Bab 15. Jangan Menangis Lagi

Ghibran dan Aisha pulang ke rumah gadis itu. Para pelayat sudah meninggalkan rumah duka. Dia langsung masuk ke kamar dan kembali menangis.

Ghibran membawa sepiring nasi lengkap dengan lauk. Melihat pintu yang terbuka, pria itu masuk tanpa mengetuknya.

"Kamu belum makan dari lagi. Aku suapin makannya?" tanya Ghibran.

Aisha menghapus air matanya. Memandangi Ghibran dengan wajah sendu. Lalu menggelengkan kepalanya.

"Aku tidak lapar, Mas. Terima kasih atas semua bantuanmu, Mas. Sekarang Mas bisa pulang. Pasti capek dari pagi mengurus pemakaman ibuku. Maaf, karena aku banyak merepotkan," ucap Aisha pelan.

"Aisha, aku ini suami kamu. Kenapa mengusirku? Aku ingin berada di samping kamu. Aku akan temani kamu," jawab Ghibran.

Aisha menatap dengan wajah keheranan. Dia lupa jika tadi menikah dengan Ghibran. Setelah menyadari itu, dia langsung memeluk suaminya. Kembali tangisnya pecah.

Ghibran mengusap punggung sang istri untuk memberikan ketenangan. Dia membalas pelukan Aisha dengan erat. Jika kesedihan yang wanita itu rasakan bisa dibagi, dia akan siap menerimanya. Hatinya juga sakit mendengar tangisan pilu sang istri.

"Terima kasih, Mas. Terima kasih karena mau menerima aku apa adanya. Terima kasih karena mau denganku yang penuh dosa ini, terima kasih ...."

Ucapan Aisha terpotong karena Ghibran menutup mulutnya. Dia menangkup wajah wanita itu dengan kedua tangannya. Mengecup pelan matanya yang basah karena air mata.

Aisha jadi terdiam terpaku. Ini bukan pertama kali dia disentuh pria. Lebih dari itu pernah dilakukan dengan Ikhbar, tapi sentuhan yang diberikan Ghibran dengan lembut mampu menggetarkan hatinya.

"Jangan berterima kasih begitu banyak. Aku takut kamu nanti kecewa setelah mengenalku. Aku takut tidak bisa membahagiakan kamu seperti yang kamu impikan. Namun, aku janji akan berusaha menjadi suami yang kamu inginkan," ucap Ghibran. Dia lalu mengecup bibir ranum Aisha dengan lembut.

Aisha memeluk Ghibran kembali. Dia merasakan kebahagiaan yang tidak terlukiskan. Mungkin benar, dibalik setiap musibah pasti ada hikmahnya. Namun, Aisha sedih karena tidak bisa berbagi kebahagiaan dengan bundanya.

"Aku mau kamu makan. Walau sedikit. Aku tak mau kamu sakit," ucap Ghibran. Dia mengambil nasi yang tadi dia letakan di atas meja samping tempat tidur sang istri.

Dengan telaten dia menyuapi Aisha. Setengah piring telah masuk ke perut sang istri.

"Mas, sudah. Aku kenyang," tolak Aisha.

"Baiklah. Tapi kalau nanti lapar, kamu bilang saja. Biar aku ambilkan lagi," ucap Ghibran.

Ghibran menghabiskan sisa makanan di piring. Aisha melihat tanpa kedip. Dia tidak menyangka jika pria itu mau makan sisanya. Air mata kembali menetes dari matanya. Antara sedih dan bahagia yang kini dia rasakan.

Ghibran menghentikan suapannya melihat sang istri menangis. Dia lalu menghapus air mata di pipi Aisha.

"Jangan menangis lagi, Sayang. Ikhlaskan kepergian ibu agar dia tenang di sana. Apa kamu pikir ibu tidak akan sedih jika melihat kamu begini?" tanya Ghibran.

Aisha terdiam tanpa kata mendengar Ghibran memanggil dirinya dengan kata Sayang. Dengan lembut kembali sang suami menghapus air matanya.

"Sekarang istirahatlah. Kamu pasti capek. Habis magrib nanti temanku datang untuk takziah," ucap Ghibran.

"Mas Ghibran juga pasti capek. Apa Mas tidak sekalian istirahat juga?" tanya Aisha.

"Nanti saja aku istirahatnya. Aku takut ketiduran jika istirahat berdua kamu," canda Ghibran.

Ghibran sengaja becanda agar sang istri tersenyum. Seperti harapannya, Aisha tersipu malu dan menundukan kepalanya. Wanita itu merasa seperti baru mengenal pria. Dia lupa pernah begitu dekat dengan Ikhbar.

Ghibran tersenyum kembali. Dia mengacak rambut sang istri sebelum akhirnya berdiri.

"Aku tinggal sebentar. Kamu tidurlah!" ucap Ghibran.

Aisha menganggukan kepalanya tanda setuju. Dia lalu membaringkan tubuhnya. Ghibran keluar dari kamar. Dia menutup pintu kamar itu. Pria itu menghubungi seseorang, memesan makanan untuk takziah nanti malam.

Setelah menghubungi semuanya dan merasa tidak ada lagi yang perlu dia urus, Ghibran masuk ke kamar. Di sini Aisha belum banyak mengenal para tetangga, sehingga tidak ada lagi yang melayat. Namun, ada seorang ibu-ibu yang menunggu di luar. Siapa tahu ada yang melayat. Ibu itu memang di bayar Ghibran untuk membantu selama Aisha berduka.

Ghibran mendekati ranjang. Di lihatnya sang istri tertidur dengan lelapnya. Dia mengecup dahi Aisha. Entah mengapa, walau baru mengenal gadis itu, rasa sayangnya begitu besar.

Aisha membuka matanya. Terkejut mendapati wajah Ghibran yang begitu dekat dengan mukanya. Pria itu memberikan senyuman termanisnya.

"Mas, kenapa ada dikamarku?" tanya Aisha dengan wajah yang masih terkejut.

"Pasti lupa lagi kalau aku ini suami kamu?" tanya Ghibran dengan wajah cemberut.

Aisha memukul dahinya. Dia membalas senyuman Ghibran dengan malu. Pria itu langsung mengecup bibir ranumnya. Membuat wajah wanita itu memerah karena malu.

"Mandilah. Sebentar lagi waktunya magrib. Kita solat di rumah saja hari ini. Aku jadi imammu. Setelah kamu mandi, baru giliranku. Atau kita mandi bareng saja?" tanya Ghibran, dia ingin menggoda sang istri.

"Mas, kamu ngomong apa?" Aisha balik bertanya dengan wajah yang memerah seperti tomat. Jika saja wanita itu tidak dalam suasana berkabung, pasti Ghibran akan memakannya.

"Emang kenapa, Sayang? Biasa saja 'kan kalau suami istri mandi bareng?" Bukannya menjawab pertanyaan Aisha dia justru balik bertanya.

Aisha bangun dan menatap Ghibran dengan cemberut. Dia selalu saja menggoda. Tapi Aisah senang karena dia tahu, Ghibran melakukan itu hanya untuk menghiburnya.

"Aku mandi dulu, setelah itu baru Mas Ghibran. Apa baju Mas ada?" tanya Aisha.

"Itu ...." Ghibran menunjuk koper di sudut kamar. Tadi Ibunya menitipkan baju itu pada salah satu temannya.

Aisha turun dari ranjang. Awalnya wanita itu ingin membuka pakaian di kamar mandi saja. Tapi dia ingat, kenapa malu, bukankah Ghibran telah sah menjadi suaminya.

Dengan perlahan wanita itu membuka satu persatu kain yang melekat di tubuhnya. Masih ada rasa malu pada pria itu. Sehingga Aisha langsung menutup tubuhnya dengan handuk. Rambutnya panjang terurai, sangat indah. Ghibran memandangi tanpa kedip.

Aisha langsung masuk ke kamar mandi dan membersihkan tubuhnya. Setengah jam, dia keluar dengan rambut basah dan tubuh yang telah wangi.

"Mas, mandilah!" ucap Aisha, membuat Ghibran tersadar dari lamunan.

Ghibran tersenyum dan langsung masuk kamar. Dia tidak mau tergoda jika terus memandangi tubuh indah sang istri. Setelah berpakaian rapi, Ghibran keluar dari kamar mandi. Dia tidak melihat sang istri.

Ghibran keluar dari kamar, ingin mencari keberadaan sang istri. Melihat pintu kamar ibunya Aisha yang terbuka, dia mengintip. Dilihatnya wanita itu memeluk baju sang ibu sambil menangis.

"Sayang, aku tidak tahu cara apa lagi untuk menghilangkan kesedihanmu. Aku tahu ini pasti berat bagimu. Semoga kamu bisa ikhlas dan sabar menghadapi cobaan ini," ucap Ghibran.

Ghibran membiarkan sang istri meluapkan kesedihannya. Dia kembali ke kamar. Saat azan magrib berkumandang, Aisha kembali ke kamar. Mereka melaksanakan solat berjamaah. Baru saja habis membaca doa, terdengar suara orang mengucapkan salam.

"Biar aku saja yang temui tamu. Kamu bersiap saja. Sebentar lagi akan banyak para pelayat datang buat takziah. Itu pasti salah satu temanku juga," ucap Ghibran.

"Ya, Mas."

Ghibran keluar dari kamar. Ingin melihat siapa tamu yang telah datang. Saat dia mendekati tamu itu, pria itu sangat terkejut.

"Annisa ...."

"Kak Ghibran ...," ucap Annisa tidak kalah terkejutnya.

...----------------...

Terpopuler

Comments

🤎ℛᵉˣ𝐀⃝🥀OMADEVI💜⃞⃟𝓛

🤎ℛᵉˣ𝐀⃝🥀OMADEVI💜⃞⃟𝓛

nah kenal juga

2024-04-20

1

𝙺𝚒𝚔𝚢𝚘𝚒𝚌𝚑𝚒

𝙺𝚒𝚔𝚢𝚘𝚒𝚌𝚑𝚒

𝚖𝚊𝚜𝚊 𝚕𝚊𝚕𝚞𝚗𝚢𝚊 𝚐𝚒𝚋𝚛𝚊𝚗 𝚔𝚊𝚑? 𝚖𝚗𝚝𝚊𝚗 𝚐𝚝

2024-03-22

0

revinurinsani

revinurinsani

aaaaa kiw kiw mas Gibran ko si swee ya

2023-12-22

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Foto Dan Video
2 Bab 2. Pemakaman Ayah
3 Bab 3. Aku Pamit
4 Bab 4. Bertemu Kembali
5 Bab 5. Ikhbar dan Sang Istri
6 Bab 6. Ghibran
7 Bab 7. Maaf
8 Bab 8. Mantan Kekasih
9 Bab 9. Kedatangan Ghibran
10 Bab 10. Aku Menerima Kamu Apa Adanya!
11 Bab 11. Kedatangan Ikhbar
12 Bab 12. Pergilah Dari Rumahku!
13 Bab 13. Kepergian Ibu
14 Bab 14. Pemakaman Ibu
15 Bab 15. Jangan Menangis Lagi
16 Bab 16. Usir Mereka, Mas!
17 Bab 17. Masa lalu
18 Bab 18. Bertemu Annisa
19 Bab 19. Apartemen
20 Bab 20. Meminta Hak
21 Bab 21. Bertemu Ikhbar
22 Bab 22. Aku Bukan Pria Baik
23 Bab 23. Foto Siapa Itu?
24 Bab 24. Pesta Pernikahan
25 Bab 25. Syifa Sauqiya
26 Bab 26. Maafkan, Aku
27 Bab 27. Ke Rumah Sakit
28 Bab 28. Ke Panti Asuhan
29 Bab 29. Maaf, Aku Harus Pergi
30 Bab 30. Aib Aisha
31 Bab 31. Ke Makam Ayah
32 Bab 32. Kita Harus Pisah
33 Bab 33. Bertemu Ikhbar
34 Bab 34. Di Rumah Sakit
35 Bab 35. Pesan Dari Mas Ghibran
36 Bab 36. Ghibran Sakit
37 Bab 37. Ghibran Sadar
38 Bab 38. Mengusir Annisa
39 Bab 39. Jangan Suudzon
40 Bab 40. Kembali Ke Rumah
41 Bab 41. Bertemu Syifa
42 Bab 42. Membawa Syifa
43 Bab 43. Rencana Ke Rumah Ibu
44 Bab 44. Di Rumah Ibu
45 Bab 45. Kebahagiaan Aisha
46 Bab 46. Annisa dan Syifa
47 Bab 47. Di Apartemen
48 Bab 48. Soto Padang
49 Bab 49. Kumpul Keluarga
50 Bab 50. Jangan Sakiti Istriku!
51 Bab 51. Ke Rumah Sakit
52 Bab 52. Aisha Yang Telah Sadar
53 Bab 53. Di Taman Rumah Sakit
54 Bab 54. Ke Rumah Ayah
55 Bab 55. Ayah Abdul
56 Bab 56. Kembali Ke Rumah
57 Bab 57. Kedatangan Ibu Mertua
58 Bab 58. Ibu Nur Dan Annisa
59 Bab 59. Ibu Sambung
60 Bab 60. Tasyakuran Empat Bulanan
61 Bab 61. Sarapan Pagi
62 Bab 62. Ayah Abdul
63 Bab 63. Ngidam Seblak
64 Bab 64. Kecelakaan
65 Bab 65. Pasca Operasi
66 Bab 66. Perdebatan Aisha dan Ibu
67 Bab 67. Di Kamar Hotel
68 Bab 68. Aisha Yang Posesif
69 Bab 69. Kemarahan Ikhbar
70 Bab 70. Mamanya Ikhbar
71 Bab 71. Syifa Minta Izin Bermain
72 Bab 72. Boneka Syifa
73 Bab 73. Menggugat Cerai
74 Bab 74. Kesedihan Ikhbar
75 Bab 75. Liburan
76 Bab 76. Rahasia Pak Abdul
77 Bab 77. Sarapan Pagi
78 Bab 78. Makan Malam
79 Bab 79. Pengkhianat Ayah
80 Bab 80. Kedatangan Ayah Abdul
81 Bab 81. Izin Ke Luar Kota
82 Bab 82. Rachel
83 Bab 83. Bertemu Ghibran
84 Bab 84. Ibu Nur
85 Bab 85. Kecelakaan
86 Bab 86. Bayi Rachel
87 Bab 87. Ayah Abdul
88 Bab 88. Hana Kayla Maira
89 Bab 89. Pemakaman Pak Abdul
90 Bab 90. Bayi Pak Abdul
91 Bab 91. Amarah Melly
92 Bab 92. Tangisan Aisha
93 Bab 93. Ibu Nur dan Tante Melly
94 Bab 94. Gugatan Perceraian
95 Bab 95. Bertemu Ikhbar
96 Bab 96. Kandungan Aisha
97 Bab 97. Menjelang Lahiran
98 Bab 98. Ruang Operasi
99 Bab 99. Ruang ICU
100 Bab 100. Aisha Yang Telah Sadar
101 Bab 101. Anindya Yalanda Ghaaliya
102 Bab 102. Aqiqah
103 Bab 103. Kisah Berakhir
104 Promo Novel LIHAT AKU, GUS!
105 Promo Novel
Episodes

Updated 105 Episodes

1
Bab 1. Foto Dan Video
2
Bab 2. Pemakaman Ayah
3
Bab 3. Aku Pamit
4
Bab 4. Bertemu Kembali
5
Bab 5. Ikhbar dan Sang Istri
6
Bab 6. Ghibran
7
Bab 7. Maaf
8
Bab 8. Mantan Kekasih
9
Bab 9. Kedatangan Ghibran
10
Bab 10. Aku Menerima Kamu Apa Adanya!
11
Bab 11. Kedatangan Ikhbar
12
Bab 12. Pergilah Dari Rumahku!
13
Bab 13. Kepergian Ibu
14
Bab 14. Pemakaman Ibu
15
Bab 15. Jangan Menangis Lagi
16
Bab 16. Usir Mereka, Mas!
17
Bab 17. Masa lalu
18
Bab 18. Bertemu Annisa
19
Bab 19. Apartemen
20
Bab 20. Meminta Hak
21
Bab 21. Bertemu Ikhbar
22
Bab 22. Aku Bukan Pria Baik
23
Bab 23. Foto Siapa Itu?
24
Bab 24. Pesta Pernikahan
25
Bab 25. Syifa Sauqiya
26
Bab 26. Maafkan, Aku
27
Bab 27. Ke Rumah Sakit
28
Bab 28. Ke Panti Asuhan
29
Bab 29. Maaf, Aku Harus Pergi
30
Bab 30. Aib Aisha
31
Bab 31. Ke Makam Ayah
32
Bab 32. Kita Harus Pisah
33
Bab 33. Bertemu Ikhbar
34
Bab 34. Di Rumah Sakit
35
Bab 35. Pesan Dari Mas Ghibran
36
Bab 36. Ghibran Sakit
37
Bab 37. Ghibran Sadar
38
Bab 38. Mengusir Annisa
39
Bab 39. Jangan Suudzon
40
Bab 40. Kembali Ke Rumah
41
Bab 41. Bertemu Syifa
42
Bab 42. Membawa Syifa
43
Bab 43. Rencana Ke Rumah Ibu
44
Bab 44. Di Rumah Ibu
45
Bab 45. Kebahagiaan Aisha
46
Bab 46. Annisa dan Syifa
47
Bab 47. Di Apartemen
48
Bab 48. Soto Padang
49
Bab 49. Kumpul Keluarga
50
Bab 50. Jangan Sakiti Istriku!
51
Bab 51. Ke Rumah Sakit
52
Bab 52. Aisha Yang Telah Sadar
53
Bab 53. Di Taman Rumah Sakit
54
Bab 54. Ke Rumah Ayah
55
Bab 55. Ayah Abdul
56
Bab 56. Kembali Ke Rumah
57
Bab 57. Kedatangan Ibu Mertua
58
Bab 58. Ibu Nur Dan Annisa
59
Bab 59. Ibu Sambung
60
Bab 60. Tasyakuran Empat Bulanan
61
Bab 61. Sarapan Pagi
62
Bab 62. Ayah Abdul
63
Bab 63. Ngidam Seblak
64
Bab 64. Kecelakaan
65
Bab 65. Pasca Operasi
66
Bab 66. Perdebatan Aisha dan Ibu
67
Bab 67. Di Kamar Hotel
68
Bab 68. Aisha Yang Posesif
69
Bab 69. Kemarahan Ikhbar
70
Bab 70. Mamanya Ikhbar
71
Bab 71. Syifa Minta Izin Bermain
72
Bab 72. Boneka Syifa
73
Bab 73. Menggugat Cerai
74
Bab 74. Kesedihan Ikhbar
75
Bab 75. Liburan
76
Bab 76. Rahasia Pak Abdul
77
Bab 77. Sarapan Pagi
78
Bab 78. Makan Malam
79
Bab 79. Pengkhianat Ayah
80
Bab 80. Kedatangan Ayah Abdul
81
Bab 81. Izin Ke Luar Kota
82
Bab 82. Rachel
83
Bab 83. Bertemu Ghibran
84
Bab 84. Ibu Nur
85
Bab 85. Kecelakaan
86
Bab 86. Bayi Rachel
87
Bab 87. Ayah Abdul
88
Bab 88. Hana Kayla Maira
89
Bab 89. Pemakaman Pak Abdul
90
Bab 90. Bayi Pak Abdul
91
Bab 91. Amarah Melly
92
Bab 92. Tangisan Aisha
93
Bab 93. Ibu Nur dan Tante Melly
94
Bab 94. Gugatan Perceraian
95
Bab 95. Bertemu Ikhbar
96
Bab 96. Kandungan Aisha
97
Bab 97. Menjelang Lahiran
98
Bab 98. Ruang Operasi
99
Bab 99. Ruang ICU
100
Bab 100. Aisha Yang Telah Sadar
101
Bab 101. Anindya Yalanda Ghaaliya
102
Bab 102. Aqiqah
103
Bab 103. Kisah Berakhir
104
Promo Novel LIHAT AKU, GUS!
105
Promo Novel

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!