Di salah satu rumah sakit swasta di Jakarta ....
Seorang anak berusia 4,5 tahun tengah terbaring lemah di atas brankar. Jarum intravena menusuk di tangan kanannya. Anak perempuan itu merengek berkali-kali dan menginginkan untuk bertemu dengan gurunya.
"Miss Irene ... Miss Irene ..., Nia mau bertemu dengan Miss Irene."
Gadis kecil bernama Thania itu menginginkan untuk bertemu dengan gurunya yang mengajar di Taman Kanak-kanak. Guru muda yang bernama Irene Retania Putri Hadinata. Entah apa yang membuat Thania atau yang akrab dipanggil Nia itu justru menginginkan bertemu dengan gurunya. Gadis kecil yang nyaris setiap hari justru tinggal bersama Oma dan Opanya itu, dibandingkan dengan kedua orang tuanya.
"Miss Irene sedang liburan ke Jogjakarta, Nia ... Miss Irene baru akan kembali akhir pekan nanti," kata Opa Bisma, Opanya Thania yang berprofesi sebagai dokter spesialis anak di rumah sakit tersebut. Sehingga ketika Thania dirawat di rumah sakit, sang opa yang merawatnya sendiri.
"Yang dikatakan Opa Bisma benar, Nia ... Miss Irene pulang ke rumah orang tuanya di Jogjakarta, kan minggu lalu Nia sudah video call Miss Irene," kata Oma Kanaya, omanya Thania, seorang Direktur Utama dari perusahaan konstruksi yang memiliki nama besar di negeri ini.
Mendengar apa yang dikatakan Oma dan Opanya, Thania justru menangis. "Mau ketemu Miss Irene ... Nia gak mau dirawat. Gak mau suntik Opa. Kalau ketemu Miss Irene, Nia akan sembuh," katanya dengan menangis dan berurai air mata.
Gadis kecil itu bersikeras bahwa ketika sudah bertemu dengan Irene, dia akan sembuh. Keyakinan yang begitu besar, padahal Irene hanya gurunya saja di sekolah. Akan tetapi, Thania seolah menaruh rasa sayang yang amat besar kepada Irene.
Akhirnya, Opa Bisma pun mengirimkan pesan kepada Miss Irene.
[Selamat malam Miss Irene]
[Miss Irene masih berada di Jogjakarta yah? Apakah tidak bisa kembali ke Jakarta lebih cepat?]
[Nia sakit dan menanyakan keberadaan Miss Irene. Jika memungkinkan bisa menjenguk Nia yang sakit. Kami akan mengganti tiket pesawat dan menjemput Miss Irene di bandara.]
Usai mengirim pesan itu, Oma Bisma pun berbicara kepada istrinya.
"Ayah sudah mengirimkan pesan, Bunda. Walau sebenarnya sangat sungkan karena mengganggu Miss Irene yang baru liburan."
"Demi Thania, Ayah. Bagaimana lagi, Rangga masih berada di Melbourne. Tiga bulan lagi dia baru akan pulang ke Jakarta usai menyelesaikan S2 nya. Sementara Aksara sudah berumahtangga, sudah memiliki anak-anak jadi kita harus mengasuh Thania."
Ayah Bisma pun menganggukkan kepalanya."Benar, Bunda. Thania adalah cucu kita, tapi cucu rasa anak karena sejak bayi kitalah yang merawat, mengasuh, dan membesarkannya. Dia seperti anak bungsu kita," kata Ayah Bisma.
Sedikit mengurai kisah Thania, dia memang adalah cucu bagi Opa Bisma dan Oma Kanaya. Cucu pertama bagi keluarga Pradana, hanya saja Thania adalah putri dari putra bungsunya yang kini tengah menyelesaikan program spesialisasi sekaligus S2 kedokteran di Melbourne, Australia.
Hanya beberapa bulan sejak Thania dilahirkan, hak asuh Thania sepenuhnya berada di tangan keluarga Pradana. Ironisnya, Thania seperti tidak memiliki orang tua yang utuh. Papanya fokus menyelesaikan profesi dokter dan strata dua di Melbourne, sementara Mamanya sudah lama tak memberikan kabar. Sehingga Oma Kanaya dan Opa Bisma lah yang mengasuh Thania sejak bayi.
"Dibalas gak Opa?" tanya Thania dengan menangis.
Gelengan samar pun ditunjukkan oleh Opa Bisma. Pria jelang kepala lima itu juga sedih melihat cucunya menangis seperti itu. Namun, bagaimana lagi memang belum ada balasan pesan dari Miss Irene.
"Belum ada Nia sayang," balas Opa Bisma.
Mulailah Thania menangis dengan terisak-isak. "Huhuhu, hiks ... Nia mau ketemu Miss Irene."
Kalimat itu Thania ucapkan berulang-ulang. Sementara Opa Bisma duduk di tepian brankar dan mengusapi kening cucunya. Rasanya sangat sedih ketika cucunya itu menangis tersedu-sedan seperti itu. Namun, setidaknya Opa Bisma sendiri sudah berusaha mengirimkan pesan kepada Miss Irene.
"Tenang dan sabar dulu, Nia. Miss Irene kan sedang bersama orang tuanya. Mungkin saja Miss Irene sedang tidak membawa handphone," kata Oma Kanaya yang berusaha menenangkan Irene.
"Miss Irene punya orang tua, kalau orang tuanya Irene mana Oma? Papa ada di Melbourne. Daddy sekarang sudah sama Onty Syilla dan anaknya," kata Nia dengan lebih menangis.
Oma Kanaya menjadi sedih mendengar ucapan cucunya itu. Dia kemudian menggenggam tangan Thania yang terlepas dari selang infus. "Oma dan Opa kan juga orang tuamu. Kami yang mengasuh Thania sejak bayi. Oma dan Opa sayang kamu, Nak," balas Oma Kanaya.
Cukup lama Thania menangis, mungkin karena kelamaan menangis dan bisa membuat lelah, akhirnya Thania tertidur. Opa Bisma pun kemudian berbicara kepada Oma Kanaya.
"Efek obatnya baru bekerja, Bunda. Demamnya sudah turun sebenarnya. Sebelumnya tadi demam tinggi. Bunda kalau istirahat di rumah tidak apa-apa. Biar Ayah aja yang menjaga Nia di sini," katanya.
"Bunda akan di sini, Yah. Mana bisa Bunda pulang, Nia sudah seperti bungsu bagi kita. Ayah lanjutkan saja praktiknya dulu, biar Bunda yang menjadi Thania," kata Bunda Kanaya.
Menuruti saran dari istrinya, Ayah Bisma akhirnya kembali bersiap. Dia akan menuju ke klinik pribadi miliknya terlebih dahulu untuk menunaikan tugasnya sebagai dokter spesialis anak. Sementara Bunda Kanaya yang akan menjaga Thania di rumah sakit. Baru saja Ayah Bisma akan berangkat, sudah ada pesan masuk dari Miss Irene.
[Besok saya akan kembali ke Jakarta. Tidak perlu dijemput, Pak ....]
[Apa bisa share lokasi rumah sakitnya, saya akan ke sana besok.]
[Salam untuk Thania, semoga Thania cepat sembuh.]
Membaca deret pesan itu kemudian Ayah Bisma menunjukkannya kepada Bunda Kanaya.
"Dibalas Bunda. Syukurlah kita bertemu Miss Irene yang baik. Kita menggangu liburannya, tapi sikap Miss Irene sangat kooperatif sekali. Andai saja Mamanya Nia sekooperatif Miss Irene."
"Tidak bisa membandingkan keduanya, Ayah. Syukurlah, Miss Irene mau menyudahi liburannya lebih cepat. Kita harus berterima kasih kepada Miss Irene, Ayah."
"Harus, Bunda. Ayah sungkan sekali sebenarnya."
Bunda Kanaya menganggukkan kepalanya. Besok pastilah Thania akan senang ketika bisa bertemu dengan Miss Irene yang sejak liburan ini dia cari. Semoga saja ketika sudah bertemu dengan Miss Irene, Thania akan benar-benar sembuh.
"Kasihan Thania," kata Ayah Bisma dengan mengusap kening cucunya itu.
"Thania kuat, Ayah. Dia selalu senang dengan kondisinya, walau ada beberapa titik ketika dia sudah sayang dengan orang akan dalam banget sayangnya. Sama seperti sekarang, dia baru sayang dan senang sama Miss Irene. Bunda jadi takut membayangkan bagaimana nanti Irene sudah SD dan tidak diajar dan tidak bertemu Miss Irene lagi."
Banyak kepingan kisah mengenai Thania dan kehidupan keluarganya yang belum tersusun sempurna. Sementara Thania sebagai anak kecil juga merindukan sosok keluarga yang utuh dan sempurna. Mungkinkah kerinduan Thania itu akan terjawab?
To be Continued!
Keesokan Harinya ....
Pagi hari Thania terbangun, anak kecil itu membuka kelopak matanya perlahan-lahan. Dia melihat ada Oma dan Opanya yang masih menjaganya. Thania kemudian merengek kepada Opanya.
"Pagi Nia," sapa Opa Bisma dan Oma Kanaya bersamaan.
"Opa ... mau dilepas infusnya. Sakit Opa," rengek Thania yang sudah mau menangis lagi.
"Ditahan dulu, sehari lagi yah ... masih ada obat yang Opa suntikkan ke infus," kata Opa Bisma.
Opa Bisma mengatakan demikian karena masih ada Antibiotik dan jenis obat lainnya yang harus disuntikkan ke selang infus di tangan Thania. Selain itu, Opa Bisma sendiri adalah dokter spesialis anak, sehingga tahu berbagai obat dan merawat Thania. Sebelumnya Thania memang hanya rawat jalan di rumah, tapi demamnya semakin tinggi, sehingga Opa Bisma segera membawa cucunya itu ke rumah sakit tempatnya bekerja.
"Sakit Opa ... apalagi kalau disuntik di sini sakit," katanya dengan mata berkaca-kaca.
Orang dewasa saja merasa sakit ketika ada beberapa jenis obat yang disuntikkan melalui jarum intravena. Efeknya juga beragam. Thania pun merasakan hal yang sama. Dia merasa sakit ketika ada obat yang disuntikkan ke infusnya.
Hingga akhirnya pagi itu ada Aksara yang datang bersama dengan Arsyilla untuk menjenguk Thania. Paman yang biasa dipanggil Thania dengan sebutan Daddy itu datang membawakan buah apel kesukaan Thania. Melihat kedatangan Aksara dan Arsyilla, gadis itu teralihkan perhatiannya.
"Pagi Nia ...."
Aksara dan Arsyilla menyapa bersamaan, menyapa keponakannya yang sedang berada di Rumah Sakit. Oma Kanaya dan Opa Bisma pun merasa senang siapa tahu Thania bisa teralihkan perhatiannya.
"Tuh, Daddy sama Onty Syilla datang. Mau jengukin Nia," kata Oma Kanaya.
"Daddy ..., Onty Syilla ...."
"Gimana Sayang, demamnya sudah turun belum?" tanya Arsyilla yang menyentuh kening Thania.
Anak kecil itu lantas mengangguk-anggukkan kepalanya. Menurut Thania sendiri, badannya sudah tidak demam. Oleh karene itulah, Thania sudah ingin dilepas infusnya. Sebab, dengan jarum infus di tangan rasanya sakit.
"Sudah gak demam, Onty."
"Memang benar, tapi masih ada obat yang harus Opa suntikkan lagi tiga kali sepanjang hari ini," kata Opa Bisma.
Mendengar ucapan Opanya, Thania sudah nyaris menangis. Terbayang rasa sakit ketika kembali ada obat yang disuntikkan ke dalam selang infus. Arsyilla kemudian mengusapi perlahan sisi wajah Thania.
"Tidak apa-apa. Yang penting Nia sembuh dulu. Nia pernah cerita ke Onty kalau hari Senin nanti akan kembali sekolah. Katanya mau bertemu dengan Miss Irene, jadi Nia harus sehat yah."
Onty Syilla memberikan afirmasi positif kepada Thania. Menyemangati keponakannya untuk bisa semangat sembuh, supaya hari Senin nanti bisa kembali ke sekolah dan bertemu dengan Miss Irene. Mendengar nama Miss Irene disebut, Thania kemudian bertanya lagi.
"Miss Irene nya masih di Jogjakarta yah, Oma? Tidak bisa menemui Nia yah?"
Oma Kanaya memilih mengangguk. Sebab, faktanya mereka juga tidak tahu Miss Irene terbang dari Jogjakarta ke Jakarta jam berapa. Selain itu, apakah tidak capek ketika tiba dan Miss Irene akan segera ke rumah sakit.
Dengan adanya Onty Arsyilla di sana dan Daddy Aksara, akhirnya Thania sedikit terhibur. Arsyilla yang sudah memiliki anak juga menghibur Thania, mengajak anak itu menyanyi dan sengaja membawakan buku dongeng untuk Thania. Dia tak segan membacakan dongeng untuk keponakannya itu.
Sementara itu Opa Bisma melakukan visitasi kepada bayi yang usai dilahirkan dan juga pasien yang dirawat inap di rumah sakit. Aksara juga di rumah sakit tidak terlalu lama, karena dia harus segera ke perusahaan. Namun, Oma Kanaya dan Onty Syilla masih berada di rumah sakit dan menunggu Thania. Hingga siang hari, Onty Syilla jugalah yang menyuapi makan siang untuk Thania.
"Ara dan Anna di mana, Onty?" tanya Thania.
"Di rumah Eyang Khaira dan Eyang Radit. Onty titipkan di sana," balasnya.
"Kalau Nia sudah sembuh nanti boleh enggak Nia menginap di rumah Onty Syilla?"
"Tentu saja boleh, Thania. Onty dan Uncle-mu malahan senang. Yang penting Thania semangat dan harus sembuh dulu yah," balas Arsyilla.
Siang berganti hingga menuju sore hari. Opa Bisma yang menyelesaikan praktiknya di rumah sakit akhirnya kembali menemani Thania. Bergabung dengan Oma Kanaya dan Onty Arsyilla.
"Belum pulang, Syilla?" tanya Opa Bisma.
"Nunggu dijemput sekalian, Ayah. Sembari menemani Thania dulu."
"Emang Ara dan Anna tidak rewel?"
"Ada Eyangnya biasanya sih aman, Ayah. Tidak apa-apa, biar Eyangnya bermain dengan cucunya," balas Arsyilla.
Saat mereka sedang mengobrol, terdengar ketukan dari pintu kamar VIP. Sebelumnya Oma Kanaya mengira bahwa mungkin saja perawat yang datang. Namun, ketika Oma Kanaya membukakan pintu, ternyata ada seorang gadis muda, rambutnya panjang sepinggang. Wajahnya tampak lelah, tapi gadis itu masih tersenyum dan wajahnya terasa hangat.
"Assalamualaikum, selamat sore. Saya Miss Irene," sapa gadis muda yang tak lain adalah Miss Irene. Sosok bu guru yang sudah dinantikan oleh Thania sejak dirinya masuk rumah sakit.
"Waalaikumsalam, Miss Irene bener-bener terbang dari Jogjakarta ke Jakarta hari ini? Mari masuk, Miss ... silakan," kata Oma Kanaya.
Sedikit menganggukkan kepalanya, akhirnya Miss Irene memasuki kamar VIP itu dan melihat Nia yang masih terbaring di brankar. Thania yang melihat kedatangan Miss Irene pun tampak senang. Anak yang semula lesu itu kemudian terduduk, tangannya terangkat, sehingga ada aliran darah di selang infusnya.
"Nia, awas tangan kamu, Sayang. Darahnya bisa naik," kata Miss Irene.
Akhirnya Dokter Bisma mengambil suntikan dan berupaya membuat darah di selang infus itu terserap semua. Namun, kali ini Thania tak mengeluh sakit karena sudah ada Miss Irene di sana.
"Miss Irene datang," kata Thania.
Irene pun mendekat ke brankar Thania dan memberikan pelukan untuk Thania. Semua yang ada di sana juga heran bagaimana bisa hubungan guru dan muridnya bisa sedekat ini. Padahal Miss Irene hanya seorang guru bagi Thania.
"Nia sakit apa?"
"Demam tinggi, Miss Irene. Untung hasil lab dari cek darahnya tidak menunjukkan demam berdarah, typus, dan penyakit lainnya. Cuma memang ada radang," jelas Opa Bisma.
Irene menganggukkan kepalanya. "Oh, radang yah. Semoga Nia segera sembuh yah," katanya.
"Miss Irene sudah bela-belain datang dari Jogjakarta ke Jakarta, langsung ke rumah sakit untuk menengok kamu, jadi Nia segera sembuh yah," kata Opa Bisma kepada Thania.
"Iya, Opa. Nia akan sembuh kok. Senin nanti Nia mau masuk sekolah. Biar ketemu Miss Irene," balasnya.
Sungkan dengan kedatangan Miss Irene, Oma Kanaya memesankan minuman dan camilan dari beberapa kedai yang ada di rumah sakit. Pastilah gadis itu kecapekan, tapi masih berupaya menemui Thania. Semoga saja kondisi Thania membaik dan segera sembuh usai bertemu Miss Irene.
"Maaf yah Miss Irene ... jadi merepotkan Miss Irene yah," kata Oma Kanaya di sana.
Kalau berbicara sungkan pastilah Oma Kanaya juga merasa sungkan karena harus membuat Irene kembali lebih cepat dari Jogjakarta. Namun, Irene sendiri terlihat tulus dan tidak ada paksaan. Kalau berbicara capek ya pastilah capek. Dari bandara, Irene langsung menuju ke kostnya, setelah itu dia hanya mandi sebentar kemudian mulai memesan taksi online untuk mengantarkannya ke rumah sakit.
"Sambil diminum, Miss," kata Oma Kanaya lagi.
Irene tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Kemudian, Irene bertanya. "Nia sakit sejak kapan yah Bu?" tanyanya.
"Empat hari yang lalu. Usai videocall Miss Irene itu malamnya demam tinggi. Semula hanya dirawat Opanya aja di rumah, tapi dua hari demamnya tidak turun. Udah deh, kami langsung membawanya ke rumah sakit," cerita Oma Kanaya.
"Demamnya sampai berapa derajat, Bu?" tanya Irene lagi.
"Berapa yah, lebih dari 39° waktu itu. Yang kami takutkan kalau sampai kejang saja."
Irene menganggukkan kepalanya. Memang jika demam tinggi bisa memicu terjadinya kejang pada anak. Oleh karena itu, keluarga Pradana yang memilih membawa Thania ke rumah sakit adalah tindakan yang baik.
"Mbak saya, eh, maksudnya kakak saya kalau anak-anak demam itu selalu sedia obat jenis Suppositoria, jadi maaf ... dimasukkan ke dalam du-bur. Cara obatnya bekerja melalui pembuluh darah," cerita Irene.
Dia hanya teringat dengan kakaknya, Indi, yang selalu menyimpan obat penurun demam jenis Suppositoria. Dengan alasan itu juga, Irene bisa bercerita.
"Kamu punya kakak yah?" tanya Arsyilla sekarang.
"Iya, dia memiliki anak kembar cowok di rumah. Jadi kadang memiliki persediaan obat di rumah," jawab Irene.
"Oh, yah ...usia berapa anaknya?"
"Sudah hampir empat tahun, ya sedikit lebih kecil dari Thania."
Oma Kanaya kemudian berbicara lagi. "Kenalkan Miss Irene, ini Ontynya Thania, namanya Arsyilla. Istri dari kakak papanya Thania. Harusnya Thania memanggil Unclenya itu ya Uncle, tapi malahan Daddy. Soalnya sewaktu bayi sampai sebelum Unclenya menikah itu dekat banget dia sama Unclenya," cerita Oma Kanaya.
Irene sekarang tahu bahwa Arsyilla itu adalah Onty nya Thania. Dari cerita mereka dan keterangan pekerjaan wali murid Thania saja tertera kalau Opa Bisma adalah Dokter Spesialis Anak, sedangkan Oma Kanaya adalah Direktur Utama Jaya Corps. Terlihat jelas bagaimana kaya rayanya keluarga Pradana.
"Miss Irene dari Jogja yah? Aku beberapa bulan lalu ke Jogjakarta. Ada perkumpulan pengusaha muda gitu," kata Arsyilla.
"Iya, saya dari Jogja, Bu Arsyilla. Dekat dengan pusat kota Jogjakarta," jawab Irene.
Arsyilla kemudian tertawa. "Aduh, jangan memanggil Ibu dong. Santai saja Miss Irene. Mau dipanggil mbak, juga gak apa-apa. Mungkin saja aku seumuran kakak kamu," kata Arsyilla.
Irene menganggukkan kepalanya lagi. Memang kalau diamati Arsyilla hampir seumuran dengan kakaknya yaitu Indira.
"Baik Kak," balas Irene dengan sopan.
"Bapak dan Ibu pasti sedih yah karena Miss Irene kembali ke Jakarta lebih cepat?" tanya Opa Bisma.
"Tidak kok, Pak. Ayah dan Bunda mendukung. Beliau banyak memberikan nasihat yang baik. Semoga liburan selanjutnya bisa menghabiskan banyak waktu dengan Ayah dan Bunda," cerita Irene.
"Syukurlah. Orang tuanya Miss Irene adalah sosok yang baik banget. Jujur, saya sampai sungkan. Bagaimana cara saya berterima kasih kepada Miss Irene."
Pertemuan sore itu terasa hangat. Ada cerita keluarga yang disampaikan. Irene juga menilai bahwa keluarga Thania yang kaya raya itu adalah orang yang ramah. Biasanya image keluarga taipan akan sombong dan juga angkuh, tapi orang-orang yang dia temui sekarang adalah orang-orang yang baik dan ramah.
"Nanti Miss Irene pulang dulu yah, Nia," kata Irene.
"Kapan Nia bisa bertemu lagi sama Miss Irene?" tanyanya.
"Hari Senin yah ... kan tinggal beberapa hari lagi. Kita bertemu ke sekolah yah," balas Irene.
Sekarang, Thania justru menggelengkan kepalanya. Dia sudah mau menangis lagi. "Miss, hari Senin terlalu lama Miss. Miss Irene besok gak bisa ke sini lagi?" tanya Thania.
Irene menatap keluarga Pradana yang ada di sana satu per satu. Kalau boleh jujur, Irene juga sungkan. Irene ingat dengan nasihat Ayah dan Bundanya. Tidak boleh masuk terlalu jauh, karena dia tidak tahu latar belakang orang tua Thania. Memang dia sekarang mengenal keluarga Pradana, tapi belum mengenal orang tua Thania itu seperti itu.
"Apa besok biar aku jemput Miss Irene? Aku berencana ke rumah sakit lagi agak siang, dari kampus," kata Arsyilla.
"Kak Arsyilla masih kuliah?" tanya Irene.
Arsyilla menggelengkan kepalanya. "Tidak, aku mengajar di kampus. Dosen Teknik Arsitektur," jawab Arsyilla.
"Oh, saya kira masih kuliah. Bidangnya Kak Arsyilla mirip Yayah saya. Beliau lulusan desain interior. Jadi, saling berkaitan," cerita Irene.
"Wah, keren dong. Bisa bekerja sama sebenarnya yah. Sayang sekali berbeda area. Jauh juga Jogjakarta dan Jakarta. Hm, jadi bagaimana besok mau ke rumah sakit lagi?" tanya Arsyilla.
"Kalau mau ke sini boleh, Miss ... tidak apa-apa," kata Opa Bisma.
"Aku jemput yah. Nanti pulang sekalian sama aku saja. Jadi, biar besok bisa sekalian menjemput Miss Irene."
"Duh, saya jadi merepotkan Kak Arsyilla."
Dengan cepat Arsyilla menggelengkan kepalanya. "Tidak merepotkan. Kami justru yang merepotkan. Seharusnya Miss Irene masih bisa liburan ke Jogjakarta, masih bisa bercengkerama dengan Ayah dan Bundanya justru harus terbang ke Jakarta. Maaf yah, Miss."
"Tidak perlu meminta maaf Kak. Tidak apa-apa kok."
Irene hampir saja lupa, karena ada titipan dari orang tuanya untuk Thania dan keluarganya. Sebatas oleh-oleh saja dari Jogjakarta.
"Maaf, ini ada titipan oleh-oleh dari Ayah dan Bunda," kata Irene.
Dua potong kain batik tulis yang tertera brand Batik Hadinata dan sebuah Bakpia Pathuk yang merupakan oleh-oleh khas Jogjakarta dititipkan Bunda Ervita untuk orang tuanya Thania pikirnya. Sekarang, Irene memberikan itu. Walau Irene merasa oleh-oleh itu terlihat murah di mata keluarga taipan yang bukan hanya jutawan, tapi bisa saja miliyarder itu.
"Aduh, baik banget sih. Batik Hadinata. Orang tua Miss Irene pengrajin batik?" tanya Oma Kanaya.
"Iya, pengrajin batik turun-temurun dari Eyang buyut dulu."
"Luar biasa sekali, Miss Irene. Sampaikan salam dan terima kasih saya kepada orang tuanya Miss Irene. Kami justru banyak merepotkan," kata Oma Kanaya.
"Tidak repot sama sekali, Bu. Baik, nanti saya sampaikan kepada Ayah dan Bunda," jawabnya.
Akhirnya sampai petang Irene berada di rumah sakit. Dia pulang bersama Arsyilla dan suaminya yaitu Aksara. Esok hari, dia akan kembali ke rumah sakit dan menjenguk Thania lagi. Harapan Irene, Thania bisa segera sembuh dan Senin nanti bisa kembali ke sekolah.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!