Rumah Arno

“Aauuw!” Apa sih ini?” kesal Vina karena kakinya tertusuk sesuatu.

Vina mengambil benda semacam jarum berwarna emas. Ia tampak memperhatikan benda tersebut yang tiba-tiba mengenai kakinya yang sedang tak memakai alas kaki. “Paku atau apa ya ini? Jarum tapi kok nggak ada lubangnya.”

Vina membawanya menuju meja kerjanya sambil terus mengamati benda tersebut dan memikirkan bagaimana bisa jarum yang tergeletak itu bisa setengah menusuk telapak kakinya.

“Hoiii!” teriak Ogen mengagetkan Vina.

“Kamu memang senior ya, Gen, tapi bukan berarti aku nggak bisa kesel terus marahi kamu!” tegur Vina yang tak suka dikagetkan.

“Sori, Vin bercanda. Eh apa ini?” tanya Ogen merebut jarum yang berada di tangan Vina.

“Astaga Vina! Kamu main begituan?” lanjut Ogen sedikit bernada tinggi.

Vina yang tengah terkejut dengan suara keras Ogen, meminta untuk mengecilkan volume suaranya. Lalu ia bertanya apa maksud Ogen yang seolah tahu apa sebenarnya benda itu. Ogen kemudian membisikkan sesuatu pada Vina.

“Ha?!” teriak Vina terkejut mendengar bisikan Ogen.

Sontak Ogen mengintrogasi mengapa benda yang ternyata adalah susuk jarum emas tersebut bisa ada pada temannya itu.

Vina kemudian menjelaskan bahwa ia menemukannya di pintu lobi saat dirinya tengah mengeluarkan kerikil dari sepatunya, dan entah mengapa, jarum itu bisa menusuk kakinya.

Obrolan mereka seketika berhenti ketika salah satu karyawan laki-laki senior menghampiri mereka. Karyawan tersebut harus segera berangkat menuju bandara sehingga meminta tolong Vina untuk menyampaikan berkas pada Arno jika beliau nanti datang ke kantor. “Pak Arno akan datang ke kantor lebih siang atau mungkin agak sore, karena sedang ada urusan di luar, jadi aku titip berkas ini ya. Andai nanti Pak Arno belum datang juga ke kantor saat kamu mau pulang, antarkan saja ke rumahnya karena Pak Arno butuh berkas ini hari ini juga.”

Vina mengangguk mengerti karena hari ini dia juga akan lembur.

###

Sampai sore hari, Arno tak kunjung datang ke kantor. Vina juga telah meminta Ogen untuk menanyakan kedatangan bosnya itu. Sayangnya, pesan Ogen tak kunjung dibalas.

Vina yang sedang lembur, sengaja masih menunggu Arno datang ke kantor. Hingga menjelang magribh, pekerjaan Vina selesai lebih awal. Ia memutuskan untuk sholat magribh terlebih dahulu kemudian segera mengantarkan berkas ke rumah Arno.

Vina tidak menemukan hal-hal mengerikan lagi saat lembur hari ini. Ia juga tak melihat sosok perempuan yang duduk memakai mukena putih seperti saat itu. Selesai menyeleseikan ibadahnya, Vina segera berjalan menuju rumah Arno sesuai petunjuk Ogen.

Terdapat pintu koneksi di samping kantor yang terhubung dengan halaman samping rumah Arno. Begitu membuka pintu, Vina seakan takjud dengan rumah bosnya yang begitu luas. Ia terus berjalan mencari pintu utama agar tak disangka maling.

Seakan rumah itu hanya memiliki jendela kaca namun tak memiliki pintu, Vina begitu kesulitan menemukannya. Entah sudah berapa menit ia mengelilingi halaman rumah. Kakinya mulai pegal karena tak juga menemukan pintu yang bisa ia ketuk. Hingga ia berniat memanggil seorang wanita paruh baya berambut panjang yang sedang berjalan di dalam rumah dengan tatapan lurus ke depan.

“Vin.” Seseorang menepuk bahunya dan memanggil namanya.

Vina sontak membalikkan badannya dan seketika ia merasakan kelegaan yang luar biasa.

“Pak Arno. Saya dari tadi mencari pintu rumah Bapak tapi tidak ketemu. Maklum, Pak, saya tidak pernah berkunjung ke rumah orang kaya yang elit seperti ini,” lapor Vina yang tengah kebingungan.

Arno tersenyum dan meminta berkas yang dibawa Vina. "Maaf ya saya masih ada urusan tadi, baru saja saya sampai kantor tapi ternyata berkasnya sudah sama kamu."

Kemudian, Vina berpamitan pada bosnya dan berjalan ke luar halaman melalui pintu gerbang rumah, sesuai arahan Arno dan saat keluar gerbang, ia lega karena tugas hari ini telah selesai, sehingga ia bisa pulang lebih cepat dari saat lembur seperti biasanya.

“Andai nggak ke rumah Pak Arno dulu, aku udah pulang dari magribh tadi,” ucap Vina sembari mengeluarkan ponselnya untuk melihat waktu.

Tiba-tiba, Vina menghentikan langkahnya setelah melihat jam menunjukkan pukul 20.15.

“Perasaan aku tadi selesai sholat masih jam 17.55, masa iya aku muter-muter di rumah Pak Arno sampai dua jam lebih, kayaknya tadi cuma 10 menitan,” gumamnya heran karena begitu cepat waktu berlalu.

Sementara itu, Arno yang baru menerima berkas dari Vina, bergegas masuk ke dalam rumahnya, dan menuju ke kamar sang ibu. Seperti biasa, setiap Arno sampai rumah, ia tak pernah absen untuk selalu melihat keadaan ibunya yang terbaring lemah selama bertahun-tahun. Arno tampak memperhatikan tubuh sang ibu yang sudah tinggal tulang dilapisi kulit, tapi tubuh dan wajahnya seakan masih segar. Entah sampai kapan ibunya akan sembuh dan bisa berjalan lagi.

“Ibu sabar ya, Arno sudah menemukan orangnya yang akan membantu ibu, hanya saja, Arno butuh waktu agar tidak ada yang curiga.”

###

Keesokan paginya, Vina tiba-tiba meriang dan tak sanggup untuk berangkat ke kantor. Badannya juga lemas dan pegal-pegal, padahal ia tak pernah melakukan akifitas berat. Ia pun menghubungi Ogen untuk menyampaikan izin tidak masuk kerja pada Arno.

10 menit kemudian, ponselnya berdering yang ia pikir balasan pesan dari Ogen.

“Vina, Ini saya, Arno. Kata Ogen kamu meriang ya? Minum air garam, jangan lupa bacakan doa kemudian tiupkan pada airnya.”

Vina tampak mencerna kata-kata dari bosnya itu, dan memutuskan untuk melakukan saran yang disampaikan Arno. Ia menyiapkan segelas air garam yang telah dibacakan doa-doa menurut kepercayaannya, kemudianya meminumnya. Vina merasakan keanehan dalam tubuhnya. Ia yang masih lemas bahkan tak kuat duduk lama, tiba-tiba merasa badannya segar kembali seperti tak sedang sakit.

“Kok aneh?” gumamnya lirih.

Selama ini yang ia tahu, air garam yang dibacakan doa adalah untuk mengusir sesuatu yang tak baik, bukan untuk sakit demam seperti yang ia rasakan saat ini. Antara tak ingin ambil pusing namun ia merasa memang ada yang harus dipikirkan. Vina yang berusaha cuek pun terpaksa berpikir tentang keanehan-keanehan lainnya yang ia temui sejak bekerja di kantor Arno.

...****************...

Terpopuler

Comments

Zuhril Witanto

Zuhril Witanto

kayaknya emang sengaja ya jarum itu di pasang

2024-04-26

1

neng ade

neng ade

Alhamdulillah.. Vina bisa sembuh dngn air garam yg di bacakan do'a.. apa yg. sebenarnya terjadi sm ibu nya Arno

2024-02-07

1

Syahrudin Denilo

Syahrudin Denilo

hayoo diapain tu

2024-02-03

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!