Malam itu di kota Jogjakarta, suasana terasa begitu berbeda. Tak ada hiruk pikuk lalu lintas seperti di Ibukota. Suasana yang kental dengan budaya, Rangga baru tahu malam di Jogjakarta pun menggeliat terutama ketika dia melewati area Tugu menuju ke Malioboro. Pedagang asongan tampak menawarkan jualan mereka, musisi jalanan menyanyikan berbagai lagu, temaram lampu kota justru membuat suasana malam di Malioboro begitu berbeda.
"Tempat rame apa ini, Pa?" tanya Thania sembari memperhatikan kawasan yang baru saja mereka lewati.
"Malioboro ini, Thania. Kita akan menginap di sini. Soalnya yang dekat dengan rumah Miss Irene," balas Rangga.
Thania kemudian menganggukkan kepalanya. "Oke, Pa."
Mobil taksi online yang Rangga naiki sekarang membawanya menuju ke hotel yang berdekatan dengan area Malioboro. Pikir Rangga, esok hari dia tinggal mencari alamat Miss Irene saja dan jaraknya tidak terlalu jauh.
Begitu sudah tiba di hotel, Rangga bertanya kepada Thania. "Nia mengantuk atau lapar tidak? Kalau lapar biar Papa belikan makanan di restoran hotel," katanya.
"Enggak, Pa. Nia kayak berpetualang sama Papa ya ... baru kali ini," jawabnya.
Sebuah pemikiran yang begitu out of the box, mencari Miss Irene ke Jogjakarta justru membuat Thania serasa berpetualang dengan Papanya sendiri. Baru kali pertama juga Thania pergi sejauh ini hanya dengan Papanya saja.
Untuk Rangga sendiri sejujurnya dia senang memiliki kesempatan seperti ini dengan Thania. Akan tetapi, ada yang Rangga pikirkan yaitu bagaimana rencana esok hari. Bagaimana jika berhadapan dengan orang tua Miss Irene? Apa yang harus dia katakan nanti?
"Pa, sudah malam. Thania tidur ya ... besok kita ke rumah Miss Irene ya Pa."
Thania kecil akhirnya memilih menaiki tempat tidur di hotel itu, kemudian dia memilih tidur. Waktu memang sudah malam, Thania juga sudah menempuh perjalanan dari Jakarta ke Jogjakarta sehingga doa membutuhkan waktu istirahat sekarang. Rangga mengamati putrinya yang sudah tertidur sekarang.
"Apa yang harus Papamu katakan besok, Thania? Bisa saja akan terjadi kegemparan karena Miss Irene tiba-tiba didatangi duda beranak satu," gumamnya sendiri.
Rangga justru tidak bisa tidur sekarang. Dia berpikir tentang esok hari, bingung dengan apa yang harus dia sampaikan ketika sudah bertemu dengan Miss Irene. Ada ketakutan juga jika keluarga Miss Irene tak menerimanya. Cukup lama Rangga berpikir akhirnya pria muda itu tertidur juga.
...🍀🍀🍀...
Keesokan Paginya ....
Rangga dan Thania sudah bangun. Papa dan anak itu sekarang berada di restoran untuk sarapan. Rangga tampak mengambilkan cereal dan susu untuk Thania, menjadi kesempatan berharga juga bagi Rangga menyiapkan sarapan untuk putrinya. Di rumah, biasanya Bunda Kanaya yang akan menyiapkan sarapan Thania.
"Segini cukup enggak, Nia?" tanya Rangga yang mengambilkan susu putih untuk Thania.
"Cukup, Pa. Thanks," balasnya.
"Sama-sama. Dimakan ya. Usai sarapan kita menunggu mobil dulu. Papa memilih menyewa mobil dari pihak hotel. Kita akan mencari rumahnya Miss Irene," kata Rangga.
"Oke, Pa. Papa enggak sarapan?" tanya Thania.
"Sarapan, sebentar ... Papa sedang menunggu Omelette nya Papa datang," jawab Rangga.
Selang beberapa menit, ada pelayan yang membawakan Omelette untuk Rangga. Sekarang, Rangga juga sarapan. Sembari sarapan di mempelajari cara menuju rumah Miss Irene dengan menggunakan aplikasi map di handphonenya.
"Makan dulu, Pa ... jangan main HP terus," kata Thania.
"Sorry, Nia. Papa hanya mempelajari cara ke rumahnya Miss Irene. Maaf ya," balasnya.
Rangga mengamati Thania. Ceriwisnya juga ternyata dibarengi dengan sikap berani memberitahu mana yang benar. Terbukti Thania berani menegur Papanya untuk tidak terus-menerus main handphone, menyelesaikan sarapannya terlebih dahulu.
Menyelesaikan sarapan dan menunggu mobil, sekarang mereka berdua bersiap mencari alamat rumah Miss Irene. Lantaran dengan mobil sewaan, tentu tidak ada car seat untuk Thania duduk. Sehingga, sekarang Thania duduk di kursi depan, di samping Papanya yang mengemudikan mobil.
"Jogja kayak gini ya, Pa? Beda dengan Jakarta yah?"
"Menurut Thania, bedanya gimana?"
"Ini lebih sepi, Pa. Gak macet," jawabnya.
Rangga tersenyum, Thania sudah bisa membandingkan suatu kota. Rangga kemudian melajukan mobilnya, dan sekarang memasuki gang sebuah perumahan.
"Kalau dari alamat di sini deh, Nia," kata Rangga perlahan.
"Yeay, mau ketemu dong sama Miss Irene. Perlu kita telepon enggak, Pa?" tanya Thania.
"Papa butuh petanya untuk memandu kita ke sana tuh. Kita cari dulu rumahnya yah, kalau sudah ketemu kita telepon Miss Irene," balas Rangga.
"Oke, Pa ...."
Rangga sengaja mengemudikan mobilnya dengan pelan-pelan. Dia mengamati setiap rumah di area perumahan itu. Hingga akhirnya, mobilnya berhenti di sebuah perumahan yang di depannya terdapat Pendopo Joglo khas rumah Jawa. Terdapat tulisan juga Batik Hadinata di depan pintu gerbang rumah itu. Rangga yakin itu adalah rumah Miss Irene. Ada beberapa mobil yang parkir di depan pintu gerbang, semoga saja memang tidak sedang ada acara di sana.
"Kayaknya ini deh," kata Rangga.
"Ya sudah, ayo, Pa ...."
Jika Thania terlihat sangat bersemangat, Rangga justru enggan. Rasa sungkan, malu, bahkan takut dirasakan Rangga. Namun, karena sudah sampai di depan rumah, Rangga kemudian melepas seat belt yang semula dia kenakan. Membantu Thania turun dan kemudian berjalan ke arah pintu gerbang yang terbuka. Melihat ke dalam, rupanya ada beberapa orang yang berada di Pendopo.
"Assalamualaikum, permisi," sapa Rangga dengan melangkahkan kakinya lebih dekat ke bagian Pendopo.
Beberapa orang yang berada di Pendopo pun menoleh ke arah sumber suara. Mengamati pria muda yang datang dengan anak kecil. Mereka berdua adalah orang asing, sehingga memang belum pernah mengenal sebelumnya.
"Waalaikumsalam, dengan siapa nggih? Mencari siapa?" tanya seseorang wanita jelang paruh baya yang berjalan ke arah Rangga dan Thania.
"Permisi, saya Rangga ... saya ingin bertanya apakah benar ini rumahnya Miss Irene?"
"Benar, ini adalah rumahnya Miss Irene."
Thania sudah tersenyum ketika rumah itu benar adalah rumahnya Miss Irene. Rasanya sudah tak sabar ingin bertemu dengan guru favoritnya itu. Guru yang dia idam-idamkan itu.
Belum ada komunikasi lagi, dari dalam rumah keluarlah Miss Irene yang berjalan bersama dengan seorang pemuda. Di belakangnya ada beberapa orang tua juga. Melihat sosok Miss Irene, Thania pun memanggil Miss Irene dan berjalan lebih mendekat.
"Miss, Miss Irene ...."
Sosok yang dipanggil namanya merasa kaget karena melihat Thania, muridnya benar-benar berada di rumahnya. Irene bingung sekarang, terlihat ketika Thania berlari ke arahnya dan seketika langsung memeluknya.
"Miss Irene, kangen ...."
Orang tua yang ada di sana juga kaget dengan anak kecil yang memeluk Irene sekarang. Bahkan seorang pria jelang paruh baya bertanya kepada Irene.
"Siapa, Dek?" tanyanya.
"Miss, kangen ...."
Irene belum menjawab, tapi pemuda yang ada di samping Irene tampak menarik tangan Irene dan meminta penjelasan.
"Dia siapa, Rene? Kenapa tiba-tiba ada anak kecil di sini?"
"Biar aku jelaskan, Ris. Dia sebenarnya ...."
Penjelasan Irene tertahan ketika melihat kedua mata Thania menatapnya. Dua sorot mata yang jernih itu mengharap lebih kepada Irene. Seketika Irene ingat bagaimana Thania lahir dulu, sehingga sekarang saat memberikan jawaban pun Irene harus berhati-hati. Gadis kecil di depannya membutuhkan pengakuan darinya. Itu membuat Irene harus bijak memberikan jawaban dan penjelasan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
SemestaBernyanyi
sekarang jogja jg macet tania, terutama week end dan hari libur
2024-04-16
1
Bunda Titin
aku nunggu penjelasan Miss Irene aj lah,. ga mau menduga2..........kasian sama Thania...........🙏
2023-10-12
1
Siti
menuju kebahagiaan penuh dengan luka luka.....
2023-10-12
0