Bab 4. Bertemu Kembali

Aisha menatap tanpa kedip ke arah ustad yang baru masuk mesjid itu. Pria muda itu tampak tersenyum ramah dengan semua jemaah yang semuanya wanita. Dia langsung duduk di kursi yang telah disediakan.

Pembawa acara lalu memperkenalkan nama ustad muda itu. Aisha kembali merasakan detak jantungnya yang makin berpacu dengan cepatnya. Setelah berbasa basi, pembawa acara mempersilakan sang ustad memberikan tausiah.

"Kepada Ustad Ikhbar Shaqr Akhdan silakan memberikan tausiahnya," ucap pembawa acara.

"Terima kasih. Assalamualaikum, kali ini saya akan memberikan tausiah dengan judul ...," ucap Ikhbar

Ikhbar memberikan tausiah diselingi candaan, membuat ibu-ibu itu tertawa bahagia. Aisha memandang ke depan, bertepatan dengan sang ustad memandang ke arah dirinya.

Pandangan keduanya bertemu. Ikhbar langsung terdiam. Dia tampak menarik napas. Sang ustad mengambil air minum yang tersedia di meja.

"Boleh saya minum," ucap Ikhbar meminta izin. Ibu-ibu langsung menjawab boleh. Cukup lama pria itu terdiam, setelah itu kembali melanjutkan tausiahnya.

Satu jam setengah waktu Ikhbar memberikan ceramah. Akhirnya dia selesai. Setelah pembawa acara menutup wirid, ibu-ibu maju pada ingin meminta foto bersama sang ustad.

Aisha berdiri. Dia masih ragu, menghampiri atau pura-pura tidak melihat. Dia tidak tahu perasaan apa yang ada dihatinya saat ini, bahagia atau marah.

Mungkin bahagia karena akhirnya mereka dipertemukan kembali setelah sama-sama hijrah dan memperbaiki diri ke jalan yang lebih baik. Marah, jika mengingat kejadian masa lalu. Namun, Aisha telah mengikhlaskan semuanya.

Aisha berjalan mendekati ibu-ibu yang berkerumun mengelilingi sang ustad. Saat tinggal beberapa langkah mendekati Ikhbar, dari arah pintu terdengar suara anak kecil memanggil abi.

"Abi ...," panggil bocah cilik nan cantik itu. Dia berada dalam gendongan seorang wanita muda yang juga tidak kalah cantik. Mungkin Aisha dan wanita itu seusia.

Langkah Aisha terhenti karena bocah itu turun dari gendongan sang ibunda, dan berlari menuju Ikhbar. Pria itu tersenyum dan menggendongnya.

Terdengar suara ibu-ibu yang bertanya tentang bocah itu. Dapat Aisha dengar jika pria itu menjawab, itu putrinya.

Aisha lalu melangkah mundur dan berbalik badan. Segera meninggalkan mesjid. Dadanya terasa sangat sesak menahan sebak. Dia melajukan motornya meninggalkan halaman mesjid.

Ikhbar yang telah selesai mencoba mencari keberadaan Aisha. Matanya melihat kesekeliling. Hal itu membuat sang istri jadi keheranan.

"Mas, kamu mencari apa? Ibu-ibu itu sudah pada pulang. Hanya tinggal kita bertiga," ucap Annisa sang istri.

"Aku tadi seperti melihat salah seorang temanku di antara para jemaah, tapi kok dia menghilang?" Ikhbar masih bertanya dalam hatinya.

"Aku pasti tidak salah. Tadi itu Aisha. Walau penampilannya telah berubah, aku tidak akan lupa. Tiga tahun kebersamaan kami, dan itu sangat dekat dan juga intim. Aku pasti tidak akan salah mengenali. Tapi kemana dia? Apa dia masih marah? Atau dia tadi pergi karena melihat Annisa dan putriku?" tanya Ikhbar dalam hatinya.

Aisha berhenti di sebuah danau buatan yang dikelilingi taman. Dia memilih duduk di salah satu bangku.

"Ya Tuhan, mulai hari ini aku ikhlas melepaskannya. Aku lepaskan walau dengan terpaksa. Aku janji akan mengikhlaskannya seluas aku mencintainya. Aku kembalikan lagi seluruh cintaku pada-Mu Tuhan. Sungguh aku percaya sudah kau atur sebaik-baiknya. Aku akan berusaha menghapus namanya dalam hidupku. Aku akan membunuhnya dalam sejarahku. Aku akan menyingkirkan seluruh ketertarikanku tentangnya. Apakah mudah? Pasti tidak. Itu semua tidak mudah, tapi harus aku lakukan demi kesehatan mentalku. Harus aku lakukan demi kedamaian jiwaku. Walaupun itu harus mengerahkan sisa tenaga yang aku punya. Aku tau, aku yakin aku mampu. Dan Tuhan memilih jalan ini untukku lebih bahagia."

Setelah puas menangis Aisha meneruskan perjalanannya. Azan magrib terdengar berkumandang. Perjalanan ke rumah sebentar lagi sampai. Namun, dia membelokan sepeda motornya menuju mesjid terdekat.

Aisha lalu menunaikan solat berjemaah. Setelah menunaikan kewajibannya, gadis itu lalu mengambil Al-Quran dan membacanya. Setelah solat menunaikan solat isya, barulah dia kembali ke rumah.

Aisha yang ingin pulang mengurungkan niatnya. Dia melihat ban motornya kempes. Gadis itu terpaksa mendorong. Baru beberapa langkah, dia dikejutkan dengan kehadiran seseorang.

"Motornya kenapa, Mbak?" tanya seorang pemuda. Dari penampilan sepertinya dia pria yang sangat baik.

"Bannya bocor. Aku mau cari tempat tambal ban," jawab Aisha.

"Tidak ada tambal ban terdekat. Adanya sekitar satu kilometer lagi," ucap Pria itu lagi.

Aisha menghentikan kegiatan mendorong motornya. Dipandanginya pria itu sekilas. Sepertinya sering bertemu.

"Apa kita pernah bertemu?" tanya Aisha akhirnya.

"Iya, kita sering bertemu. Aku jemaah mesjid D tadi. Mbak sering solat di sana 'kan?" tanya sang pria.

"Lumayan sering. Pantas rasa kenal. Oh ya, nama saya Aisha.Mas bisa memanggil nama saja," ucap Aisha.

"Kamu juga bisa panggil nama ku saja. Ghibran," balas pria itu.

Ghibran lalu menawarkan untuk memakai motornya saja. Besok dia yang akan bawa ke tukang tambal ban. Takut ibunya kuatur, Aisha menyetujui saran Ghibran.

"Besok sore aku kembalikan ya, Mas Ghibran. Terima kasih atas bantuannya," ucap Aisha sebelum menjalankan motornya.

Sampai di rumah, ibunya telah terlelap. Aisha langsung masuk ke kamar. Dia memiliki kunci cadangan sehingga setiap pulang tidak perlu membangunkan ibunya.

Setelah mandi dan melaksanakan solat malam, Aisha mencoba membaringkan tubuhnya. Dia kembali teringat Ikhbar. Padahal tadi dia hanya ingin bertemu dan menyapa. Gadis itu juga butuh jawaban atas kisah masa lalunya.

Kembali air mata jatuh membasahi pipi Aisha. Jika orang melihat dia sekarang, pasti mengira gadis itu telah melupakan masa lalunya, tapi ternyata tidak. Dia selalu dibayangi perasaan bersalah atas meninggalnya sang ayah.

Tuhan, aku rindu diriku yang dulu. Yang bisa tertawa lepas. Aku rindu senyumku yang dulu. Bukan seperti sekarang yang pura baik-baik saja. Aku selalu pura baik-baik saja namun kenyataannya tidak seperti itu. Sampai sekarang aku masih sering menangis di malam hari menahan semua beban. Menahan semua rasa sakitku. Aku tetap berusaha untuk menutupi semua kesedihan, kepedihan dan kesedihan ini dengan sangat baik.

Aku menangis, bukan karena aku tak bisa meluapkan emosiku. Akan tetapi aku menangis karena betapa luar biasanya rasa yang aku dapat saat aku berusaha menahan segalanya untuk bersabar dan ikhlas, saat amarahku diatas puncak, kesedihan yang paling sedih adalah kesedihan yang tidak bisa aku ungkapkan dengan kata sedikitpun.

...----------------...

Terpopuler

Comments

Mawar Berduri

Mawar Berduri

hati2lah para gadis , kalau sudah terjadi seperti ini yg paling rugi, serta malu adalah pihak wanitanya

2024-10-02

2

❤️⃟Wᵃf🤎⃟ꪶꫝ🍾⃝ͩDᷞᴇͧᴡᷡɪͣ𝐀⃝🥀ᴳ᯳

❤️⃟Wᵃf🤎⃟ꪶꫝ🍾⃝ͩDᷞᴇͧᴡᷡɪͣ𝐀⃝🥀ᴳ᯳

yang sabar dan kuat tabah ya Aisha. Walau sulit kamu pasti bisa mendapatkan kebahagiaanmu

2024-04-22

2

🤎ℛᵉˣ𝐀⃝🥀OMADEVI💜⃞⃟𝓛

🤎ℛᵉˣ𝐀⃝🥀OMADEVI💜⃞⃟𝓛

masih belum ngeh lanjut nel

2024-04-20

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Foto Dan Video
2 Bab 2. Pemakaman Ayah
3 Bab 3. Aku Pamit
4 Bab 4. Bertemu Kembali
5 Bab 5. Ikhbar dan Sang Istri
6 Bab 6. Ghibran
7 Bab 7. Maaf
8 Bab 8. Mantan Kekasih
9 Bab 9. Kedatangan Ghibran
10 Bab 10. Aku Menerima Kamu Apa Adanya!
11 Bab 11. Kedatangan Ikhbar
12 Bab 12. Pergilah Dari Rumahku!
13 Bab 13. Kepergian Ibu
14 Bab 14. Pemakaman Ibu
15 Bab 15. Jangan Menangis Lagi
16 Bab 16. Usir Mereka, Mas!
17 Bab 17. Masa lalu
18 Bab 18. Bertemu Annisa
19 Bab 19. Apartemen
20 Bab 20. Meminta Hak
21 Bab 21. Bertemu Ikhbar
22 Bab 22. Aku Bukan Pria Baik
23 Bab 23. Foto Siapa Itu?
24 Bab 24. Pesta Pernikahan
25 Bab 25. Syifa Sauqiya
26 Bab 26. Maafkan, Aku
27 Bab 27. Ke Rumah Sakit
28 Bab 28. Ke Panti Asuhan
29 Bab 29. Maaf, Aku Harus Pergi
30 Bab 30. Aib Aisha
31 Bab 31. Ke Makam Ayah
32 Bab 32. Kita Harus Pisah
33 Bab 33. Bertemu Ikhbar
34 Bab 34. Di Rumah Sakit
35 Bab 35. Pesan Dari Mas Ghibran
36 Bab 36. Ghibran Sakit
37 Bab 37. Ghibran Sadar
38 Bab 38. Mengusir Annisa
39 Bab 39. Jangan Suudzon
40 Bab 40. Kembali Ke Rumah
41 Bab 41. Bertemu Syifa
42 Bab 42. Membawa Syifa
43 Bab 43. Rencana Ke Rumah Ibu
44 Bab 44. Di Rumah Ibu
45 Bab 45. Kebahagiaan Aisha
46 Bab 46. Annisa dan Syifa
47 Bab 47. Di Apartemen
48 Bab 48. Soto Padang
49 Bab 49. Kumpul Keluarga
50 Bab 50. Jangan Sakiti Istriku!
51 Bab 51. Ke Rumah Sakit
52 Bab 52. Aisha Yang Telah Sadar
53 Bab 53. Di Taman Rumah Sakit
54 Bab 54. Ke Rumah Ayah
55 Bab 55. Ayah Abdul
56 Bab 56. Kembali Ke Rumah
57 Bab 57. Kedatangan Ibu Mertua
58 Bab 58. Ibu Nur Dan Annisa
59 Bab 59. Ibu Sambung
60 Bab 60. Tasyakuran Empat Bulanan
61 Bab 61. Sarapan Pagi
62 Bab 62. Ayah Abdul
63 Bab 63. Ngidam Seblak
64 Bab 64. Kecelakaan
65 Bab 65. Pasca Operasi
66 Bab 66. Perdebatan Aisha dan Ibu
67 Bab 67. Di Kamar Hotel
68 Bab 68. Aisha Yang Posesif
69 Bab 69. Kemarahan Ikhbar
70 Bab 70. Mamanya Ikhbar
71 Bab 71. Syifa Minta Izin Bermain
72 Bab 72. Boneka Syifa
73 Bab 73. Menggugat Cerai
74 Bab 74. Kesedihan Ikhbar
75 Bab 75. Liburan
76 Bab 76. Rahasia Pak Abdul
77 Bab 77. Sarapan Pagi
78 Bab 78. Makan Malam
79 Bab 79. Pengkhianat Ayah
80 Bab 80. Kedatangan Ayah Abdul
81 Bab 81. Izin Ke Luar Kota
82 Bab 82. Rachel
83 Bab 83. Bertemu Ghibran
84 Bab 84. Ibu Nur
85 Bab 85. Kecelakaan
86 Bab 86. Bayi Rachel
87 Bab 87. Ayah Abdul
88 Bab 88. Hana Kayla Maira
89 Bab 89. Pemakaman Pak Abdul
90 Bab 90. Bayi Pak Abdul
91 Bab 91. Amarah Melly
92 Bab 92. Tangisan Aisha
93 Bab 93. Ibu Nur dan Tante Melly
94 Bab 94. Gugatan Perceraian
95 Bab 95. Bertemu Ikhbar
96 Bab 96. Kandungan Aisha
97 Bab 97. Menjelang Lahiran
98 Bab 98. Ruang Operasi
99 Bab 99. Ruang ICU
100 Bab 100. Aisha Yang Telah Sadar
101 Bab 101. Anindya Yalanda Ghaaliya
102 Bab 102. Aqiqah
103 Bab 103. Kisah Berakhir
104 Promo Novel LIHAT AKU, GUS!
105 Promo Novel
Episodes

Updated 105 Episodes

1
Bab 1. Foto Dan Video
2
Bab 2. Pemakaman Ayah
3
Bab 3. Aku Pamit
4
Bab 4. Bertemu Kembali
5
Bab 5. Ikhbar dan Sang Istri
6
Bab 6. Ghibran
7
Bab 7. Maaf
8
Bab 8. Mantan Kekasih
9
Bab 9. Kedatangan Ghibran
10
Bab 10. Aku Menerima Kamu Apa Adanya!
11
Bab 11. Kedatangan Ikhbar
12
Bab 12. Pergilah Dari Rumahku!
13
Bab 13. Kepergian Ibu
14
Bab 14. Pemakaman Ibu
15
Bab 15. Jangan Menangis Lagi
16
Bab 16. Usir Mereka, Mas!
17
Bab 17. Masa lalu
18
Bab 18. Bertemu Annisa
19
Bab 19. Apartemen
20
Bab 20. Meminta Hak
21
Bab 21. Bertemu Ikhbar
22
Bab 22. Aku Bukan Pria Baik
23
Bab 23. Foto Siapa Itu?
24
Bab 24. Pesta Pernikahan
25
Bab 25. Syifa Sauqiya
26
Bab 26. Maafkan, Aku
27
Bab 27. Ke Rumah Sakit
28
Bab 28. Ke Panti Asuhan
29
Bab 29. Maaf, Aku Harus Pergi
30
Bab 30. Aib Aisha
31
Bab 31. Ke Makam Ayah
32
Bab 32. Kita Harus Pisah
33
Bab 33. Bertemu Ikhbar
34
Bab 34. Di Rumah Sakit
35
Bab 35. Pesan Dari Mas Ghibran
36
Bab 36. Ghibran Sakit
37
Bab 37. Ghibran Sadar
38
Bab 38. Mengusir Annisa
39
Bab 39. Jangan Suudzon
40
Bab 40. Kembali Ke Rumah
41
Bab 41. Bertemu Syifa
42
Bab 42. Membawa Syifa
43
Bab 43. Rencana Ke Rumah Ibu
44
Bab 44. Di Rumah Ibu
45
Bab 45. Kebahagiaan Aisha
46
Bab 46. Annisa dan Syifa
47
Bab 47. Di Apartemen
48
Bab 48. Soto Padang
49
Bab 49. Kumpul Keluarga
50
Bab 50. Jangan Sakiti Istriku!
51
Bab 51. Ke Rumah Sakit
52
Bab 52. Aisha Yang Telah Sadar
53
Bab 53. Di Taman Rumah Sakit
54
Bab 54. Ke Rumah Ayah
55
Bab 55. Ayah Abdul
56
Bab 56. Kembali Ke Rumah
57
Bab 57. Kedatangan Ibu Mertua
58
Bab 58. Ibu Nur Dan Annisa
59
Bab 59. Ibu Sambung
60
Bab 60. Tasyakuran Empat Bulanan
61
Bab 61. Sarapan Pagi
62
Bab 62. Ayah Abdul
63
Bab 63. Ngidam Seblak
64
Bab 64. Kecelakaan
65
Bab 65. Pasca Operasi
66
Bab 66. Perdebatan Aisha dan Ibu
67
Bab 67. Di Kamar Hotel
68
Bab 68. Aisha Yang Posesif
69
Bab 69. Kemarahan Ikhbar
70
Bab 70. Mamanya Ikhbar
71
Bab 71. Syifa Minta Izin Bermain
72
Bab 72. Boneka Syifa
73
Bab 73. Menggugat Cerai
74
Bab 74. Kesedihan Ikhbar
75
Bab 75. Liburan
76
Bab 76. Rahasia Pak Abdul
77
Bab 77. Sarapan Pagi
78
Bab 78. Makan Malam
79
Bab 79. Pengkhianat Ayah
80
Bab 80. Kedatangan Ayah Abdul
81
Bab 81. Izin Ke Luar Kota
82
Bab 82. Rachel
83
Bab 83. Bertemu Ghibran
84
Bab 84. Ibu Nur
85
Bab 85. Kecelakaan
86
Bab 86. Bayi Rachel
87
Bab 87. Ayah Abdul
88
Bab 88. Hana Kayla Maira
89
Bab 89. Pemakaman Pak Abdul
90
Bab 90. Bayi Pak Abdul
91
Bab 91. Amarah Melly
92
Bab 92. Tangisan Aisha
93
Bab 93. Ibu Nur dan Tante Melly
94
Bab 94. Gugatan Perceraian
95
Bab 95. Bertemu Ikhbar
96
Bab 96. Kandungan Aisha
97
Bab 97. Menjelang Lahiran
98
Bab 98. Ruang Operasi
99
Bab 99. Ruang ICU
100
Bab 100. Aisha Yang Telah Sadar
101
Bab 101. Anindya Yalanda Ghaaliya
102
Bab 102. Aqiqah
103
Bab 103. Kisah Berakhir
104
Promo Novel LIHAT AKU, GUS!
105
Promo Novel

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!