Aisha menghapus air matanya. Dia keluar dari kamar, ingin menemui ibunya. Gadis itu tidak melihat wanita yang telah melahirkan dirinya itu ada di ruang keluarga, sehingga langkah kakinya menuju kamar sang ibunda.
Aisha mengetuk pintu kamar ibunya. Beberapa kali mengetuk, baru ada sahutan dari dalam.
"Masuk saja, Nak. Pintunya tidak ibu kunci," jawab ibu dari dalam kamar.
Aisha membuka pintu kamar dan melihat ibunya yang duduk di tepi ranjang. Sepertinya wanita paruh baya itu baru bangun. Gadis itu tersenyum dan langsung berlutut dihadapan ibunya. Memegang kedua pahanya.
"Ibu, terima kasih," ucap Aisha terbata. Dia tidak bisa menahan air matanya. Jika dulu itu karena kesedihan, hari ini karena kebahagiaan.
Tidak hentinya Aisha mengucapkan rasa syukur karena hari ini ada seorang pria yang tulus menerima dia apa adanya. Rasanya seperti mimpi.
"Terima kasih untuk apa, Nak? Rasanya ibu tidak ada memberi kamu apa-apa?" tanya ibu dengan raut wajah keheranan.
"Ibu telah memberi banyak untukku. Segalanya telah Ibu berikan. Hari ini aku bahagia, dan aku yakin semua karena doa Ibu. Keikhlasan dan kerelaan Ibu membuat aku hari ini bisa diterima dengan baik sama seorang pria," ucap Aisha.
"Ibu tidak mengerti maksud kamu, Nak!" ujar Ibu masih dengan wajah keheranan.
"Bu, tadi aku bertemu Mas Ghibran dan saat aku ingin mengatakan semua tentang masa laluku, di luar dugaan dia telah mengetahui semuanya. Dan yang paling mengejutkan dia menerima semua masa laluku. Ini pasti karena doa dan keikhlasan serta ketulusan Ibu yang telah memaafkan semua salahku," ucap Aisha.
Aisha menidurkan kepalanya di paha sang ibunda. Wanita paruh baya itu lalu mengusap rambut anak gadisnya. Tanpa bisa di cegah air matanya juga jatuh membasahi pipi. Tidak menyangka ada pria yang mau menerima anaknya dengan tulus.
"Syukurlah jika Nak Ghibran mau menerima kamu. Ingat, Nak! Jangan pernah siakan pria setulus itu. Kamu tidak akan menemui seperti itu dua kali, jadi bersyukur dan jaga baik-baik.
"Iya, Bu. Aku akan berusaha menjadi istri yang baik untuk Mas Ghibran," jawab Aisha.
"Ibu bahagia mendengar semua ini, Nak. Jika Allah memanggil, ibu akan pergi dengan tenang karena telah ada seorang pria baik yang menjalanmu," ucap sang ibu.
"Ibu tidak boleh bicara begitu. Aku ingin ibu bersamaku, menjaga cucu ibu nantinya," ucap Aisha dengan malu.
Ibu mengacak kembali rambut putrinya. Mengecupnya dengan penuh cinta.
Setelah cukup lama berbincang dengan ibu, Aisha pamit. Dia ke dapur memasak makan malam. Setelah semua dihidangkan, gadis itu masuk ke kamar. Ingin mandi dan menunaikan solat magrib.
Seperti biasa sehabis solat magrib, Aisha mengecek kerjaannya. Semua pesanan masuk dibereskan. Dia lalu menarik napas lega, karena penjualan makin hari makin bertambah. Bisa untuk menambah acara pesta nantinya.
Aisha tersenyum sendiri setelah menyadari pikirannya. Bagaimana dia bisa langsung memikirkan pesta. Kenapa dia bisa yakin dan menerima Ghibran, padahal gadis itu baru bertemu dua kali.
"Kenapa pikiranku jadi sejauh ini? Jika memang Mas Ghibran adalah jodohku, aku hanya ingin dirayakan seadanya saja. Yang penting ijab kabulnya," gumam Aisha dalam hatinya.
...----------------...
Baru saja gadis itu menutup laptop nya, terdengar suara ibu memanggil. Mengatakan jika ada tamu yang datang. Aisha lalu mengganti pakaiannya dengan yang lebih pantas. Dia menyapu wajahnya dengan sedikit bedak. Entah mengapa dia ingin berdandan.
Aisha keluar dengan senyuman. Dia ingin menyambut calon imamnya dengan penampilan yang baik.
"Mas Ghibran ...." Ucapan Aisha terhenti saat melihat yang datang ternyata bukan Ghibran, tetapi Ikhbar dan sang istri.
Ibu tersenyum melihat putrinya. Dia mendengar tadi Aisha menyebut nama Ghibran, pasti sang putri beranggapan yang datang adalah pria itu.
"Bukan Nak Ghibran yang datang," goda Ibu.
Wajah Aisha memerah karena malu, apa lagi yang menggoda sang ibu. Berbeda dengan Aisha yang bahagia mendengar nama Ghibran, Ikhbar merasa terkejut. Dia bisa menebak jika pria yang namanya di sebut itu adalah orang istimewa bagi sang mantan kekasih.
Aisha memilih duduk di samping ibunya. Gadis itu yakin jika sang ibu tidak mengenali pria yang datang bertamu ini. Ikhbar memang tidak pernah datang ke rumah meminta izin untuk pergi jalan dengannya. Mereka selama tiga tahun pacaran secara diam-diam.
Ayahnya Aisha memang melarang putrinya pacaran. Itulah alasan dia menyembunyikan hubungan mereka.
"Assamualaikum, Mbak," salam Annisa.
"Waalaikumussalam, Mbsk," jawab Aisha.
Aisha lalu memperkenalkan kedua tamu itu pada ibunya. Tangan Ikhbar tampak sedikit gemetar saat menyalami ibunya. Dia sepertinya tidak siap bertemu wanita itu.
Aisha tidak tahu apa tujuan dari kedua tamunya. Dan dari mana mereka dapat alamat rumahnya. Rasanya dia ingin meminta ibunya masuk saja ke kamar. Namun, takut wanita paruh baya itu jadi salah sangka. Mungkin sudah saatnya dia tahu dan mengenal Ikhbar, pria yang pernah berbuat maksiat dengannya.
"Aku pamit sebentar, ucap Aisha. Dia berjalan menuju dapur. Membuatkan teh hangat untuk kedua tamunya. Dia juga membawakan sepiring kue bolu yang tadi dibeli.
Sepuluh menit berlalu, Aisha datang dengan nampan berisi teh hangat dan kue. Dia menaruhnya di atas meja tepatnya dihadapan Ikhnar dan istrinya.
"Silakan di minum dan juga cicipi kue nya," ucap Aisha.
Ikhbar yang merasa tenggorakannya gatal, segera meneguknya tidak peduli masih panas. Hal itu membuat sang istri jadi keheranan. Annisa lalu menyenggol lengan suaminya. Mungkin meminta pria itu memulai bicara maksud tujuan mereka datang.
Aisha dapat melihat kegugupan sang pria. Terlihat dari duduknya yang gelisah.
"Maaf, Mbak, kalau boleh tahu, dari mana Mbak mendapatkan alamat rumahku?" tanya Aisha. Dia penasaran saja.
Annisa dan suaminya saling pandang. Mungkin saling melempar untuk memberikan jawaban.
"Maaf Mbak, jika kami lancang datang tanpa izin. Aku mendapat alamat dari seorang ustadzah tempat kamu belajar mengaji," jawab Annisa.
Dia mencari tahu di mana saja gadis itu sering ikut pengajian. Dan bertanya dengan ibu-ibu jemaah alamatnya. Hingga seorang ustadzah mengaku mengetahui alamat rumah Aisha.
"Tidak apa. Cuma heran saja, tidak banyak yang tahu alamat rumah kami. Aku dan ibu baru satu tahun menetap di sini. Kami harus meninggalkan kampung karena banyak kenangan pahit," ucap Aisha sengaja untuk menyindir Ikhbar.
Ibu yang tidak tahu maksud dari putrinya untuk menyindir Ikhbar, menggenggam tangan gadis itu. Dia tahu berapa besar luka anaknya jika mengingat masa pahit di kampung mereka.
"Ibu, aku Ikhbar. Aku datang ke sini dengan istriku Annisa. Tujuan aku datang untuk meminta maaf atas dosa dan kesalahan yang pernah aku lakukan pada Aisha," ucap Ikhbar dengan gugup.
Ibu memandangi Ikhbar tanpa kedip. Dia pernah mendengar nama itu. Wanita itu bisa menebak siapa pria yang bertamu saat ini. Dada wanita itu terasa sesak. Apakah pria ini yang telah menghancurkan masa depan putrinya? Tanya ibu dalam hati.p
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
🤎ℛᵉˣ𝐀⃝🥀OMADEVI💜⃞⃟𝓛
semoga mereka bahagia masing masing dan ngak dendam
2024-04-20
3
Sugiharti Rusli
memang jadi canggung, tapi memang harus si Ikhbar meminta maaf walo nanti diusir sekalipun,,,
2023-12-07
1
Masfaah Emah
suer aku deg degan bacanya karena takut ibunya Aisyah seperti bapak nya mengalami serangan jantung karna tau yg d depan mata nya adalah orang yang menghancurkan masa depan Aisyah dan sekaligus yg menyebabkan ayah nya meninggal 😭😭😭
2023-10-09
2