Tiba-Tiba Dilamar
"Bu, Yah, Iqis berangkat kerja dulu ya," pamit seorang wanita sambil mencium tangan ayah dan ibunya.
"Iya, hati-hati Nak, jangan sampe nabrak tukang sayur lagi. Nanti ibu kamu marah gara-gara uang bulanannya dipotong."
Wanita muda yang bernama Bilqis Safrina itu langsung manyun ketika diledek oleh ayahnya. Memangnya siapa juga yang mau nabrak tukang sayur lagi? Salah sendiri tukang sayurnya suka lewat tiba-tiba di hadapannya. Dia sudah mengendarai motornya dengan sangat hati-hati, bahkan kalau perlu jika ada semut yang lewat di depannya pun ia akan berhenti.
"Iya Iqis usahakan, assalamualaikum," jawab Bilqis kemudian pergi dari rumahnya dan menaiki motornya.
Bilqis bekerja di salah satu SMA swasta di bagian keuangan. Kalau ditanya besar apa tidak gajinya, sudah pasti jawabannya tidak. Yang pasti, gajinya cukup untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Ya walaupun sisanya cuma sedikit untuk ditabung. Tapi, tenang aja, dia masih punya ayahnya yang terkadang masih suka memberinya uang jajan. Ya maklum lah, namanya juga anak tunggal. Bilqis pun tak mau cuma ibunya aja yang menghabiskan uang ayahnya.
Sesampainya di sekolah, Bilqis langsung memarkirkan motornya dan masuk ke dalam ruang kerjanya. Ia langsung disambut dengan kedatangan ibu-ibu dengan wajah garangnya.
Kedatangan ibu itu langsung mengeluarkan unek-uneknya karena anaknya yang tak bisa mengikuti ujian karena nunggak SPP bulanan hampir setengah tahun lamanya.
Bilqis yang sudah terbiasa menghadapi segala macam ibu-ibu cuma diam dan mendengarkan saja, baru setelah itu dirinya menjelaskan secara rinci dan sejelas-jelasnya. Terkadang dia juga capek, kalau harus ikut-ikutan nyolot juga.
"Maaf Ibu, tapi emang sudah ketentuan dari sekolah seperti itu, kalau mau anaknya ikut ujian, Ibu bisa bayar setengahnya dulu. Nanti anak Ibu bisa ikut ujian susulan untuk yang ujian hari ini."
"Saya nggak mau tahu pokoknya besok anak saya harus ikut ujian!"
Sudah salah, nyolot lagi.
Kata-kata itu cuma bisa diucapkan Bilqis di dalam hatinya. Kalau dikatakan langsung, bisa jadi masalah nantinya.
Setelah selesai mengurusi ibu-ibu tadi, Bilqis merekap semua keuangan dari mulai kelas 1 sampai nantinya yang kelas 3.
Di sela-sela dia bekerja, sesekali ia melihat ke ponselnya, siapa tahu aja ada keberuntungan yang tidak terduga. Tapi nyatanya, cuma ada pesan dari grup chatnya.
Uki :
Guys! Guys ada kabar buruk! Aku udah nggak perawan!
Rasanya Bilqis ingin sekali menjatuhkan Uki dari gedung 23 lantai. Jelaslah dia udah nggak perawan, lah kemarin kan dia baru saja menikah.
Maisa :
Wow! Amazing sekali. Berapa ronde Ki?
Dahlan, Bilqis ingin sekali keluar dari grup chat itu, tapi tetap saja kalau nanti dia keluar pasti akan dimasukan lagi.
Uki :
Lebih dari 2 kali kayanya, eh, bukan deng, 3, 4 apa 5 ya? Pokoknya enak banget. Buruan deh kalian pada nikah biar ngerasain enaknya pas udah halal, ahay. Kamu tinggal minta Rifki buat nikahin kamu aja Sa. Kalau Bilqis mah belum ada harapan.
Karena merasa terpanggil, Bilqis pun akhirnya muncul di grup itu.
Bilqis :
Tenang aja, dua bulan lagi aku bakalan nikah.
Uki :
Nikah sama siapa, Qis? Emang udah ada calon? Kamu kan jomblo sejati.
Maisa :
Sama tukang sayur yang biasa ditabrak Bilqis kayanya, Ki, haha. Ganti ruginya bayar pake diri sendiri, jadi istri kedua, wkwkwk.
Bilqis :
Ish! Kalian nyebelin banget! Liat aja, dua bulan lagi aku pasti nikah sama orang ganteng.
Uki :
Bangun Qis, bangun! Jangan mimpi di siang bolong, haha.
Ya begitulah persahabatan Bilqis dan kedua temannya yang bernama Maisa dan Uki. Seperti yang ada di dalam chat, Uki sudah menikah, Maisa sudah memiliki pacar, sementara Bilqis masih jomblo sejak lahir. Bukannya tak ada laki-laki yang suka padanya, hanya saja Bilqis memang punya prinsip sendiri yang tak mau berpacaran. Buang-buang waktu dan Bilqis memang memiliki seseorang yang sudah ia sukai sejak lama. Tapi dia sadar diri mana mungkin orang yang biasa sepertinya bisa bersanding dengan laki-laki itu. Lagipula, sudah jelas laki-laki itu pun tak akan pernah ingat dengannya.
*
*
Sepulang kerja, Bilqis selalu mampir ke tenda biru yang berjualan bakso. Ia bahkan sudah langganan disana sampai bapak penjualnya pun hapal muka Bilqis.
"Bakso urat Mba?"
"Tau aja deh Mang Ujang. Jangan lupa kasih anak-anak baksonya ya Mang. Kasian kalo cuma sendirian di dalam mangkok, kasih bawang gorengnya yang banyak, kalau perlu habisin setengah toples ya, hihi."
Bapak penjual bakso itu pun geleng-geleng kepala.
Di saat Bilqis akan duduk di kursi yang kosong, tak sengaja ia menemukan kantong plastik hitam berisi banyak uang dan belanjaan sayur di dalamnya.
"Astaghfirullah, uang siapa ini?"
Bilqis celingukan ke kanan dan kirinya, siapa tahu yang punya kantong plastik hitamnya sedang mencari itu. Tapi ternyata tak ada satu pun yang mendekat padanya, yang ada pelanggan yang lain malah asik ngobrol dengan partner mereka masing-masing. Apalah daya Bilqis yang kemana-mana masih sendiri. Apa-apa sendiri, sebetulnya dia juga ingin punya sandaran, tapi ya gimana, jodohnya, hilalnya aja belum kelihatan.
"Mang Ujang, ini ada kantong plastik hitam isinya uang sama sayuran. Mungkin milik pelanggan yang tadi duduk disana," ucap Bilqis memberitahukan ke Mang Ujang.
"Ya ampun, kok bisa? Duh gimana ya Mba ya, soalnya Mang lupa siapa yang duduk disana tadi."
"Aku taruh di gerobaknya Mang Ujang ya?"
"Jangan, taruh disana aja lagi, pasti yang punya nya juga bakalan kesini lagi."
Dan di saat itu juga, datanglah pria dengan memakai pakaian casual mirip dengan seseorang yang Bilqis kenali.
Gibran Algafi, laki-laki yang Bilqis sukai dalam diam.
"Bilqis?"
Hanya disebut nama aja hati Bilqis sudah meleleh. Gimana nggak meleleh coba, pria seganteng dia, sepopuler dia bisa ingat namanya yang cuma remahan rengginang dalam kaleng kong ghuan.
"Sudah lama nggak ketemu ya?"
Bilqis tak bisa menetralkan denyut jantungnya, tapi seketika dia sadar.
Astaghfirullah, sadar, Bilqis sadar.
"Aku cari kantung plastik warna hitam, apa kamu melihatnya?"
"Isinya apa?" tanya Bilqis karena takut Gibran berbohong. Ya walaupun kalau dilihat dari tampangnya, kaya nggak da kebohongan sedikit pun.
Gibran pun menjawab sesuai dengan apa yang sudah diceritakan kakak perempuannya. Bilqis pun memberikan kantung plastik hitam itu dan Gibran pun langsung mengecek isinya.
"Boleh minta nomor telepon ayah kamu?"
Bilqis spontan langsung bertanya.
"Buat apa? Kamu mau laporin ke ayah kalau aku mencuri, gitu? Aku kan nemuin itu disana tadi."
"Nggak, bukan. Kalau nggak boleh, kamu telpon ayah kamu sekarang juga. Penting."
Bilqis pun mau tak mau malah menelpon ayahnya. Padahal di dalam hatinya, Bilqis berdoa supaya ayahnya tak menjawab telpon darinya, rupanya keberuntungan tak berpihak padanya.
"Halo, assalamualaikum, kenapa lagi, Qis? Kamu nabrak tukang apa lagi sekarang? Dia minta ganti rugi berapa?"
Rasanya Bilqis ingin menghilang saja sekarang juga. Aibnya tiba-tiba dibuka sendiri oleh ayahnya. Ditambah Gibran yang seperti menahan tawa di depannya. Duh malunya.
"Waalaikumsalam, Om ada di rumah hari ini?"
"Ada, setiap hari selalu ada di rumah setiap di atas jam 12 siang, mau ke rumah ambil uang ganti rugi? Maaf ya Iqis emang suka ugal-ugalan kalau bawa motor."
"Nggak Om, saya mau datang buat ngelamar."
"Ngelamar? Ngelamar kerja di percetakan milik saya gitu? Waduh, nggak bisa eh, sudah tutup lowongannya."
"Bukan, saya mau melamar anak Om."
Tiba-tiba terdengar suara Ibu yang panik.
"Ayah, kenapa rebahan di lantai?"
*
*
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments
Rita Riau
mampir Thor,,,
hehehe udah bikin ngakak Thor 🙏😬
2024-02-21
0
Resa Anjanii
doa yang langsung di bayar kontan ya qis🫶🏻
2023-10-15
2
Resa Anjanii
masih di awal udah di buat ngakak 🤣 keknya bakalan seru nih, semangat otor👍🏻
2023-10-15
2