Susuk Ibu (Setiap Perbuatan Ada Balasannya)
"Tolong, tolong," teriak seorang perempuan yang diseret oleh seorang lelaki berjubah hitam.
Wanita itu tampak mengesot mundur karena seretan yang begitu kuat. Wanita tersebut kemudian dimasukkan ke dalam ruangan di sebuah rumah besar. Ruangan yang penuh dengan barang-barang persembahan dan pemujaan.
Laki-laki itu kemudian membuka jubahnya.
Seolah mengenali sosok berjubah hitam yang menyeretnya, perempuan itu menangis histeris. “Saya salah apa, Pak. Tolong, jangan sakiti saya.”
Tanpa iba lelaki itu membuat beberapa sayatan di tubuh perempuan.
"Arrrggghhh," suara wanita itu melemas dan perlahan menghilang kala darahnya mengucur deras.
Darah yang mengalir deras itu pun ditadahkan ke dalam dua wadah yang berbeda. Satu wadah berwarna emas, dan satu wadah lagi berbentuk menyerupai botol. Selesai menguras seluruh darahnya, dikuburkannya jasad perempuan tersebut di halaman belakang rumah.
###
Beberapa minggu kemudian, di suatu kantor desain interior.
“Selamat ya, Vina, kamu bisa mulai bekerja hari ini dan saya harap kamu bisa cepat beradaptasi di sini,” ucap Arno, CEO kantor tempat Vina akan bekerja.
“Terima kasih, Pak Arno, saya akan bekerja giat untuk kantor Bapak,” ucap Vina, anak baru di kantor Arno.
“Oh iya, kamu orang Jawa ‘kan Vin? Tanya Arno seolah tampak memastikan suku dari karyawan barunya itu.
Vina menganggukkan kepalanya dan tersenyum. “Benar, Pak. Saya orang Jawa.”
Arno kemudian mengantarkan Vina menuju meja kerjanya, yang bersebelahan dengan meja Ogen. Arno meminta Ogen, salah satu karyawannya yang sudah 3 tahun ini bekerja di kantornya, untuk mengajari Vina tentang tugas dan tanggung jawabnya. Ogen dan Vina pun saling berkenalan dan mereka mulai saling mengobrol. Ogen dengan ramah memberitahu dan mengajari Vina segala hal tentang detail tugas dan pekerjaannya.
“Jangan kaget ya kalau akan sering lembur,” ucap Ogen tertawa.
“Pak Arno sudah bilang dari awal kok, aku sudah siap lembur,” jawab Vina tenang.
Seolah Ogen ingin mengatakan sesuatu pada rekan barunya, namun ia mengurungkan niatnya.
Kantor Arno yang bergerak dalam bidang desain interior, memang hanya terdiri dari 2 lantai, namun cukup luas dan desain setiap sudutnya begitu artistik. Dari mulai pintu gerbang kantor, ruang khusus konsultasi klien, ruang kerja, hingga bagian dapur, banyak ditemui spot foto yang menarik dan cantik. Ya, karena Arno adalah seorang arsitek yang saat ini tengah berusia 44 tahun. Semenjak ayahnya meninggal, dia lah yang mengambil alih kepemimpinan kantor ayahnya yang juga seorang arsitek.
Di hari pertamanya bekerja, Vina mulai lembur sesuai peraturan yang telah ia sanggupi saat tanda tangan kontrak, bahwa dalam 1 minggu akan ada 2 hingga 3 kali lembur. Jadwal pulang kantor yang semula pukul 5 sore, akan menjadi maksimal pukul 7 malam jika karyawan sedang mendapat jatah lembur. Klien Arno yang lumayan banyak, sedangkan staf karyawan yang hanya 15 orang, memang memaksanya untuk menerapkan aturan ini, sehingga ia hanya menerima karyawan yang bersedia lembur.
Ogen yang akan pulang kantor karena sedang tak ada jatah lembur, berpamitan pada Vina.
“Semua data kamu masukkan Excel seperti yang sudah aku ajari tadi ya, kalau ada kesulitan kamu bisa hubungi aku atau minta bantuan teman-teman yang juga sedang lembur, mereka semua baik kok,” ucap Ogen menunjuk 2 karyawan lain yang sedang lembur, kemudian bersiap meninggalkan kantor.
Vina pun mengangguk dan mengucapkan terima kasih pada Ogen yang begitu sabar mengajarinya.
“Aku harus cepat menyeleseikan semua ini biar nggak sampai jam 7 sudah pulang,” gumam Vina lirih.
Ia melihat meja kanan kiri depan belakangnya sudah kosong, hanya ada 3 orang karyawan termasuk dirinya yang sedang lembur. Vina pun kembali mulai bekerja agar pekerjaannya cepat terseleseikan. Namun, tiba-tiba, ada yang memanggil namanya berkali-kali dalam jeda waktu 1 menit sekali selama 3 kali.
Vin.
Vina kembali menoleh ke sekeliling ruangan kerjanya, ia hanya melihat 2 orang karyawan yang sedang fokus di depan laptopnya masing-masing.
Melihat Vina yang tengah kebingunan, salah seorang karyawan menghampirinya. “Kalau ada suara-suara nggak jelas, abaikan aja. Mereka memang suka iseng.”
Sekian menit kemudian, terdengar suara itu lagi, namun kali ini tak memanggil namanya.
Pulang.
Vina mulai tak fokus mendegar suara aneh itu. Karena sudah masuk waktu sholat magribh, Vina memutuskan untuk pergi ke mushola kantor yang berada ujung di lantai 1. Lega rasanya ketika ia melihat ada 1 karyawan lain yang tengah duduk masih memakai mukena, setidaknya ia tidak sendiri di lantai yang sepi ini. 6 menit kemudian, Vina yang telah selesai sholat, tidak melihat siapa pun di mushola, ia juga merasa tak ada yang melewatinya, padahal Vina sholat berada di barisan paling belakang.
“Ah, mungkin dia lewat sewaktu aku sujud tadi,” gumamnya lirih.
Selesai sholat, Vina melanjutkan pekerjaannya. Sekitar 20 menit kemudian, pekerjaannya selesai hingga ia memutuskan untuk pulang. Teman Vina yang lain juga sudah bersiap untuk meninggalkan kantor.
“Kalau sudah selesai saya matikan ya, Mbak,” ucap salah seorang OB kantor.
Saat akan keluar lobi, Vina berpapasan dengan seorang lelaki berkemeja yang baru saja memasuki lobi, padahal jelas-jelas OB sudah mulai mematikan semua lampu.
###
Keesokan harinya, Vina masih memikirkan kejadian saat lembur kemarin. Ia memberanikan diri bertanya pada Ogen, karena Vina cukup nyaman mengobrol dengannya. Menurut Vina, hal ini pasti bukan hal yang baru untuk mereka para karyawan lama di kantor ini.
“Iya, memang kita sudah biasa dipanggil-panggil, itu yang mau aku bilang kemarin tapi aku takut kamu malah parno. Lupakan, iseng aja mereka, mungkin perkenalan,” jawab Ogen jujur.
“Tau nggak, malah kadang ada yang lebih parah dari itu,” lanjut Ogen menakut-nakuti Vina.
“Contohnya?” taya Vina semakin penasaran.
“Ada yang melihat karyawan lembur 4 orang, padahal sebenarnya cuma 3 orang. Kalau kamu, lihat ada berapa orang yang lembur kemarin?” tanya Ogen serius.
“3 ‘kan?” ucap Vina ragu.
Ogen memasang muka ketakutan dan mendekatkan wajahnya pada Vina. “Betuuul!”
Vina yang mulai ikut ketakutan melihat mimik wajah Ogen pun dibuat kesal oleh temannya itu. Ogen tertawa puas melihat ekspresi muka Vina yang panik. “Sori, Vin. Bercanda. Jangan serius-serius kenapa sih?”
“Lagian kalau ada apa-apa, kamu bisa lari tuh ke sana ke rumah Pak Arno, kan rumahnya tetanggaan sama kantor kita, ya iya orang dia yang punya,” lanjut Ogen.
“Tapi, Gen, selain ada 2 orang yang sedang lembur kemarin di ruangan ini dan 1 OB, aku lihat 1 orang lagi, laki-laki pakai kemeja jalan masuk ke lobi, padahal jelas-jelas sama OB lampu sudah mulai dimatikan. Aku masih sadar loh kemarin, belum ngantuk.” Vina meyakinkan Ogen pada apa yang dilihatnya semalam.
Ogen tampak berpikir serius.
“Masak sih? Apa iya?” Ogen kembali memasang muka bercandanya.
Vina menatap Ogen dengan kesal karena tak mau mempercayainya. Padahal, Vina benar-benar tak salah melihat lelaki itu. Karena penasaran, Vina mencari OB yang bertugas semalam untuk menanyakan hal ini.
“Nggak ada yang masuk lagi tuh, Mbak, ‘kan kemarin mbak bertiga sama temennya yang terakhir pulang, pas saya izin mau matikan lampu.”
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
Allenn
Vina
2024-09-04
1
Amelia
aku mampir Thor... salam kenal 🙏❤️
2024-08-28
1
Amelia
perkenalkan yang mengesankan....🤭🤭
2024-08-28
1