluar dari area sekolah. Karena mobil yang biasa menjemputnya sudah datang.
Zayra menatap diam kepergian mobil Lukman yang perlahan menghilang. Entah Zayra tidak mengerti, kenapa Lukman begitu sangat mem Ben ci dirinya.
" Liatin siapa? " Tanya Bu Anastasya kepada Lukman yang tengah menatap tajam ke luar mobil.
" Anak pungut itu Ma " Jawab Lukman , ia berbalik membetulkan posisi duduknya.
Bu Anastasya mengernyitkan dahinya, ia terus mengemudi sambil berpikir siapa yang dimaksud oleh Lukman .
" Zayra? " Barulah Bu Anastasya teringat dengan satu nama, anak pungut tetangga nya. Lukman membenarkan.
" Ngapain dia disini? " Tanya Bu Anastasya.
" Sekolah Ma"
" Hah? Sekolah disini? Bukannya di Wetan? "
Lukman mengedikkan bahunya, ia malas untuk menjawab.
Bu Anastasya menggeleng pelan, kalau Zayra sekolah disini? Otomatis Lukman akan menjadi nomor dua lagi. Diam-diam dia mengakui, jika Zayra sangat pintar.
Tapi Bu Anastasya tidak mau anaknya kalah saing dengan Zayra . Dia kan cuma anak pungut, keluarga nya juga bukan keluarga terpandang.
Rasanya tidak adil jika Lukman, anak laki-laki bungsu di keluarga nya kalah saing sama Zayra si anak pungut.
" Aku akan mencari cara, untuk bisa menyingkirkan Zayra . Setidaknya ia harus enyah dari dunia ini " Bu Anastasya bermonolog sendiri dalam pikirannya.
Setibanya di rumah, Lukman langsung berlari masuk ke dalam mendahului Ibunya. Sedangkan Bu Anastasya pergi ke halaman samping, masuk ke rumah sebelah.
Di dalam rumah itu hanya ditinggali Oleh Nenek Sa'adah. Perempuan tua yang berusia sekitar sembilan puluh tahunan.
Nenek Sa'adah menolak ditemani oleh anak-anak nya. Dia hanya dikunjungi oleh pelayan dari rumah Bu Anastasya sekedar mengantar makanan dan bersih-bersih.
" Bu "
Nenek Sa'adah yang tengah merajut benang di atas kursi goyang, mengangkat wajahnya.
" Ada apa Anas? "
" Sebentar lagi malam bulan purnama di bulan Suro Bu "
Bu Anastasya seolah-olah mengingatkan sesuatu, Nenek Sa'adah menarik sudut bibirnya membentuk lengkungan tipis.
" Apa kamu sudah menyiapkan nya? "
Bu Anastasya tersenyum simpul, kepalanya bergerak mengiyakan.
" Bagus, siapa? "
" Anak angkatnya Hamid, dia seumuran dengan Lukman "
" Perempuan? " Nenek Sa'adah ingin memastikan.
" Tentu Ibu "
" Bagus, bawa aku melihat nya "
Bu Anastasya mengangguk setuju.
Bu Hamid menyambut kedatangan Zayra yang baru saja melompat turun dari atas sepeda lalu berlari ke arah nya.
" Ih Anak Ibu " Bu Hamid menciumi wajah gemas Zayra " Gimana tadi di sekolah? "
" Seru Bu " Jawab Zayra melingkarkan kedua tangannya di leher sang Ibu.
" Ohya? ketemu Lukman nggak? "
Zayra mengiyakan.
" Apa dia tidak membuli kamu? "
Zayra mengangkat kedua bahunya, wajahnya nampak lucu sehingga Bu Hamid tertawa lepas.
" Tadi satpam disana cerita kalau Zayra didekati Lukman . Sepertinya anak itu tetap saja tidak berubah " Pak Hamid bercerita.
Bu Hamid menghela nafas berat, hatinya sakit sekali jika Zayra dijahati terus oleh Lukman . Mentang-mentang orang tua nya disegani, Lukman jadi bersikap sewenang-wenang terhadap Zayra .
Tapi apa yang bisa dilakukan, mereka hanya orang miskin. Tanah yang dikerjakan oleh pasangan suami istri itu juga adalah tanah milik keluarga Lukman .
Bu Hamid membelai lembut rambut Zayra , anak itu tersenyum manis. Seolah-olah dia mengatakan bahwa dirinya baik-baik saja.
Di lain tempat, Zahira tengah asyik Selfi. Sementara Angga anak Gading dan Fatma mengerjakan PR. Dia menyelesaikan tugasnya dan juga tugas sekolah Zahira.
Angga sangat patuh kepada Zahira, selain takut dia juga diam-diam mengagumi kecantikan sepupunya itu.
Zahira merasa dirinya tengah diperhatikan, ia menoleh. Dan ternyata benar, Angga terpaku menatap Zahira.
" Hey! " Bentak Zahira yang sontak membuat Angga gelagapan. Ia langsung menunduk ke arah buku.
" Ngapain kamu liatin aku begitu? Hah? " Zahira tidak puas jika tidak mengintimidasi sepupunya tersebut.
" Ma maaf Ra " Angga ketakutan, ia tahu jika Zahira bisa melakukan apapun yang dia inginkan.
Zahira merampas buku yang dipegang oleh Angga dengan kasar, sehingga membuat buku itu robek.
Angga terhenyak, Zahira baru menyadari jika buku yang robek itu adalah milik nya.
" Ah robek, ihhhh " Zahira melampiaskan kekesalannya dengan memukul Angga. Angga hanya mampu melindungi kepala nya dari pukulan Zahira. Ia tidak berani membela diri.
" Ampun Ra ampun" Angga memohon, pukulan Zahira terasa menyakitkan.
" Zahira"
Zahira refleks bangun, ia berdiri tegak. Suara neneknya membuat keberanian nya ciut.
" Kenapa kamu memukul Angga? " Cahaya membantu Angga untuk bangun.
" Em Angga, Angga merobek buku tugas Rara Nek " Zahira berbohong untuk melindungi diri.
Cahaya bergulir menatap Angga yang sama sekali tidak berani mengangkat wajahnya.
" Benar itu Ang? "
Angga tidak menjawab, ia takut jika dirinya mengatakan yang sebenarnya Zahira akan mencelakai nya nanti.
" Jawab Ang! " Pinta Cahaya memaksa, akhirnya terpaksa Angga mengiyakan.
Zahira tersenyum penuh kemenangan, namun Cahaya tidak langsung percaya. Dia sangat tahu persis seperti apa tabiat cucunya itu.
" Ya sudah, Ang kamu minta maaf sama Zahira. Dan kamu Zahira jangan suka main pukul, Angga ini saudara mu"
Zahira tidak suka jika Nenek nya membahas hal tersebut. Sejujurnya dia tidak suka dengan Angga, karena menurut nya Angga adalah orang miskin.
Hanya karena bapaknya adalah anak Opa Fajar, jadi Angga memiliki kedudukan yang setaraf dengan nya.
" Ayo Ang " Cahaya mendesak Angga untuk minta maaf, tangan mungil Angga diangkat oleh Cahaya.
Zahira tersenyum lebar, ia pun menyambut uluran tangan sepupunya itu.
" Kamu bisa kan mengerjakan tugas ku yang hampir selesai" Ucap Zahira tanpa berhenti untuk tersenyum, Angga mengangguk ragu.
" Baiklah, aku maafkan"
Zahira melepaskan tangan nya lalu pergi dari tempat itu.
Cahaya memperhatikan punggung Zahira yang lenyap di balik dinding. Ia menghela nafas berat, Cahaya merasa dadanya sesak sekali.
Ia tidak mengerti kenapa Zahira memiliki sifat culas? Tiba-tiba Cahaya teringat akan cucunya yang hilang. Tidak ada yang pernah membahas soal Zayra di rumah ini kecuali dirinya dan Fajar.
Tapi sampai saat ini Cahaya tidak menemukan petunjuk apapun. Ia sama sekali tidak bisa merasakan energi cucunya itu.
Saat hendak menaiki loteng untuk pergi ke lantai dua, Zahira tidak sengaja melihat Ibunya tengah sibuk dengan serigala peliharaan nya itu.
Ia jadi penasaran, lalu mendatangi sang Ibu.
" Rara " Belum lagi sampai, Prilly sudah tahu jika putrinya sedang berjalan mendekati.
" Mama, kenapa dengan Pony? "
" Tadi dia diserempet mobil" Jawab Prilly " Emmm Ra, bisa tolong obati Pony? " Pinta Prilly, karena ia tahu jika putrinya memiliki kekuatan untuk melakukan nya.
Zahira berdecih samar agar Ibunya tidak tahu. Ia sangat kesal sekali dengan kemampuan nya yang sangat bertolak belakang dengan keinginan hatinya.
Zahira sangat tidak menyukai Pony, kalau bisa dia ingin melenyapkan saja Serigala itu. Prilly begitu sangat menyayangi Pony, malah Ibunya itu pernah bilang kasih sayang nya kepada Pony dan Zahira itu sama rata.
Masa anak disamakan dengan hewan peliharaan?
" Ra? "
" Em Iya Ma " Zahira tersentak dengan lamunannya.
" Bisa kan tolong Mama ?"
Zahira berpikir, tidak mungkin dia menolak keinginan Ibunya itu.
" Hemm menyusahkan saja, kenapa tidak membawanya ke dokter hewan sih ? " Gerutu Zahira dalam hati.
Zahira berjongkok di sebelah Pony, ia menyentuh kaki Pony yang terluka. Tiba-tiba tangan Zahira mengeluarkan cahaya, cahaya tersebut serta merta menyembuhkan luka di kaki Pony.
" Sudah Ma "
Prilly tersenyum lebar.
" Terimakasih ya sayang" Prilly meraba pipi putrinya.
" Sama-sama Mama, Rara ke Kamar dulu ya Ma " Pamit Zahira, Prilly mengiyakan.
Cepat Zahira pergi sebelum ada lagi permintaan Ibunya yang akan menyusahkan. Terkadang Zahira menyesal karena memiliki seorang Ibu bu ta, tidak seperti teman-teman lainnya.
Oleh sebab itu, Zahira tidak pernah mau merayakan ulang tahun bersama teman-temannya.
Ia malu kepada teman-temannya yang memiliki Ibu sempurna tidak ca cat seperti Ibunya.
Bu Sinta wali kelas Zahira dan Angga mengajak murid-muridnya ke Taman yang ada sebuah Tasik buatan.
Ia ingin murid-murid nya mengumpulkan tugas untuk mencari berbagai jenis serangga dan menjelaskan manfaat serangga tersebut.
Kebetulan saat itu Angga membawa anjing kesayangannya yang diberi nama Willy. Anjing sejenis Chihuahua, aktif dan selalu menggonggong jika ada bahaya.
Angga dan Zahira berjalan beriringan mencari serangga yang dapat mereka temukan untuk tugas sekolah.
Zahira melihat ada satu plang bertuliskan DILARANG MASUK BANYAK BUAYA.
Zahira melirik Angga yang tengah sibuk mencari serangga di semak-semak, pikiran licik tercipta. Apalagi dia masih sakit hati dengan Angga karena masalah kemarin.
Ditambah lagi Zahira terganggu sekali dengan suara gonggongan si Willy.
" Ga, kita kesana yuk " Ajak Zahira menunjuk ke tempat terlarang. Angga mendongak, ia memperhatikan tempat yang ditunjuk oleh Zahira.
" Nggak usah lah Ra, tuh ada plang peringatan" Tolak Angga dengan halus.
" Ah itu cuma buat nakutin aja " Zahira menepis penolakan Angga , ia berjalan cepat masuk ke kawasan terlarang.
Angga berkali-kali memanggil, tapi Zahira tidak bergeming sedikitpun.
Willy menggonggong ke arah Zahira pergi, perasaan Angga jadi tidak tenang. Bagaimana nanti jika terjadi sesuatu dengan Zahira ? Apa yang harus ia katakan kepada Mama Papanya?
Dengan banyak pertimbangan, akhirnya Angga menyusul Zahira . Gadis itu sudah berdiri di tepi Tasik, pandangannya menyapu luasnya bendungan buatan manusia itu.
" Ra, yuk kita pulang. Aku takut nih " Angga bergidik ngeri memperhatikan ke sekeliling, suasana nampak sangat sepi.
" Ah Cemen kamu Ga, justru aku pengen mandi. Airnya terlihat menyegarkan" Zahira membuka kancing baju nya.
" Ra , jangan gila kamu. Disini banyak buayanya " Angga cepat mencegah, filingnya mengatakan bahwa para buaya sekarang tengah memperhatikan mereka.
" Itu tahayul " Bantah Zahira acuh, Willy semakin menggonggong keras, ia menatap perairan dengan penuh waspada.
Angga gusar, ia memintal ujung kain seragam nya tanda ketakutan melanda pikiran.
Tanpa diduga, Zahira meraih Willy lalu melemparnya ke arah Tasik. Mata Angga membulat, ia menyaksikan secara langsung bagaimana dua buaya berebutan tubuh Willy.
Anjing itu masih berusaha menyelamatkan diri, tapi tubuh kecilnya hanya cukup untuk sekali lahap saja.
" Willy!!! "
Air mata meluruh deras, Angga tidak berdaya untuk menolong. Apalagi nyata di depan matanya buaya itu sangat ganas.
Tungkai kakinya lemas, Tubuh Angga terduduk di tanah.
Zahira tersenyum puas, tanpa rasa bersalah ia pergi meninggalkan Angga begitu saja. Syukur kalau Angga dimakan buaya juga, Hem!
Di lain tempat kejadian bertolak belakang, Lukman membayar beberapa temannya untuk ikut membantu nya mengerjai Zayra .
Zayra ditangkap saat baru saja keluar dari dalam toilet, Ia diseret oleh ketiga teman Lukman yang sudah mendapatkan uang.
Lukman memimpin mereka untuk membawa Zayra ke hutan kecil di belakang sekolah. Di sana Lukman ingin membuat Zayra jera hingga takut untuk sekolah disini.
EM EM EM
Zayra tidak bisa menjerit minta tolong, karena mulutnya ditutup dengan kain. Kedua tangan Zayra diikat ke belakang punggung nya. Ia dipaksa untuk bertekuk lutut di hadapan mereka.
Ke empat siswa yang masih kelas satu itu tertawa puas. Lukman memberi komando untuk mengen ci ngi Zayra , mereka pun kompak melakukannya sambil tertawa-tawa lepas.
Belum cukup disitu saja, Lukman menarik kaca mata Zayra . Otomatis Zayra tidak bisa melihat dengan jelas. Dan dengan sengaja Lukman menghancurkan kaca mata Zayra dengan cara menginjak nya.
Zayra tertunduk pilu, anak yang masih berumur tujuh tahun sudah mendapatkan perlakuan kasar seperti ini.
Hatinya sakit, tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa untuk membela diri. Hanya menangis dan menangis meratapi nasib.
" Aku harap mulai besok kamu sudah tidak muncul lagi didepan ku " Ucap Lukman penuh penekanan.
Zayra tertunduk, punggung nya bergetar. Amarah nya perlahan memuncak, salah satu teman Lukman melihat kalung yang dipakai oleh Zayra memancarkan sinar yang timbul tenggelam.
" Kalung apa ini ?" Anak itu penasaran, karena posisinya dia saat ini adalah salah satu yang terkuat. Jadi dia pikir tidak apa-apa jika mengambil kalung tersebut. Toh Zayra tidak akan melawan.
Dengan angkuh nya anak itu menarik kasar kalung Zayra hingga putus.
Kedua bola mata Zayra langsung bercahaya merah. Pandangannya tajam mengerikan. Nafasnya besar seperti kemurkaan yang siap meledak.
Sekali kepalan tangan, tali yang mengikat terlepas hancur.
Lukman mengernyit heran, ia seolah-olah menangkap sesuatu yang tidak beres dengan Zayra .
Perlahan wajah Zayra terangkat, tangan kanannya menarik sumpalan kain yang menutup mulutnya.
Ke empat anak laki-laki itu terpana melihat mata Zayra yang sangat mengerikan.
" Luk, sepertinya.... Zayra ... Kesurupan" Suara teman Lukman terbata-bata.
" Ayo kita kabur " Ajak yang lain, belum sempat mereka mengangkat kaki, tangan Zayra sudah mencekal lengan Lukman .
" Mau kemana? " Suara Zayra serak dan berat. Lukman menganga, sedang kan ketiga teman nya terpacak gemetar.
Zayra bangkit, ia mencengkram dagu Lukman . Wajahnya yang beringas mendekat.
" Tadi kamu bilang apa? Besok tidak mau melihat ku di sekolah? Hem?"
Lukman menggeleng, ia menggigil ketakutan.
Zayra menuding pohon besar di samping menggunakan tangan kirinya, dan dahan pohon yang ia tunjuk langsung patah.
Ke empat anak laki-laki itu membeliak lebar. Mereka sampai tidak berani untuk bernafas.
" Mau aku patahkan leher kalian seperti pohon itu" Zayra menatap sangar wajah Lukman dan teman-temannya. Mereka menggeleng ragu.
Zayra tersenyum iblis, ia menjitak satu persatu kepala mereka. Membuat Lukman dan teman-temannya jatuh pingsan.
Zayra memungut kembali kalung nya yang masih berada di tangan teman Lukman . Kemudian mengambil kacamata nya yang patah.
Saat Zayra hendak memakai kalung itu kembali, mendadak mata Zayra menjadi rabun.
Zayra mengurung kan niatnya, baru kini ia menyadari jika ia sebenarnya tidak rabun. Kalung inilah yang membuat nya mengalami gangguan penglihatan.
Otak Zayra yang cerdas berpikir semua apa yang terjadi kepada dirinya. Setelah ia menelaah sebagian kejadian, ia meniup kaca mata nya yang sudah rusak.
Ajaib kacamata itu langsung kembali ke bentuk sedia kala. Zayra memakai kalung nya kemudian memasang kacamata nya.
Ia pergi meninggalkan ke empat anak yang pingsan tadi begitu saja. Seakan-akan tidak terjadi apa-apa.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!