Mengambil Keputusan

Melihat kegelisahan Vina, Anita juga menjadi ikut khawatir. Ia melihat ke arah jendela. Benar saja, ada seseorang yang terburu-buru pergi dari rumahnya setelah menguping pembicaraan mereka.

Anita kemudian meminta Vina untuk tinggal di pesantren yang sama dengannya dahulu, untuk sementara waktu. “Aku kenal baik dengan ustadzah di sana, nanti aku antar kamu ke sana ya sama adikku juga biar aman, dia punya beberapa anak buah. Sebentar lagi dia ke sini."

Anita juga meminta Vina dan Ogen segera membuat surat pengunduran diri dan dikirim ke kantor, tanpa perlu mereka ke sana. Anita meminta mereka melakukan hal yang sama dengan yang ia lakukan dahulu agar keamanan Ogen dan Vina terjamin. Anita juga menyarankan Ogen untuk tinggal bersama omnya sementara waktu, karena di sana lebih aman.

Ogen menyela ucapan Anita. Ia masih ingin membahas soal sikap Arno yang seperti sulit ditebak. Ia masih tak paham mengapa Arno justru melanjutkan pemujaan yang dilakukan sang ibu, padahal dia sendiri yang telah menghancurkan barang-barang persembahan pesugihan saat itu.

Anita menghela nafas panjang karena banyak yang memang harus diceritakannya. “Awalnya memang Arno sepakat dengan Dimas dan dia juga tidak setuju jika kantornya berjalan karena pesugihan. Arno adalah seorang yang ambisius dengan ilmunya. Untuk itu, dia ingin menjalankan dan menyukseskan bisnis ayahnya dengan ilmu dan kemampuannya, bukan dengan bantuan jin. Makanya, saat pesugihan itu dihentikan paksa, kantor Arno kembali seperti semula. Hingga dia dibantu Dimas, bisa membangun lagi bisnis ayahnya itu. Mereka dengan susah payah membersihkan semuanya agar tak ada sisa dari pesugihan itu. Kliennya kembali ramai setelah 10 tahun terakhir.”

“Dia memang terlihat tak setuju dengan tindakan ibunya, tapi bukan berarti dia akan diam saja. Arno hanya membantu soal susuk ibunya, bukan pesugihannya. Dia pasti ingin menolong ibunya agar bisa kembali hidup normal. Caranya, dengan berkeliaran mencari tumbal. Iblis dan jin itu sudah berhasil menguasai Arno, sehingga dengan sadis ia mencelakai korbanya,” Anita menambahkan penjelasannya.

Selesai membahas dan tidak ada lagi yang ditanyakan Ogen dan Vina, Anita dan adiknya kemudian mengantar Ogen dan Vina pulang ke rumah Yusa untuk mengambil barang-barang Vina, dan mengantarkan Vina ke pesantren, juga menemani Ogen pulang ke rumah omnya, demi keamanan bersama.

Mereka pun bergegas pergi dari rumah Anita.

Selama perjalanan, Vina terus membayangkan Rayu. Batinnya seakan terus berbicara. Apakah perempuan berparas ayu yang pernah dilihatnya di kantor itu adalah Rayu. Ia seperti meminta Vina untuk pulang agar tak bernasib sama dengannya.

###

Saat kembali ke rumah Yusa, mereka sempat menceritakan sedikit apa yang diceritakan Anita. Ogen dan Vina menyarankan Yusa untuk ikut mengundurkan diri. Vina juga menceritakan bahwa ia akan tinggal di pesantren sementara waktu.

Yusa kemudian teringat akan percakapannya dengan Vina kala itu tentang mata batin. “Berarti mata batin kamu sebenarnya sudah berhasil ditutup, tapi memang mereka saja yang memerlihatkan dirinya pada kamu, Vin. Tujuannya selain agar mereka bisa dikuburkan dengan layak, mereka juga ingin mengingatkan akan keselamatan nyawa kamu. Karena kalau kamu tidak tahu soal mereka, kita juga tidak akan mengetahui hal sejauh ini tentang Pak Arno dan ibunya.”

Vina mengangguk setuju.

Anita pun menyarankan Yusa dan ibunya untuk pergi sementara dari rumah, sampai situasi membaik. Bukan apa-apa, semalam Yusa telah membantu Vina menggagalkan rencana Arno. Tentu, Arno tidak akan membiarkan begitu saja. Sehingga tidak menutup kemungkinan, Arno akan melakukan hal yang nekat pada Yusa.

Begitu juga dengan Ogen, yang sudah mengetahui seluk beluk permasalahan ini. Arno tidak akan membiarkan siapa pun mengetahui rencana dan aksi sadisnya. Sehingga ia juga harus tetap waspada.

Arno tidak akan mau nama perusahaannya buruk dengan perginya 3 karyawan sekaligus. Ini akan menjadi bahan obrolan di kantor dan lama kelamaan, berita masa lalu ini dan kejahatan Arno akan terungkap. Untuk itu, Arno pasti akan mencari mereka bertiga sebelum hal ini terjadi.

Mendengar penjelasan Anita, Yusa menjadi tak tenang, ia pun ikut Ogen dan Vina untuk membuat surat pengunduran diri.

“Kalau begitu nanti siang aku dan mama akan berangkat ke rumah oma di luar kota. Kebetulan, mama memang sudah lama ingin pulang,” ucap Yusa mantap.

Seisi rumah Yusa saling berpandangan dan mengangguk seakan setuju.

Selesai berbincang, Anita dan adiknya segera mengantar Vina ke pesantren dan mengawal Ogen pulang. Anita juga menawarkan pengawalan untuk Yusa, namun dia menolaknya dengan alasan tak mau merepotkan karena rumah omanya yang tidak begitu jauh.

Di tengah jalan, Anita membagi tugas pada anak buah adiknya, ada yang mengawal Ogen pulang, dan sisanya termasuk dirinya, akan mengantar Vina ke pesantren.

“Nanti aku hanya 1 minggu di sana ‘kan, Bu. Setelah aman, aku bisa pulang ke kampung halamanku?” Vina memastikan ia bisa segera menemui orang tuanya di rumah.

Anita mengangguk. “Tapi tunggu aba-aba dulu ya, jangan langsung pulang. Aku tidak bisa memastikan kapan situasinya akan membaik. Tapi, aku akan berusaha untuk menjaga kalian dan membereskan masalah ini secepat mungkin. Aku yakin Arno akan terus mencari kalian yang telah mengetahui rahasia ibunya.

Selang 40 menit berlalu, mereka sampai di pesantren tempat Anita pernah menginap dulu. Anita mengajak Vina menuju kantor untuk menemui ustadzah pengurus pesantren. Anita menceritakan alasan mengapa meminta Vina untuk tinggal di sini sementara waktu. Ustadzah pun menerima Vina dengan senang hati.

Setelah Vina bisa ditinggal, Anita pun kembali menuju rumahnya. Selama di perjalanan, ia justru memikirkan Ogen dan Yusa, karena ia yakin Vina akan baik-baik saja di sana. Perasaannya mulai tak jelas.

...****************...

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***