Dipinang Dokter Duda
Di salah satu rumah sakit swasta di Jakarta ....
Seorang anak berusia 4,5 tahun tengah terbaring lemah di atas brankar. Jarum intravena menusuk di tangan kanannya. Anak perempuan itu merengek berkali-kali dan menginginkan untuk bertemu dengan gurunya.
"Miss Irene ... Miss Irene ..., Nia mau bertemu dengan Miss Irene."
Gadis kecil bernama Thania itu menginginkan untuk bertemu dengan gurunya yang mengajar di Taman Kanak-kanak. Guru muda yang bernama Irene Retania Putri Hadinata. Entah apa yang membuat Thania atau yang akrab dipanggil Nia itu justru menginginkan bertemu dengan gurunya. Gadis kecil yang nyaris setiap hari justru tinggal bersama Oma dan Opanya itu, dibandingkan dengan kedua orang tuanya.
"Miss Irene sedang liburan ke Jogjakarta, Nia ... Miss Irene baru akan kembali akhir pekan nanti," kata Opa Bisma, Opanya Thania yang berprofesi sebagai dokter spesialis anak di rumah sakit tersebut. Sehingga ketika Thania dirawat di rumah sakit, sang opa yang merawatnya sendiri.
"Yang dikatakan Opa Bisma benar, Nia ... Miss Irene pulang ke rumah orang tuanya di Jogjakarta, kan minggu lalu Nia sudah video call Miss Irene," kata Oma Kanaya, omanya Thania, seorang Direktur Utama dari perusahaan konstruksi yang memiliki nama besar di negeri ini.
Mendengar apa yang dikatakan Oma dan Opanya, Thania justru menangis. "Mau ketemu Miss Irene ... Nia gak mau dirawat. Gak mau suntik Opa. Kalau ketemu Miss Irene, Nia akan sembuh," katanya dengan menangis dan berurai air mata.
Gadis kecil itu bersikeras bahwa ketika sudah bertemu dengan Irene, dia akan sembuh. Keyakinan yang begitu besar, padahal Irene hanya gurunya saja di sekolah. Akan tetapi, Thania seolah menaruh rasa sayang yang amat besar kepada Irene.
Akhirnya, Opa Bisma pun mengirimkan pesan kepada Miss Irene.
[Selamat malam Miss Irene]
[Miss Irene masih berada di Jogjakarta yah? Apakah tidak bisa kembali ke Jakarta lebih cepat?]
[Nia sakit dan menanyakan keberadaan Miss Irene. Jika memungkinkan bisa menjenguk Nia yang sakit. Kami akan mengganti tiket pesawat dan menjemput Miss Irene di bandara.]
Usai mengirim pesan itu, Oma Bisma pun berbicara kepada istrinya.
"Ayah sudah mengirimkan pesan, Bunda. Walau sebenarnya sangat sungkan karena mengganggu Miss Irene yang baru liburan."
"Demi Thania, Ayah. Bagaimana lagi, Rangga masih berada di Melbourne. Tiga bulan lagi dia baru akan pulang ke Jakarta usai menyelesaikan S2 nya. Sementara Aksara sudah berumahtangga, sudah memiliki anak-anak jadi kita harus mengasuh Thania."
Ayah Bisma pun menganggukkan kepalanya."Benar, Bunda. Thania adalah cucu kita, tapi cucu rasa anak karena sejak bayi kitalah yang merawat, mengasuh, dan membesarkannya. Dia seperti anak bungsu kita," kata Ayah Bisma.
Sedikit mengurai kisah Thania, dia memang adalah cucu bagi Opa Bisma dan Oma Kanaya. Cucu pertama bagi keluarga Pradana, hanya saja Thania adalah putri dari putra bungsunya yang kini tengah menyelesaikan program spesialisasi sekaligus S2 kedokteran di Melbourne, Australia.
Hanya beberapa bulan sejak Thania dilahirkan, hak asuh Thania sepenuhnya berada di tangan keluarga Pradana. Ironisnya, Thania seperti tidak memiliki orang tua yang utuh. Papanya fokus menyelesaikan profesi dokter dan strata dua di Melbourne, sementara Mamanya sudah lama tak memberikan kabar. Sehingga Oma Kanaya dan Opa Bisma lah yang mengasuh Thania sejak bayi.
"Dibalas gak Opa?" tanya Thania dengan menangis.
Gelengan samar pun ditunjukkan oleh Opa Bisma. Pria jelang kepala lima itu juga sedih melihat cucunya menangis seperti itu. Namun, bagaimana lagi memang belum ada balasan pesan dari Miss Irene.
"Belum ada Nia sayang," balas Opa Bisma.
Mulailah Thania menangis dengan terisak-isak. "Huhuhu, hiks ... Nia mau ketemu Miss Irene."
Kalimat itu Thania ucapkan berulang-ulang. Sementara Opa Bisma duduk di tepian brankar dan mengusapi kening cucunya. Rasanya sangat sedih ketika cucunya itu menangis tersedu-sedan seperti itu. Namun, setidaknya Opa Bisma sendiri sudah berusaha mengirimkan pesan kepada Miss Irene.
"Tenang dan sabar dulu, Nia. Miss Irene kan sedang bersama orang tuanya. Mungkin saja Miss Irene sedang tidak membawa handphone," kata Oma Kanaya yang berusaha menenangkan Irene.
"Miss Irene punya orang tua, kalau orang tuanya Irene mana Oma? Papa ada di Melbourne. Daddy sekarang sudah sama Onty Syilla dan anaknya," kata Nia dengan lebih menangis.
Oma Kanaya menjadi sedih mendengar ucapan cucunya itu. Dia kemudian menggenggam tangan Thania yang terlepas dari selang infus. "Oma dan Opa kan juga orang tuamu. Kami yang mengasuh Thania sejak bayi. Oma dan Opa sayang kamu, Nak," balas Oma Kanaya.
Cukup lama Thania menangis, mungkin karena kelamaan menangis dan bisa membuat lelah, akhirnya Thania tertidur. Opa Bisma pun kemudian berbicara kepada Oma Kanaya.
"Efek obatnya baru bekerja, Bunda. Demamnya sudah turun sebenarnya. Sebelumnya tadi demam tinggi. Bunda kalau istirahat di rumah tidak apa-apa. Biar Ayah aja yang menjaga Nia di sini," katanya.
"Bunda akan di sini, Yah. Mana bisa Bunda pulang, Nia sudah seperti bungsu bagi kita. Ayah lanjutkan saja praktiknya dulu, biar Bunda yang menjadi Thania," kata Bunda Kanaya.
Menuruti saran dari istrinya, Ayah Bisma akhirnya kembali bersiap. Dia akan menuju ke klinik pribadi miliknya terlebih dahulu untuk menunaikan tugasnya sebagai dokter spesialis anak. Sementara Bunda Kanaya yang akan menjaga Thania di rumah sakit. Baru saja Ayah Bisma akan berangkat, sudah ada pesan masuk dari Miss Irene.
[Besok saya akan kembali ke Jakarta. Tidak perlu dijemput, Pak ....]
[Apa bisa share lokasi rumah sakitnya, saya akan ke sana besok.]
[Salam untuk Thania, semoga Thania cepat sembuh.]
Membaca deret pesan itu kemudian Ayah Bisma menunjukkannya kepada Bunda Kanaya.
"Dibalas Bunda. Syukurlah kita bertemu Miss Irene yang baik. Kita menggangu liburannya, tapi sikap Miss Irene sangat kooperatif sekali. Andai saja Mamanya Nia sekooperatif Miss Irene."
"Tidak bisa membandingkan keduanya, Ayah. Syukurlah, Miss Irene mau menyudahi liburannya lebih cepat. Kita harus berterima kasih kepada Miss Irene, Ayah."
"Harus, Bunda. Ayah sungkan sekali sebenarnya."
Bunda Kanaya menganggukkan kepalanya. Besok pastilah Thania akan senang ketika bisa bertemu dengan Miss Irene yang sejak liburan ini dia cari. Semoga saja ketika sudah bertemu dengan Miss Irene, Thania akan benar-benar sembuh.
"Kasihan Thania," kata Ayah Bisma dengan mengusap kening cucunya itu.
"Thania kuat, Ayah. Dia selalu senang dengan kondisinya, walau ada beberapa titik ketika dia sudah sayang dengan orang akan dalam banget sayangnya. Sama seperti sekarang, dia baru sayang dan senang sama Miss Irene. Bunda jadi takut membayangkan bagaimana nanti Irene sudah SD dan tidak diajar dan tidak bertemu Miss Irene lagi."
Banyak kepingan kisah mengenai Thania dan kehidupan keluarganya yang belum tersusun sempurna. Sementara Thania sebagai anak kecil juga merindukan sosok keluarga yang utuh dan sempurna. Mungkinkah kerinduan Thania itu akan terjawab?
To be Continued!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Enisensi Klara
bagus bsnget ceritanya 🥰
2024-05-18
0
Enisensi Klara
Thania kali yah Irene kan gurunya
2024-05-18
0
Erina Situmeang
baru mampir
2024-01-13
0