Apakah Hanya Aku

“Woho, si Vina. Aku merasa kehilanganmu 1 hari,” sapa Ogen yang sudah tiba di kantor lebih dulu.

Vina tak merespon Ogen. Ia ingin menceritakan keanehan yang ia alami beberapa hari ini. Namun, Ogen yang terlalu banyak bercanda membuat Vina enggan untuk membuang waktu. Baginya, hal ini hanya akan membuatnya kesal.

“Vin, ada masalah?” tanya Ogen yang merasa Vina aneh hari ini.

Vina menghela nafas. “Ada. Aku punya teman kerja yang resek!”

Ogen tertawa mendengar jawaban Vina. Mimik mukanya tampak serius. “Vin, yakin tidak ada apa-apa?”

Vina hanya melengos mendengar pertanyaan Ogen karena tak ingin dikerjai lagi. Vina juga mengatakan kalau pun dirinya sedang ada masalah, sepertinya Ogen bukan lah teman yang tepat untuk diajak bercerita soal ini. “Orang seperti kamu mana paham soal beginian, yang ada hanya akan menganggap sepele.”

Mendengar nada bicara Vina yang berbeda dari biasanya, Ogen merasa tak enak hati. Ia pun berjanji tak akan bercanda bila Vina ingin bercerita tentang masalahnya. Ogen terus memaksa Vina yang tetap tak mau bercerita.

Melihat Ogen yang terus-terusan mengganggunya, Vina akhirnya mau bercerita. Ia menceritakan kejadian 2 hari lalu saat dirinya tengah mengantar berkas ke rumah Arno. Ia juga mengatakan tentang saran Arno saat dirinya sakit. Tak lupa, ia juga menceritakan kembali tentang hal-hal menakutkan yang ia alami sejak hari pertama di kantor ini. Mulai dari ada yang memanggil-manggil namanya, menemui sesorang wanita bermukena putih namun tiba-tiba tak ada, berpapasan dengan lelaki yang akan masuk kantor, hingga jarum susuk yang ia temukan.

Ogen pun kali ini tampak serius menanggapi cerita rekannya. Ia berusaha menenangkan pikiran Vina agar tak berpikir macam-macam. Apalagi, yang dialami Vina bukan lah hal yang mengancam nyawanya seperti kesurupan bahkan teror pembunuhan.

Mengingat tentang rumah Arno kemarin, jiwa penasaran Vina bergejolak. “Pak Arno sudah menikah?”

“Belum, beliau hanya tinggal bersama ibunya yang sakit dan 2 ART,” jelas Ogen.

“Ibunya sakit apa?” Vina semakin ingin tahu.

“Dengar-dengar sih ibunya lumpuh selama bertahun-tahun dan hanya bisa berbaring,” jawab Ogen membuat Vina semakin ingin tahu siapa orang yang ia lihat sedang berjalan di dalam rumah waktu itu.

“ART nya berambut panjang?” tanya Vina lagi yang membuat Ogen tertawa terbahak-bahak.

“Kepo, wartawan ya? Orang ART nya 1 laki-laki jelas rambutnya pendek lah, yang satunya lagi perempuan namanya mbak Wati, rambutnya kayak polwan.” Jawaban Ogen membuat Vina takut, karena yang ia lihat adalah wanita paruh baya berambut panjang.

Ogen menambahkan, bila ingin tahu ibu dari bosnya itu, Vina bisa melihat fotonya di ruangan kerja Arno.

 ###

Vina yang menolak makan siang di luar bersama teman-temannya, memilih untuk membuat mi instan di dapur kantor. Tak lupa, Ogen mengejeknya. Vina pun tak peduli dengan rekan kerjanya yang memang suka bercanda itu.

“Buat mi ya, Mbak?” tanya seorang laki-laki di dapur yang mengagetkan Vina.

Vina sontak membalikkan badannya melihat sumber suara itu. Hatinya lega ketika mengetahui lelaki itu adalah OB. Vina mengangguk. “Iya, Mas.”

Vina kembali membalikkan badannya untuk melanjutkan meniriskan mi yang sudah direbus.

“Nggak makan di luar, Mbak?” tanya OB itu lagi.

“Lagi pengen mi instan, Mas. Mas nggak istirahat dulu?” Vina berbalik bertanya.

“Saya istirahat kalau karyawan sudah kembali kerja, Mbak,” jawab OB tersebut sembari mengembalikan sapu ke tempatnya.

Melihat Ogen yang sepertinya tak pernah mengalami apa yang ia alami, terbesit dalam pikirannya untuk bertanya kepada OB tersebut apakah dia juga mengalaminya. Ia penasaran apakah hanya dirinya saja yang merasa aneh di kantor ini. Vina pun meminta OB tersebut duduk dan menawarkan makan padanya, namun OB itu menolak. Dia hanya duduk dan mulai merespon percakapan Vina.

“Mas ‘kan selalu pulang jam 7 malam, setelah semua karyawan yang lembur pulang, pernah nggak menemui hal aneh atau yang menyeramkan di sini?” Vina tak ingin berbasa-basi.

“Ya paling dulu pernah melihat anak kecil tapi jalannya mundur, dan suara laki-laki yang sedang berjalan, padahal tidak ada siapa-siapa, ada yang suka panggil-panggil juga. Pernah juga saya melihat perempuan yang saya pikir dia adalah karyawan di sini, tapi pas saya kejar ternyata tidak ada siapa-siapa. Lalu saya juga pernah melihat ibu-ibu memakai mukena tapi sepertinya bukan pekerja di kantor ini, saya juga tidak tahu siapa,” jawab OB tersebut dengan tertawa.

Seketika Vina teringat akan ibu bermukena putih yang ia temui waktu itu. Berarti benar jika yang dilihatnya tiba-tiba menghilang. Anehnya, ia tak menemuinya lagi di mushola setelah itu. Vina juga tak mendengar lagi suara orang yang memanggil-manggil namanya. Apa memang mereka hanya menunjukkan 1 kali saja?

“Tapi ya itu ‘kan biasa saja, karena di setiap tempat pasti ada hal-hal seperti itu.” OB itu melanjutkan percakapannya.

OB tersebut juga mengingatkan Vina agar tak khawatir dan takut, asal kita tidak berbuat macam-macam. Setiap bangunan, pasti ada penunggunya. Selama mereka tidak mencelakai kita, tidak perlu takut, karena mereka hanya menunjukkan eksistensinya saja.

Setelah mereka berbincang sembari menemani Vina makan, OB tersebut berpamitan untuk kembali bekerja.

Mendengar keterangan dari OB, ia yakin bahwa memang laki-laki berkemeja dan ibu bermukena yang dilihatnya bukan manusia. Vina pun enggan memikirkannya, seperti yang dikatakan oleh OB tadi bahwa mereka tak menganggu kita, hanya ingin menunjukkan keberadaannya saja. Hanya saja, ia masih penasaran soal rumah Arno yang membuatnya berkeliling hingga dua jam lebih, juga tentang meriang yang sembuh dengan air garam. Terlebih, Arno sendiri yang memintanya. Seolah Arno sudah menyiapkan hal itu jika ada orang yang sakit ketika baru saja dari rumahnya.

“Ada apa memangnya di rumahnya?” ucapnya dalam hati.

###

Sore hari, Vina sedikit terlambat pulang ke kantor walaupun tak sedang mendapat jatah lembur. Sore ini semua karyawan sedang menghadiri rapat bulanan yang tak bisa selesai tepat waktu. Hari sudah menjelang magribh, Ogen mengajak Vina keluar kantor bersama karena sekalian meletakkan berkas di ruang konsultasi klien di lantai 2.

“Aduh duh mules, bentar titip ya.” Ogen izin ke toilet sembari menyerahkan berkas yang dibawanya pada Vina.

Agar tak pulang semakin malam, Vina membantu Ogen meletakkan berkasnya ke ruang konsultasi.

“Dek, jangan lari-lari, ayo keluar, jangan bermain di dalam ruangan,” perintah Vina pada 2 anak yang sedang berkejar-kejaran di ruang konsultasi.

Ogen yang berjalan dari toilet, menegur Vina yang tampak berbicara sendiri.

“Itu anak klien ya, kok bisa masuk ruangan sih, mana orang tuanya, mana lari-larinya mundur lagi aneh banget,” ucap Vina kesal.

Ogen yang masih berdiri di tempat, memandangi Vina.” Vin, siapa yang kamu maksud? Tidak ada anak-anak kecil yang aku lihat dari tadi.”

Raut muka Vina seakan berubah mendengar ucapan Ogen. Ia membeku. Ogen yang ikut merinding, segera mengajak Vina keluar dari kantor dan mengantarnya pulang ke kos.

...****************...

Terpopuler

Comments

neng ade

neng ade

serem amat .. bikin merinding. juga tapi penssaran

2024-02-07

1

𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕💕

𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕💕

apa Vina yg jadi tumbal jadi dia aja yg di ganggu ya 🤔🤔🤔

2023-12-19

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!