Masuk keruang tunggu.

"Oke Rutrut kamu kendalikan seperti biasanya, arah barat ambil jalur 34C via Gunung Marimbi jangan lewat area Arauto menurut kabar ada rombongan dari negara Saranjana datang" ucap pak Hasbulah.

"Baik patih, semua sudah duduk? Kita akan berangkat dalam hitungan ke 3..dimulai"

Dari kaca jendela aku melihat gemerlap sinar keluar dari sisi kendaraan. Inikah yang disebut orang sebagai piring terbang?

"Rutrut kita akan berhenti sebentar didanau, bangunkan para dayang katakan pada mereka kaca penutup dimensi sudah dikunci dan agar mereka semuanya menjaga diperbatasan" ucap pa Hasbulah lagi.

Hmm apalagi itu? Dayang? Kaca penutup dimensi??...

Kendaraan kami naik keatas dan melaju dengan cepat, aku sempat melihat kearah bawah..anehnya aku bisa melihat berbagai macam kendaraan umum manusia seperti bis, mobil dan motor berseliweran dijalan jalan. Berarti kita terbang diatas mereka..Apakah mereka yang dibawah bisa melihat kita yang melesat diatas?

"Patih Hasbulah.." tiba tiba terdengar suara disekeliling kita.

"Ya halo patih Narda kami menuju kesana, kita akan mampir ke danau sebentar"

"Oke..patih jangan kaget, tadi pagi saya kirim laporan ke Istana dan menurut tim protokoler Raden Parapat, penyambutan akan dilakukan secara full karena tamu kita adalah Sang Nara Pusaka..mereka katakan ini adalah catatan sejarah"

"Wah untung saya memakai kain kerajaan..Baik terima kasih. Dijadwalkan sepuluh menit sudah docking"

"Ada wakil Saranjana dan wakil Aurora akan hadir juga"

"Baik patih Narda terima kasih, sampai ketemu disana"

Tidak berapa lama kendaraan kami berada diatas perairan, aku bisa melihat memang seperti bentuk sebuah danau.

"Kita parkir diatas batu itu"

Hentakan kecil terjadi ketika kendaraan melakukan formasi berhenti.

"Kalian semua tetap disini..aku akan turun, ini tidak akan lama"

Pak Hasbulah membawa sebuah tongkat kecil dan langsung turun dari kendaraan yang mengapung diudara ini.

Aku kaget melihat kebawah, cepat aku tarik tangan Rini.

"Rin, liat dibawah sana"

Kami berdua terkejut melihat banyak patung seperti sosok sosok wanita berjejer rapih diatas air. Beberapa dari mereka seperti berdiri diatas bundaran Batu, lainnya ada yang berdiri dan ada yang berendam diair.

Mereka berdiri seakan dalam posisi menari, semuanya tersenyum..apakah itu para dayang?

Tubuh mereka seperti terbuat dari tanah liat. Aku melihat pa Hasbulah menetakkan tongkat kecil keatas Batu bundar tempat berpijaknya patung.

Sontak semuanya bergerak dan memberi Salam hormat! Mereka hidup! Satu dari mereka yang berdiri paling depan nampaknya mendatangi pa Hasbulah.

Mereka terlihat berbintang bincang sebentar, tidak lama seluruh sosok patung itu yang telah menjadi hidup naik mengapung keatas danau dan melesat terbang meninggalkan curahan air danau dari kain kain kebaya mereka.

Pa Hasbulah menatap keatas dan dengan sekali lompat ia telah berada dipintu kendaraan.

"Oke beres urusan dayang, Rutrut kita berangkat sekarang"

Sebetulnya aku ingin menanyakan sesuatu tapi kali ini aku batalkan dulu.

Kendaraan kembali melaju kedepan..

®®®®

"Dalam hitungan ke empat kita akan melewati rombongan Saranjana yang ada dibawah sana, kita memutar ya" ucap Rutrut.

Dibawah memang terlihat kilatan cahaya sinar saling mengejar berjalan cepat.

"Hmm..rupanya mereka lewat jalan darat, Bagus..Ayo kita masuk kearea parkir" ucap pa Hasbulah.

Aku kaget melihat keadaan sekeliling kita, ternyata area Istana sangat modern. Gedung gedung tinggi menjulang keatas, dari setiap lorong gedung nampak berbagai tipe kendaraan terbang masuk keluar dengan gerakan cepat.

Setelah melewati satu dua gedung tinggi sampailah kita pada sebuah lapangan yang sangat luas. Namun tiba tiba kendaraan terhenti.

"Patih, trotel kendaraan mati..sepertinya kendaraan penjaga menghadang kita" ucap Rutrut.

Dari samping kendaraan aku melihat sosok laki laki duduk diatas semacam kendaraan motor yang bentuknya aku ingat mirip motor batman yang ada di film. Wajahnya tidak terlihat ia memakai helm yang menutupi semua wajah.

"Penjaga minta permisi masuk patih"

"Laksanakan"

Terlihat laki laki dimotor itu mematikan mesinnya dan lompat kepintu kendaraan.

Tubuhnya tinggi besar, kalau didunia mungkin mirip olahragawan angkat besi, ototnya terlihat dibalik seragamnya yang berkilauan.

Setelah bicara sedikit dengan bahasa yang tidak kumengerti, penjaga itu membungkukkan tubuhnya kearah aku dan Rini.

Pa Hasbulah kemudian menepuk pundak sang penjaga dan penjaga itu kembali keluar ke motornya. Mesin kendaraan yang kita naiki keliatannya hidup kembali.

"Oke, ini pasang dijendelamu Rutrut, kita sudah dapat ijin masuk" ucap pa Hasbulah sambil menyerahkan sebuah sticker.

Lapangan hijau membentang dibawah dan kendaraan kita meliuk kearah kiri dan masuk kedalam semacam gang kecil.

Lorong gang itu secara otomatis terang, lampu koridor semua dinyalakan. Dibawah aku melihat berjejer puluhan sosok laki laki memakai semacam baju tentara.

"Kita ambil posisi A1A dan semuanya keluar"

Kendaraan merapat mendekat tembok gang dan berhenti. Sebuah tangga mendekat kearah pintu yang terbuka secara otomatis.

Aku dan Rini menuruni tangga turun kelantai dasar.

"Rin, liat yang menyambut kita"

Paling depan nampak sosok wanita cantik memakai kebaya berwarna serba hijau. Sosok itu mengingatkan aku pada sosok Ratu Kidul yang sering dilukiskan orang.

Wanita itu menundukkan tubuhnya dan begitu juga sekitar 20 pengikutnya.

Rombongan kita berjalan masuk kesebuah pintu besi yang terbuka seperti layaknya pintu berlipat.

"Kita akan dipersilahkan duduk diruang tamu, sambil menunggu perintah menghadap" ujar pa Hasbulah.

®®®®

Jalan yang kita lalui mirip sebuah lorong seperti yang biasa terlihat dalam film film luar angkasa. Semua dindingnya seperti terbuat dari logam berwarna silver. Bedanya disetiap pojok ada pot pot tanaman yang berbunga seperti tanaman bougenville, bermacam macam warnanya Ada merah putih bahkan ungu.

Didepan ruang tamu aku dan Rini berhenti, mata kami tertuju kepada dua sosok penjaga dipintu.

"Mas.." Kata Rini sambil memegang lenganku.

Aku hanya berdiri terpaku, tapi Pak Hasbulah yang tau situasi yang kami rasakan langsung mendekat.

"Jangan takut..mereka adalah sosok sosok penjaga pintu. Keliatannya setan tapi mereka sangat sopan..mereka ini adalah tentara kami dari suku Romos..Nanti bapak jelaskan lebih detil lagi..ayok ikut bapak saja" ucap Pak Hasbulah dengan tenang.

"Mereka tidak apa apa?" Kataku dengan suara pelan.

"Ndak..mereka sangat Baik, ayok"

Aku dan Rini berjalan dibelakang Pak Hasbulah. Rini terus memegangi lenganku dengan erat.

Ketika sudah berada didepan pintu, kedua penjaga berwajah setan itu menundukkan kepala dan mempersilahkan kita masuk kedalam ruangan.

Dengan gerakan langkah yang cepat aku masuk kedalam, pak Hasbulah tersenyum melihat kelakuan kita.

"Silahkan tunggu didalam..kami akan menunggu ditempat lain" ucap Rutrut kepada Pak Hasbulah.

ketika masuk, yang pertama kami Alami adalah udara yang sejuk sepertinya ruangan itu mempunyai sistim pendingin yang canggih. Bau ruangan itu sangat harum, berbagai tipe kursi disediakan disana"

...>>>>>>...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!