Tinggal Didesa Pudi

Tinggal Didesa Pudi

Ketika kami kembali.

Sudah 2 Bulan lamanya aku dan adikku Rini kembali dirumah kontrakanku didaerah Rempoa Jakarta Selatan. Tidak terasa waktu begitu cepat berjalan, dan aku masih ingat dengan jelas ketika Gandung sahabatku melepaskan pelukan eratnya .

"Jangan terlalu lama kalian disana, cepatlah kembali, Raden Parapat sudah menyiapkan semuanya untuk dik Rini. Jangan sia siakan kesempatan emas ini" Ucapnya sambil mengusap matanya yang basah.

Aku tidak bisa berkata apa apa hanya menganggukan kepalaku, sekali lagi aku tarik tubuh Gandung dan memeluk pundaknya.

"Jangan kawatir sahabat! Kita hanya sebentar disana dan langsung kembali kesini.."

Laki laki tegap itu kemudian berjalan kearah Rini, ia mengeluarkan sebuah kain selendang pendek berwarna ungu kemerah merahan. Gandung Meraih tangan kanan Rini dan meletakkan kain itu ditelapak tangan adikku.

"Kain ini bukan sembarang kain, ketika kalian kembali Mohon ikatkan kain ini dipinggangmu. Kain ini semacam identitas bahwa kamu adalah warga kami"

Gandung dan ayahnya pak Hasbulah mempersilahkan kami berdiri didepan sebuah Batu besar. Pak Hasbulah kemudian mengangkat satu tangan, secara tiba tiba sisi batu dibelakang kami terbuka. Layaknya sebuah lift, kami dipersilahkan masuk dan duduk bersila.

Yang kami rasakan hanya sebuah hentakan kecil, tiba tiba kami sudah berada disebuah lapangan bola. Aku ingat waktu itu keadaan sekeliling lapangan gelap gulita. tidak ada satupun orang yang berada disana.

Dari arah lapangan bola itu kami berjalan kaki, tidak lama kemudian kita sudah berada dijalan besar dekat daerah Organon didepan arah masuk Bintaro Jaya. Beberapa tukang ojek menawarkan jasa mereka, aku hanya tersenyum dan menggelengkan kepala.

Didepan tempat cuci mobil aku sempat melihat jam dinding, ternyata waktu menunjukkan pukul 3 pagi.

"Ayok Rin, kita cepet pulang" Rini menyambut dengan senyum manisnya.

®®®®

Dari semenjak pagi daerah Rempoa terus diguyur hujan lebat, setelah shalat magrib ahirnya hujan deras itu berhenti. Suasana sejuk dan basah terasa dimalam hari itu. Kulangkahkan kaki dan berdiri diteras belakang rumah. Dikegelapan malam aku menatap kelangit, mataku mencoba menerawang dan mengingat ingat pengalaman mistis yang sudah aku dan adikku alami.

"Mas, awas masuk angin lho..lagi ngapain?" terdengar suara Rini, pikiranku berhenti sejenak ketika suara adikku menyapa.

"Hmm..ga apa apa aku senang berdiri disini sambil merasakan angin yang sepoi sepoi, weh kamu bawakan aku kopi panas?"

"Mau minum disini atau didalam?"

"Disini saja, Rin duduk sini yuk aku mau bicara"

"Oke, bentar ya aku pake sweater dulu"

Tidak lama kemudian Rini keluar lagi, dan menarik kursi kayu disamping meja. Aku mendekatkan kursi dan duduk didepannya.

"Hmm..bau Kopi enak sekali,makasih Rin"

"Pasti enak apalagi sama rokok kretek ya mas"

"Kamu tau aja kesukaanku,aneh ya waktu kita didesa Pudi sama sekali aku tidak tertarik dengan rokok bahkan keinginan untuk merokok juga tidak ada..tapi waktu kembali kesini, kebiasaanku kembali untuk ngrokok..kenikmatan itu balik kembali"

"Aneh memang, tapi yang lebih aneh selama disana aku juga tidak merasakan lapar, sekali aku makan buah anggur perasaan perutku sudah kenyang sekali dan itu aku makan hanya dipagi hari, ketemu makanan yang berat hanya pada keesokan harinya. Berarti satu hari penuh hanya makan beberapa anggur sudah cukup, aneh" ucap Rini.

Aku mendekatkan kursiku dan aku memegang telapak tangan kanan adikku.

"Apa mas? Ada yang penting?"

"Rin, minggu depan kita akan kedesa Pudi dan kamu akan menikah disana. Apakah kamu sudah siap dan yakin? Sebab, setelah itu kamu akan menjadi warga disana selamanya" Kataku dengan serius.

"Aku siap mas, aku telah jatuh cinta sama Raden Parapat. Semua jiwa ragaku sudah kusiapkan untuk semua itu, bukankah itu yang mas ingin?"

Aku menganggukan kepalaku menyetujui, pikiranku kembali melayang mengenang ayah dan ibuku yang telah tiada, tapi selain itu aku juga teringat kepada sosok Siti Daniah istri kedua ayahku yang menyebabkan kematian ayahku setahun yang lalu.

"Ya sudahlah apabila kamu sudah yakin dan bulat dengan keinginanmu, aku merestuinya. Sebelum kita pergi sebaiknya kita kemakam ayah bunda dulu, pamitan kepada mereka"

"Ya mas, sebaiknya besok kita kesana agar kita bisa nyekar disana...Mas..."

"Apa Rini?"

"Mas ga usah pikirkan bu Siti ya..lupakan dia"

"Baik Rini, aku akan melupakannya" ucapnya sambil tersenyum. Rini tidak tau bahwa sebuah rahasia aku simpan rapat rapat dalam hatiku, aku tidak mau adikku mengetahui rencanaku terhadap wanita jahanam itu.

"Menurut mas Gandung, kita harus berangkat jam 3 pagi minggu depan. Mas, sudah siap?"

"Ya aku sudah siap, lusa aku akan bayar kontrakan rumah, dan pamitan sama bu Surya bahwa kita akan keluar kota selama sebulan. Kamu jadi pakai baju kebaya putih?"

"Ya mas, soalnya pernah Pak Hasbulah pesan bahwa nanti waktu masuk kedesa Pudi lagi, pakailah kebaya warna putih putih. Atas putih dan bawah putih bahkan ia juga menjelaskan..pakailah pakaian dalammu berwarna putih"

"Oo..ya sudah, Kalau begitu besok setelah dari makam kamu kepasar beli kain dan lain lainnya"

"Ya, dipasar mungkin susah carinya, aku mau langsung ketoko kebaya di Kebayoran lama"

"Hmm..baiklah"

Beberapa saat kami duduk sambil memandang rintik rintik hujan yang masih turun membasahi bumi.

Masih jelas teringat peritiwa 3 tahun yang lampau, ketika ibuku wafat karena sakit gula yang dideritanya. Ayah kemudian mengajak aku dan adikku pindah ke ibu kota Jakarta. Rupanya ayah ingin melupakan kesedihan atas wafatnya ibu kami.

Awal awalnya, semua berjalan sesuai rencana ayahku. Aku mulai masuk kuliah dan adikku Rini menyelesaikan kelas 3 sekolah menegah atas didaerah Bintaro Jaya. Ayah yang seorang pedagang memindahkan semua aset usahanya dan memulai semuanya dari nol di Jakarta.

Singkat cerita selama satu tahun penuh semenjak kita pindah ke Jakarta dengan seluruh keahlian dan kemampuannya ayah berhasil menembus pasar ibu kota dengan sukses. Usahanya booming dan karyawannya banyak.

Namun dipertengahan tahun lalu ia berkenalan dengan seorang wanita yang juga seorang pengusaha juga.

Entah bagaimana, dalam waktu yang singkat mereka telah menjadi pasangan kekasih yang tidak terpisahkan. Aku dan Rini tidak ingin mencampuri urusan ayah, selama ia bahagia itu sudah aku sukuri.

Awal tahun lalu secara tiba tiba ayah mengabarkan bahwa ia akan menikahkan wanita itu.

Kami sempat kaget, tapi ayah meyakinkan kita bahwa ia sangat mencintainya dan keluarga kita akan menjadi bahagia.

Permasalahan timbul ketika lewat 2 bulan semenjak pernikahan, ibu baruku yang bernama Siti Daniah mulai memperlihatkan perangai aslinya.

Beberapa kali ia sering membentak bentak adikku dan bahkan ia pernah menjambak rambut adikku. Sudah tentu ini dilakukan ketika ayah tidak ada dirumah dan aku sedang kuliah.

Pada mulanya, aku kaget ketika satu malam aku mendengar suara tangis dari dalam kamar adikku.

"Rin..Ada apa?" Bisikku didepan pintu kamar tidurnya. Beberapa kali aku ketuk tapi dia tidak membukakan pintu. Oh mungkin saja dia teringat ibunya..itu yang ada dipikiranku. Ya sudah, besok aku akan cek lagi.

Sudah satu minggu setelah kejadian itu aku hampir tidak pernah melihat Rini, ia seperti malu ketika bertemu denganku. Setiap malam ia selalu mengunci pintu kamar tidurnya..Ada apakah dengan adikku??

...>>>>>...

Terpopuler

Comments

ꜱᴇɴᴊᴀɴᴀɴʟᴀʀᴀ

ꜱᴇɴᴊᴀɴᴀɴʟᴀʀᴀ

mantap, thor. lanjutkan perjuanganmu. semoga sukses ..

2023-10-01

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!