Bab 11. Kedatangan Ikhbar

Aisha menghapus air matanya. Dia keluar dari kamar, ingin menemui ibunya. Gadis itu tidak melihat wanita yang telah melahirkan dirinya itu ada di ruang keluarga, sehingga langkah kakinya menuju kamar sang ibunda.

Aisha mengetuk pintu kamar ibunya. Beberapa kali mengetuk, baru ada sahutan dari dalam.

"Masuk saja, Nak. Pintunya tidak ibu kunci," jawab ibu dari dalam kamar.

Aisha membuka pintu kamar dan melihat ibunya yang duduk di tepi ranjang. Sepertinya wanita paruh baya itu baru bangun. Gadis itu tersenyum dan langsung berlutut dihadapan ibunya. Memegang kedua pahanya.

"Ibu, terima kasih," ucap Aisha terbata. Dia tidak bisa menahan air matanya. Jika dulu itu karena kesedihan, hari ini karena kebahagiaan.

Tidak hentinya Aisha mengucapkan rasa syukur karena hari ini ada seorang pria yang tulus menerima dia apa adanya. Rasanya seperti mimpi.

"Terima kasih untuk apa, Nak? Rasanya ibu tidak ada memberi kamu apa-apa?" tanya ibu dengan raut wajah keheranan.

"Ibu telah memberi banyak untukku. Segalanya telah Ibu berikan. Hari ini aku bahagia, dan aku yakin semua karena doa Ibu. Keikhlasan dan kerelaan Ibu membuat aku hari ini bisa diterima dengan baik sama seorang pria," ucap Aisha.

"Ibu tidak mengerti maksud kamu, Nak!" ujar Ibu masih dengan wajah keheranan.

"Bu, tadi aku bertemu Mas Ghibran dan saat aku ingin mengatakan semua tentang masa laluku, di luar dugaan dia telah mengetahui semuanya. Dan yang paling mengejutkan dia menerima semua masa laluku. Ini pasti karena doa dan keikhlasan serta ketulusan Ibu yang telah memaafkan semua salahku," ucap Aisha.

Aisha menidurkan kepalanya di paha sang ibunda. Wanita paruh baya itu lalu mengusap rambut anak gadisnya. Tanpa bisa di cegah air matanya juga jatuh membasahi pipi. Tidak menyangka ada pria yang mau menerima anaknya dengan tulus.

"Syukurlah jika Nak Ghibran mau menerima kamu. Ingat, Nak! Jangan pernah siakan pria setulus itu. Kamu tidak akan menemui seperti itu dua kali, jadi bersyukur dan jaga baik-baik.

"Iya, Bu. Aku akan berusaha menjadi istri yang baik untuk Mas Ghibran," jawab Aisha.

"Ibu bahagia mendengar semua ini, Nak. Jika Allah memanggil, ibu akan pergi dengan tenang karena telah ada seorang pria baik yang menjalanmu," ucap sang ibu.

"Ibu tidak boleh bicara begitu. Aku ingin ibu bersamaku, menjaga cucu ibu nantinya," ucap Aisha dengan malu.

Ibu mengacak kembali rambut putrinya. Mengecupnya dengan penuh cinta.

Setelah cukup lama berbincang dengan ibu, Aisha pamit. Dia ke dapur memasak makan malam. Setelah semua dihidangkan, gadis itu masuk ke kamar. Ingin mandi dan menunaikan solat magrib.

Seperti biasa sehabis solat magrib, Aisha mengecek kerjaannya. Semua pesanan masuk dibereskan. Dia lalu menarik napas lega, karena penjualan makin hari makin bertambah. Bisa untuk menambah acara pesta nantinya.

Aisha tersenyum sendiri setelah menyadari pikirannya. Bagaimana dia bisa langsung memikirkan pesta. Kenapa dia bisa yakin dan menerima Ghibran, padahal gadis itu baru bertemu dua kali.

"Kenapa pikiranku jadi sejauh ini? Jika memang Mas Ghibran adalah jodohku, aku hanya ingin dirayakan seadanya saja. Yang penting ijab kabulnya," gumam Aisha dalam hatinya.

...----------------...

Baru saja gadis itu menutup laptop nya, terdengar suara ibu memanggil. Mengatakan jika ada tamu yang datang. Aisha lalu mengganti pakaiannya dengan yang lebih pantas. Dia menyapu wajahnya dengan sedikit bedak. Entah mengapa dia ingin berdandan.

Aisha keluar dengan senyuman. Dia ingin menyambut calon imamnya dengan penampilan yang baik.

"Mas Ghibran ...." Ucapan Aisha terhenti saat melihat yang datang ternyata bukan Ghibran, tetapi Ikhbar dan sang istri.

Ibu tersenyum melihat putrinya. Dia mendengar tadi Aisha menyebut nama Ghibran, pasti sang putri beranggapan yang datang adalah pria itu.

"Bukan Nak Ghibran yang datang," goda Ibu.

Wajah Aisha memerah karena malu, apa lagi yang menggoda sang ibu. Berbeda dengan Aisha yang bahagia mendengar nama Ghibran, Ikhbar merasa terkejut. Dia bisa menebak jika pria yang namanya di sebut itu adalah orang istimewa bagi sang mantan kekasih.

Aisha memilih duduk di samping ibunya. Gadis itu yakin jika sang ibu tidak mengenali pria yang datang bertamu ini. Ikhbar memang tidak pernah datang ke rumah meminta izin untuk pergi jalan dengannya. Mereka selama tiga tahun pacaran secara diam-diam.

Ayahnya Aisha memang melarang putrinya pacaran. Itulah alasan dia menyembunyikan hubungan mereka.

"Assamualaikum, Mbak," salam Annisa.

"Waalaikumussalam, Mbsk," jawab Aisha.

Aisha lalu memperkenalkan kedua tamu itu pada ibunya. Tangan Ikhbar tampak sedikit gemetar saat menyalami ibunya. Dia sepertinya tidak siap bertemu wanita itu.

Aisha tidak tahu apa tujuan dari kedua tamunya. Dan dari mana mereka dapat alamat rumahnya. Rasanya dia ingin meminta ibunya masuk saja ke kamar. Namun, takut wanita paruh baya itu jadi salah sangka. Mungkin sudah saatnya dia tahu dan mengenal Ikhbar, pria yang pernah berbuat maksiat dengannya.

"Aku pamit sebentar, ucap Aisha. Dia berjalan menuju dapur. Membuatkan teh hangat untuk kedua tamunya. Dia juga membawakan sepiring kue bolu yang tadi dibeli.

Sepuluh menit berlalu, Aisha datang dengan nampan berisi teh hangat dan kue. Dia menaruhnya di atas meja tepatnya dihadapan Ikhnar dan istrinya.

"Silakan di minum dan juga cicipi kue nya," ucap Aisha.

Ikhbar yang merasa tenggorakannya gatal, segera meneguknya tidak peduli masih panas. Hal itu membuat sang istri jadi keheranan. Annisa lalu menyenggol lengan suaminya. Mungkin meminta pria itu memulai bicara maksud tujuan mereka datang.

Aisha dapat melihat kegugupan sang pria. Terlihat dari duduknya yang gelisah.

"Maaf, Mbak, kalau boleh tahu, dari mana Mbak mendapatkan alamat rumahku?" tanya Aisha. Dia penasaran saja.

Annisa dan suaminya saling pandang. Mungkin saling melempar untuk memberikan jawaban.

"Maaf Mbak, jika kami lancang datang tanpa izin. Aku mendapat alamat dari seorang ustadzah tempat kamu belajar mengaji," jawab Annisa.

Dia mencari tahu di mana saja gadis itu sering ikut pengajian. Dan bertanya dengan ibu-ibu jemaah alamatnya. Hingga seorang ustadzah mengaku mengetahui alamat rumah Aisha.

"Tidak apa. Cuma heran saja, tidak banyak yang tahu alamat rumah kami. Aku dan ibu baru satu tahun menetap di sini. Kami harus meninggalkan kampung karena banyak kenangan pahit," ucap Aisha sengaja untuk menyindir Ikhbar.

Ibu yang tidak tahu maksud dari putrinya untuk menyindir Ikhbar, menggenggam tangan gadis itu. Dia tahu berapa besar luka anaknya jika mengingat masa pahit di kampung mereka.

"Ibu, aku Ikhbar. Aku datang ke sini dengan istriku Annisa. Tujuan aku datang untuk meminta maaf atas dosa dan kesalahan yang pernah aku lakukan pada Aisha," ucap Ikhbar dengan gugup.

Ibu memandangi Ikhbar tanpa kedip. Dia pernah mendengar nama itu. Wanita itu bisa menebak siapa pria yang bertamu saat ini. Dada wanita itu terasa sesak. Apakah pria ini yang telah menghancurkan masa depan putrinya? Tanya ibu dalam hati.p

Terpopuler

Comments

🤎ℛᵉˣ𝐀⃝🥀OMADEVI💜⃞⃟𝓛

🤎ℛᵉˣ𝐀⃝🥀OMADEVI💜⃞⃟𝓛

semoga mereka bahagia masing masing dan ngak dendam

2024-04-20

3

Sugiharti Rusli

Sugiharti Rusli

memang jadi canggung, tapi memang harus si Ikhbar meminta maaf walo nanti diusir sekalipun,,,

2023-12-07

1

Masfaah Emah

Masfaah Emah

suer aku deg degan bacanya karena takut ibunya Aisyah seperti bapak nya mengalami serangan jantung karna tau yg d depan mata nya adalah orang yang menghancurkan masa depan Aisyah dan sekaligus yg menyebabkan ayah nya meninggal 😭😭😭

2023-10-09

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Foto Dan Video
2 Bab 2. Pemakaman Ayah
3 Bab 3. Aku Pamit
4 Bab 4. Bertemu Kembali
5 Bab 5. Ikhbar dan Sang Istri
6 Bab 6. Ghibran
7 Bab 7. Maaf
8 Bab 8. Mantan Kekasih
9 Bab 9. Kedatangan Ghibran
10 Bab 10. Aku Menerima Kamu Apa Adanya!
11 Bab 11. Kedatangan Ikhbar
12 Bab 12. Pergilah Dari Rumahku!
13 Bab 13. Kepergian Ibu
14 Bab 14. Pemakaman Ibu
15 Bab 15. Jangan Menangis Lagi
16 Bab 16. Usir Mereka, Mas!
17 Bab 17. Masa lalu
18 Bab 18. Bertemu Annisa
19 Bab 19. Apartemen
20 Bab 20. Meminta Hak
21 Bab 21. Bertemu Ikhbar
22 Bab 22. Aku Bukan Pria Baik
23 Bab 23. Foto Siapa Itu?
24 Bab 24. Pesta Pernikahan
25 Bab 25. Syifa Sauqiya
26 Bab 26. Maafkan, Aku
27 Bab 27. Ke Rumah Sakit
28 Bab 28. Ke Panti Asuhan
29 Bab 29. Maaf, Aku Harus Pergi
30 Bab 30. Aib Aisha
31 Bab 31. Ke Makam Ayah
32 Bab 32. Kita Harus Pisah
33 Bab 33. Bertemu Ikhbar
34 Bab 34. Di Rumah Sakit
35 Bab 35. Pesan Dari Mas Ghibran
36 Bab 36. Ghibran Sakit
37 Bab 37. Ghibran Sadar
38 Bab 38. Mengusir Annisa
39 Bab 39. Jangan Suudzon
40 Bab 40. Kembali Ke Rumah
41 Bab 41. Bertemu Syifa
42 Bab 42. Membawa Syifa
43 Bab 43. Rencana Ke Rumah Ibu
44 Bab 44. Di Rumah Ibu
45 Bab 45. Kebahagiaan Aisha
46 Bab 46. Annisa dan Syifa
47 Bab 47. Di Apartemen
48 Bab 48. Soto Padang
49 Bab 49. Kumpul Keluarga
50 Bab 50. Jangan Sakiti Istriku!
51 Bab 51. Ke Rumah Sakit
52 Bab 52. Aisha Yang Telah Sadar
53 Bab 53. Di Taman Rumah Sakit
54 Bab 54. Ke Rumah Ayah
55 Bab 55. Ayah Abdul
56 Bab 56. Kembali Ke Rumah
57 Bab 57. Kedatangan Ibu Mertua
58 Bab 58. Ibu Nur Dan Annisa
59 Bab 59. Ibu Sambung
60 Bab 60. Tasyakuran Empat Bulanan
61 Bab 61. Sarapan Pagi
62 Bab 62. Ayah Abdul
63 Bab 63. Ngidam Seblak
64 Bab 64. Kecelakaan
65 Bab 65. Pasca Operasi
66 Bab 66. Perdebatan Aisha dan Ibu
67 Bab 67. Di Kamar Hotel
68 Bab 68. Aisha Yang Posesif
69 Bab 69. Kemarahan Ikhbar
70 Bab 70. Mamanya Ikhbar
71 Bab 71. Syifa Minta Izin Bermain
72 Bab 72. Boneka Syifa
73 Bab 73. Menggugat Cerai
74 Bab 74. Kesedihan Ikhbar
75 Bab 75. Liburan
76 Bab 76. Rahasia Pak Abdul
77 Bab 77. Sarapan Pagi
78 Bab 78. Makan Malam
79 Bab 79. Pengkhianat Ayah
80 Bab 80. Kedatangan Ayah Abdul
81 Bab 81. Izin Ke Luar Kota
82 Bab 82. Rachel
83 Bab 83. Bertemu Ghibran
84 Bab 84. Ibu Nur
85 Bab 85. Kecelakaan
86 Bab 86. Bayi Rachel
87 Bab 87. Ayah Abdul
88 Bab 88. Hana Kayla Maira
89 Bab 89. Pemakaman Pak Abdul
90 Bab 90. Bayi Pak Abdul
91 Bab 91. Amarah Melly
92 Bab 92. Tangisan Aisha
93 Bab 93. Ibu Nur dan Tante Melly
94 Bab 94. Gugatan Perceraian
95 Bab 95. Bertemu Ikhbar
96 Bab 96. Kandungan Aisha
97 Bab 97. Menjelang Lahiran
98 Bab 98. Ruang Operasi
99 Bab 99. Ruang ICU
100 Bab 100. Aisha Yang Telah Sadar
101 Bab 101. Anindya Yalanda Ghaaliya
102 Bab 102. Aqiqah
103 Bab 103. Kisah Berakhir
104 Promo Novel LIHAT AKU, GUS!
105 Promo Novel
Episodes

Updated 105 Episodes

1
Bab 1. Foto Dan Video
2
Bab 2. Pemakaman Ayah
3
Bab 3. Aku Pamit
4
Bab 4. Bertemu Kembali
5
Bab 5. Ikhbar dan Sang Istri
6
Bab 6. Ghibran
7
Bab 7. Maaf
8
Bab 8. Mantan Kekasih
9
Bab 9. Kedatangan Ghibran
10
Bab 10. Aku Menerima Kamu Apa Adanya!
11
Bab 11. Kedatangan Ikhbar
12
Bab 12. Pergilah Dari Rumahku!
13
Bab 13. Kepergian Ibu
14
Bab 14. Pemakaman Ibu
15
Bab 15. Jangan Menangis Lagi
16
Bab 16. Usir Mereka, Mas!
17
Bab 17. Masa lalu
18
Bab 18. Bertemu Annisa
19
Bab 19. Apartemen
20
Bab 20. Meminta Hak
21
Bab 21. Bertemu Ikhbar
22
Bab 22. Aku Bukan Pria Baik
23
Bab 23. Foto Siapa Itu?
24
Bab 24. Pesta Pernikahan
25
Bab 25. Syifa Sauqiya
26
Bab 26. Maafkan, Aku
27
Bab 27. Ke Rumah Sakit
28
Bab 28. Ke Panti Asuhan
29
Bab 29. Maaf, Aku Harus Pergi
30
Bab 30. Aib Aisha
31
Bab 31. Ke Makam Ayah
32
Bab 32. Kita Harus Pisah
33
Bab 33. Bertemu Ikhbar
34
Bab 34. Di Rumah Sakit
35
Bab 35. Pesan Dari Mas Ghibran
36
Bab 36. Ghibran Sakit
37
Bab 37. Ghibran Sadar
38
Bab 38. Mengusir Annisa
39
Bab 39. Jangan Suudzon
40
Bab 40. Kembali Ke Rumah
41
Bab 41. Bertemu Syifa
42
Bab 42. Membawa Syifa
43
Bab 43. Rencana Ke Rumah Ibu
44
Bab 44. Di Rumah Ibu
45
Bab 45. Kebahagiaan Aisha
46
Bab 46. Annisa dan Syifa
47
Bab 47. Di Apartemen
48
Bab 48. Soto Padang
49
Bab 49. Kumpul Keluarga
50
Bab 50. Jangan Sakiti Istriku!
51
Bab 51. Ke Rumah Sakit
52
Bab 52. Aisha Yang Telah Sadar
53
Bab 53. Di Taman Rumah Sakit
54
Bab 54. Ke Rumah Ayah
55
Bab 55. Ayah Abdul
56
Bab 56. Kembali Ke Rumah
57
Bab 57. Kedatangan Ibu Mertua
58
Bab 58. Ibu Nur Dan Annisa
59
Bab 59. Ibu Sambung
60
Bab 60. Tasyakuran Empat Bulanan
61
Bab 61. Sarapan Pagi
62
Bab 62. Ayah Abdul
63
Bab 63. Ngidam Seblak
64
Bab 64. Kecelakaan
65
Bab 65. Pasca Operasi
66
Bab 66. Perdebatan Aisha dan Ibu
67
Bab 67. Di Kamar Hotel
68
Bab 68. Aisha Yang Posesif
69
Bab 69. Kemarahan Ikhbar
70
Bab 70. Mamanya Ikhbar
71
Bab 71. Syifa Minta Izin Bermain
72
Bab 72. Boneka Syifa
73
Bab 73. Menggugat Cerai
74
Bab 74. Kesedihan Ikhbar
75
Bab 75. Liburan
76
Bab 76. Rahasia Pak Abdul
77
Bab 77. Sarapan Pagi
78
Bab 78. Makan Malam
79
Bab 79. Pengkhianat Ayah
80
Bab 80. Kedatangan Ayah Abdul
81
Bab 81. Izin Ke Luar Kota
82
Bab 82. Rachel
83
Bab 83. Bertemu Ghibran
84
Bab 84. Ibu Nur
85
Bab 85. Kecelakaan
86
Bab 86. Bayi Rachel
87
Bab 87. Ayah Abdul
88
Bab 88. Hana Kayla Maira
89
Bab 89. Pemakaman Pak Abdul
90
Bab 90. Bayi Pak Abdul
91
Bab 91. Amarah Melly
92
Bab 92. Tangisan Aisha
93
Bab 93. Ibu Nur dan Tante Melly
94
Bab 94. Gugatan Perceraian
95
Bab 95. Bertemu Ikhbar
96
Bab 96. Kandungan Aisha
97
Bab 97. Menjelang Lahiran
98
Bab 98. Ruang Operasi
99
Bab 99. Ruang ICU
100
Bab 100. Aisha Yang Telah Sadar
101
Bab 101. Anindya Yalanda Ghaaliya
102
Bab 102. Aqiqah
103
Bab 103. Kisah Berakhir
104
Promo Novel LIHAT AKU, GUS!
105
Promo Novel

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!