kalau sudah begini,terus?

Pada Bulan itu semua berjalan normal hingga pada ahir minggu bulan berikutnya aku dikejutkan karena mendapatkan sebuah kejadian tak terduga dan sekaligus sungguh menyedihkan.

Rini kudapatkan sedang meringkik dipojok kamarnya menangis. Ia memegangi tangan kanannya. Ketika aku pegang ia menjadi kesakitan. Pundaknya ada warna biru gelap dan membengkak.

"Rin! Kenapa??!"

Adikku tidak menjawab, ia hanya menangis. Pelan pelan aku dudukkan dirinya dan kuusap rambutnya yang menutupi wajah.

"Ayok aku antar kamu kerumah sakit, kamu ceritakan nanti. Kita harus kedokter sekarang, aduuh kenapa kamu Rin?"

Setelah menunggu lima belas menit, mobil Grab ahirnya tiba. Dengan pertolongan driver aku menaikkan Rini kedalam Mobil.

"Ayok pak kita kerumah sakit ,cepat ya"

"Siap..kita berangkat" jawab sang driver.

Selain sakit dipundak, kini suhu tubuh Rini tiba tiba memanas, Namun anehnya ia menggigil seperti kedinginan. Aah..Ada apa yang terjadi?

"Sabar ya Rin, kita sudah menuju kerumah sakit" aku mencoba menenangkan, meskipun demikian aku tau Rini sedalam keadaan sakit yang amat sangat. Aku liat ia menahan tangisnya, wajahnya pucat dan bibirnya gemetar.

®®®®

"Selamat siang saya dokter Anton, mas kakanya pasien yang baru masuk?" Tanya seorang laki laki paruh baya.

"Oh ya dok, Saya kaka satu satunya bagaimana dok?"

"Adikmu harus tinggal disini dan kita akan melakukan operasi. Ternyata ada urat yang putus didaerah ketiak dan pundaknya. Jatuh kah dia?"

"Aduh saya tidak tau ya..waktu saya pulang kerumah mendapatkan adik saya menangis dan satu tangannya bengkak"

"Itulah..Jadi empat urat syaraf disekeliling lengan atas putus dan kita harus segera adakan operasi. Cukup berat operasinya, adikmu harus diam dirumah sakit selama 2 hari"

"Ya Allah! Ko bisa putus ya?"

"Nampaknya ia terjatuh, dan ketika terjatuh secara refleks tangan kanannya mencoba menahan tubuhnya. Namun tidak kuat, ketika menahan itu empat urat syarafnya putus"

"Bisa saya bicara dengan adik saya?"

"Boleh silahkan..sementara ini kita berikan dia injeksi agar tidak terasa sakit dipundaknya. Orang tuanya akan kesini?"

"Hmm..mereka diluar Kota saat ini, tidak apa apa..biar saya saja yang bertanggung jawab"

"Baiklah silahkan anda masuk, Mohon diisi urusan administrasinya dikounter setelah bertemu dengan adiknya ya"

"Terima kasih dok, Iya akan saya isi setelah bertemu dengan adik saya"

Bergegas aku masuk kedalam kamar rawat inap, sukur lah didalam kamar rawat inap hanya ada 2 pasien yg bersama sama jadi tidak terlalu banyak orang.

"Hai Rin, aku disini"

Tiba tiba Rini menangis dan memeluk tubuhku.

"Aduuh..sakit"

"Ya sudah jangan banyak gerak ya, Kata dokter urat syarafmu putus..Hari ini kamu akan dioperasi dan nginep disini 2 malam ya"

"Ya Allah..mas Gandung jangan kemana mana jagain Rini diluar ya"

Aku menganggukan kepala, tidak lama 2 orang suster masuk dan membawa Rini masuk keruang operasi.

"Jangan takut, aku disini terus jagain kamu, cepat sembuh ya" ucapnya sambil mengelus pipinya.

®®®®

"Halo ayah, aku dirumah sakit"

"Lho ko dirumah sakit? Kamu sakit apa?" seperti biasa suara ayah datar tidak ada sedikitpun rasa kawatir hanya suara basa basi saja.

"Bukan aku..tapi Rini, dia jatuh dan putus syaraf tangannya. Hari ini dioperasi kata dokter akan dirawat 2 hari disini"

"Hmm kalo gitu ayah akan kirimkan wang untuk biaya operasi"

"Kapan ayah akan kembali pulang dari luar kota?"

"Kemungkinan lusa, minta rekening bank rumah sakit nanti ayah transfer kesana"

Aku kaget ayah tidak menanyakan sedikitpun atau punya rasa cemas tentang keadaan anaknya, dengan mudah ia katakan akan kirim wang dan itu saja. Kelakuan ayah memang sudah jauh berbeda, semuanya hanya tentang bisnis. Lalu kemanakah bu Siti waktu kecelakaan itu berlangsung??

Hari itu aku tidak pulang kerumah, aku akan tetap disini sampai adikku diperbolehkan pulang. Pikiranku melayang tidak karuan..kenapa bisa sampai terjadi hal itu?

®®®®

Ternyata ayah tidak kembali dari luar kota dalam waktu beberapa hari kemudian. Dan sedihnya, Rini harus dirawat dirumah secara intensip mungkin untuk beberapa bulan kedepan. Sebuah kain pembalut menutupi hasil operasi dan kini Rini harus memakai gantungan tangan.

Aneh sekali, bu Siti dan ayah nampaknya cuek saja. Ayah hanya menanyakan kesehatan Rini lain tidak sepertinya ia lebih konsen kepada telephone bisnis yang berdering terus menerus.

Bu Siti apa lagi..sedikitpun ia tidak kawatir, bahkan ia sibuk dengan shopping dan bergaya. Ada apakah dengan mereka? Mengapa mereka begitu cuek dengan keadaan kita?

Satu malam ketika kedua orang tuaku tidak dirumah aku menyempatkan ajukan beberapa pertanyaan ke Rini

"Hai..masih sakit ya tangannya?"

"Lumayan mas, mungkin obatnya sudah mulai hilang,sekarang yang ada hanya agak sakit"

"Ya sabar aja ya Rin, aku disini ko..sengaja aku ga kuliah dulu biar tungguin kamu agak sehat. Rin, kamu mau cerita keaku kejadiannya?"

Rini tidak langsung menjawab, ia justru menengok kearah lemari pakaian. Ia menarik nafas dalam dalam. Rini kemudian menoleh kearahku seraya tangan kirimnya memegang tanganku.

"Mas tidak usah marah ya, Rini akan ceritakan semuanya...janji ya mas"

"Ceritakan saja Rin supaya aku tau bagaimana kejadiannya"

"Siang itu ketika mas ga dirumah, tiba tiba bu Siti masuk kamar ini. Dia seperti biasa marah marah, masih sama dengan hal yang dulu dia ributkan. Dia mau periksa tas dan lemariku, dia yakin aku menyimpan beberapa perhiasan yang katanya hilang"

"lho kan dulu sudah dibilang bahwa kamu tidak mengambilnya..lagian ngapain dia pake masuk kesini?!" suaranya mulai naik.

"Mas..kalem dong..Rini mau cerita nih, aku males ah kalo mas Gandung marah marah gitu"

"Ya okelah, teruskan Rin"

"Ya selanjutnya aku ga kasih dong dia periksa periksa apalagi lemari itu kan ada beberapa barang ibu seperti peninggalan tusuk konde, selendang dan lainnya. Tapi dia maksa masuk kesini...kita sampe saling dorong, tanpa sadar tiba tiba dia nampar pipiku! Kali ini aku sudah ga kuat lagi, aku mendorong dia. Mungkin dia ngamuk, langsung dia bangun dan mendorong aku keluar kamar"

"Kurang ajar!" Kataku menggerutu kesal.

Nah diluar kamar, aku berusaha menarik dia keluar tapi entah kenapa dia sudah kesetanan..aku terus dorong sampe ujung tangga kebawah. Aku tergelincir dan glundung kebawah lantai"

"Ya Allah!" aku berteriak.

"Nah waktu aku sampai bawah itu tangan kananku mencoba menahan diriku yang jatuh. Disitulah terjadinya, tanganku ga kuat menahan jatuhnya aku dan mungkin itulah kejadian putusnya urat uratku" Rini ga kuasa, ia menutup wajahnya dengan tangan kiri dan menangis.

"Biadab! Terus dia bagaimana lihat kamu jatuh?"

"Aku ga liat lagi, karena tiba tiba tubuhku Kaku dan sakit yang amat sangat dipundakku"

Aku mengepal tanganku dengan keras, marahku memuncak. Ini tidak bisa dibiarkan, aku harus bicara dengan ayah. Malam ini juga.

"Mas, jangan buat kegaduhan ya"

...>>>>>...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!