Part 11

Sesampainya di Cafe Hijau, belum ada tanda-tanda kalau Gibran sudah datang. Uki pun mencari pelanggan di cafe itu yang wajahnya paling cantik dan tubuhnya seksi.

"Ki, mau ngapain sih?"

"Udah, nurut aja Qis. Ini aku mau sewa orang buat disuruh akting kalau nanti ketemu Gibran."

"Akting apaan?" tanya Bilqis lagi.

"Akting tabrak-tabrakan Qis. Biar kaya di film gitu, tiba-tiba dibantuin terus nggak sengaja pegangan tangan, ahay."

Jawaban itu sontak saja membuat raut wajah Bilqis ditekuk. Rasanya nggak rela kalau Gibran disentuh-sentuh, apalagi Gibran sudah meminang dirinya, ya walaupun masih digantung sih.

"Nah, ketemu. Mba nya pas banget jadi artis kita hari ini. Gimana menurut Kamu Qis, wanita yang duduk disana itu?" tunjuk Uki ke wanita yang duduk di kursi pojok dengan mengenakan gaun tanpa lengan yang panjangnya di atas lutut.

"Astaghfirullah, itu mah bajunya kurang bahan banget Ki. Jangan deh, jangan!"

"Kok jangan sih Qis? Kamu takut kalau si Gibran beneran belum tobat?" tanya Maisa.

"Ah, tau lah, terserah kalian berdua aja. Aku manut."

"Hahaha, nah begini dong. Kalau mau bahagia harus korban dikit Qis. Resiko punya calon tunangan ganteng mah susah."

Bilqis manyun aja. Dia berjalan paling belakang ketika Uki dan Maisa sudah berjalan duluan untuk minta bantuan mba-mba yang dipilih oleh Uki. Setelah berbincang tentang apa yang harus dilakukan oleh wanita itu, Bilqis, Uki dan Maisa langsung bersembunyi di balik pepohonan yang ada di sekitar cafe.

Tak lama kemudian Gibran pun datang kesana dan membuat Uki melongo ketika melihat Gibran.

"Qis, sumpah beruntung banget bisa lihat wajah tampan itu kalau abis bangun tidur. Aku rela deh kalau cuma di kamar terus seharian asalkan berdua."

Plak!

Sebuah tamparan melayang ke pipi Uki untuk menyadarkan wanita itu dari Maisa.

"Bukan saatnya kita mengangumi ciptaan Allah yang sempurna."

"Sorry, sorry, habisnya ini terlalu tampan kalau cuma dilihat dari jauh. Maunya dari deket, ahay."

"Hih! Kalian ini, dia itu calon aku!" Bilqis yang kesal langsung meng-klaim Gibran adalah miliknya.

"Belum resmi Qis. Jadi masih milik banyak orang, haha."

Bilqis jadi cemberut dan memalingkan wajahnya ke arah lain.

"Target sudah mendekat, silahkan berakting sebaik mungkin," perintah Uki ke wanita yang disewanya lewat telepon.

Terlihat dengan jelas sekali kalau wanita yang disewa Uki begitu terpesona dengan paras tampan Gibran. Dia berakting menabrak Gibran sampai terjatuh dan duduk di lantai.

Gibran mengulurkan tangannya untuk membantu wanita itu berdiri.

"Makasih banget ya Mas, kalau nggak ditolongin pasti saya susah banget berdirinya."

"Sama-sama Mba," jawab Gibran sambil tersenyum.

Di tempat lain, Uki, Maisa dan juga Bilqis terlihat kesal. Rupanya yang namanya buaya akan tetap jadi buaya.

"Lihat Qis, dia nggak berubah sama sekali. Mana pake senyum-senyum segala lagi. Iya tahu, kalau dia itu ganteng, tapi seenggaknya kalau udah ngelamar anak orang, nggak usah tebar pesona kenapa? Aku jadi nggak ridho kamu sama dia, Qis."

Dikompor-komporin oleh Uki seperti itu membuat Bilqis sedikit bersedih. Dia berpikir kalau Gibran sudah berubah. Ternyata ...

"Mas bisa anterin ke depan nggak? Kayanya kaki saya keseleo nih!" pinta wanita itu.

"Bisa, bentar ya Mba," ucap Gibran yang kemudian pergi entah kemana.

"Uki! Gara-gara kamu nih! Haih! Harusnya aku nggak nurutin rencana kamu. Kan aku jadi patah hati kalau kaya gini. Mana si Mba nya memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan lagi. Hih, kesel!"

"Itu berarti aktingnya totalitas Qis. Baguslah kalau begitu, jadi kamu nggak bakalan salah pilih pasangan nantinya."

Rasanya Bilqis ingin menghampiri kedua orang itu dan berkata kalau ini semua hanya sandiwara. Namun, Uki melarang.

"Kalau kamu kesana, uang aku sia-sia dong Qis. Udah bayar mahal pula."

Bilqis mengerucut bibirnya. Ia lupa kalau orang itu emang udah dibayar. Pada akhirnya Bilqis masih menonton disana.

Tak lama kemudian, Gibran datang lagi dengan membawa bapak-bapak.

"Dianter sama bapak ini ya Mba, dia tukang ojek, bukan cuma bisa anterin Mba sampe depan tapi sampai rumah juga bisa."

"Mas aja yang anterin," pinta wanita itu sambil ingin menyentuh tangan Gibran. Gibran buru-buru menjauhkan tangannya.

"Maaf Mba saya lagi ada janji. Permisi."

Wanita itu terlihat sangat kesal, mungkin dia sudah kepedean akan diantar oleh laki-laki tampan seperti Gibran. Hati Bilqis merasa lega karena rupanya Gibran bisa melewati ujian pertamanya.

"Wah, nggak nyangka Qis, aku kira dia bakalan tergoda dan beneran anterin Mba nya pulang loh. Kalau masih playboy mah, asal wajah cantik pasti disikat tuh!"

Tiba-tiba ponsel Bilqis berdering, Bilqis langsung gelagapan sambil celingak-celinguk takutnya dia ketahuan sedang bersembunyi disana.

"Astaghfirullah, astaghfirullah."

Saking paniknya, bukannya langsung diangkat Bilqis malah memandangi ponselnya yang menampilkan nama Gibran di layar ponselnya.

"Angkat Qis, ya Allah."

Karena geregetan, Maisa pun mengangkat telepon dari Gibran. Terdengar suara yang sangat manly di seberang sana.

"Halo, assalamualaikum, Qis. Kamu dimana? Aku udah sampai nih!"

Belum ada jawaban dari Bilqis. Bilqis masih merasa terkejut aja, ini pertama kalinya dia mendengar suaran Gibran di telpon.

"Jawab Qis, bilang aja masih di jalan. Tunggu 10 menitan gitu," bisik Uki.

"Waalaikumsalam, aku sebentar lagi sampai kok, tunggu 10 menit lagi ya. Jalanan agak macet soalnya."

"Baiklah, mau 10 menit, 10 jam bahkan 10 bulan pun aku tungguin Qis. Nungguin kamu mah mau selama apapun aku sanggup Qis."

Bukan hanya Bilqis saja yang meleleh hatinya, tapi Maisa dan Uki juga. Bahkan Uki sampai terduduk saking nggak percayanya sahabat baiknya ditaksir sama pentolan sekolah mereka mana digombalin pula.

Sambungan telepon pun sudah selesai, Uki kembali normal dan berjalan mengendap-endap untuk mencari wanita sewaan untuk langkah selanjutnya.

"Beres! Wanita kedua udah siap, kita tinggal nonton aja."

"Bajunya gimana Ki? Nggak kurang bahan lagi kaya tadi, kan?"

"Lihat aja sendiri nanti," jawab Uki.

Tiba-tiba seorang wanita dengan memakai t*ngtop dan celana hotpants duduk di meja yang ditempati oleh Gibran.

"Sendirian aja nih! Boleh duduk nggak?"

"Silahkan kalau mau duduk mah, Mba. Nggak ada yang melarang," jawab Gibran.

"Qis, Qis, masa si Gibran biarin cewek lain duduk di depan dia. Dia nggak mikirin apa, kalau tiba-tiba kamu datang dan salah paham sama dia. Bener-bener deh otaknya kayanya perlu dicuci deh. Kayanya yang tadi udah keliatan kaya orang bener, kok sekarang malah bikin kesel lagi?"

"Udah ya, aku mau kesana sekarang. Aku udah males nurutin kamu Ki. Kalau gini terus, aku yang makan hati. Mana pakaian si wanita lebih kurang bahan dari yang tadi lagi."

"Eh, jangan dong Qis," larang Uki dan Maisa bersamaan.

"Baru juga ujian kedua dimulai. Kita lihat dulu dia lolos apa nggak."

Mau tak mau Bilqis pun masih aja menurut, ya sejujurnya dia juga penasaran.

"Qis, Qis, si cewek mau nyosor!"

"Hah?"

*

*

TBC

Terpopuler

Comments

rindu senja

rindu senja

the finisi teman gk ada akhlak sng bgt , liat tmn sakit hati 🤦🤦🤦

2023-10-13

1

Chu Shoyanie

Chu Shoyanie

eiiittttt!sblm mulutnya soang Gibran bkln jauhin ntu soang!!!

2023-10-13

1

Farida Wahyuni

Farida Wahyuni

berlebihan deh cara ngetesnya. teman2 ga ada akhlak emang bialng aja kakau kalian yg mau sama gibran.

2023-10-13

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!