Mengancam Nyawa

Yusa bersiap-siap menuju ke rumah omanya, namun ia sendiri, karena mama dan pembantunya telah pergi lebih dahulu siang tadi. Ia baru selesai membereskan barang-barangnya, apalagi, Yusa akan segera mencari pekerjaan baru, tentu ia akan repot menyiapkan berkas-berkas yang diperlukan. Sehingga saat sore hari ia baru mulai berangkat.

Jalanan yang macet membuatnya masih ada di jalan selepas magribh. Padahal, saat magribh tiba, ia seharusnya sudah sampai di rumah omanya. Agar lebih cepat, Yusa mengambil jalan pintas melewati jalan tengah kuburan yang sepi. Jalanan ini biasa ia lewati saat setiap pulang ke rumah omanya.

Yusa tampak tenang karena yakin “teman”nya bisa menjaganya, meski pikiran tentang Arno terus menghantui otaknya.

Tiba-tiba, mobilnya dihadang oleh seorang laki-laki berjubah hitam. Yusa yang berusaha terus melajukan mobilnya pun menjadi tak fokus. Hingga laki-laki tersebut berhasil memecah kaca mobil Yusa dan menghentikannya. Yusa begitu kencang berteriak minta tolong.

Tak disangka, laki-laki berjubah hitam itu langsung menyeret Yusa keluar mobil. Yusa terus berteriak meminta tolong berharap ada warga yang segera menolongnya. Laki-laki itu membisikkan sesuatu pada Yusa. “Kamu harus mati.”

Dengan parangnya, lelaki itu menyayat sekujur tubuh Yusa hingga lemas dan jatuh tergulai. Darahnya berceceran memenuhi sebagian jalanan. Kemudian diambilnya ponsel dan dompet Yusa. Ia segera berlari menjauh, tanpa meninggalkan jejak.

Dari kejauhan, tampak 2 orang penduduk sekitar sedang mengamati mobil Yusa yang berhenti dan terbuka di tengah jalan.

“Apa itu? Ada kecelakaaan atau kenapa ya?” tanya salah seorang warga.

Warga yang lain mengajak untuk segera menghampiri mobil Yusa, setelah melihat Yusa yang tergeletak di jalanan. Mereka kemudian membawa Yusa ke rumah sakit terdekat agar segera mendapat pertolongan.

Sayangnya, saat tiba di IGD, Yusa sudah dinyatakan meninggal, bahkan sebelum mereka sampai di rumah sakit. Pihak rumah sakit melihat keanehan saat mengetahui tubuh Yusa yang penuh sayatan namun tak ada darah sedikitpun seakan lukanya mengering. Padahal jelas-jelas kejadiannya baru saja terjadi.

Warga dan pihak rumah sakit segera menghubungi pihak kepolisian karena mereka kesulitan menemukan identitas Yusa.

###

Sementara itu, Arno yang sedang berada di dalam ruangan khusus di rumahnya, tampak duduk bersila dengan tenang seperti sedang bersemedi. Ia memejamkan matanya dan tangannya bergerak-gerak di atas wadah berisi air. “Kamu harus menolong ibuku, Vina. Kamu lah yang akan mencukupi kekurangan darah ini. Ibuku akan kembali sehat setelah mendapatkan darah darimu.”

Vina yang berada di pesantren, tiba-tiba merasakan mual yang luar biasa. Ia berjalan sempoyongan sembari berteriak meminta pertolongan. Vina memuntahkan sedikit darahnya. Beruntung, ustadzah segera menolong Vina yang sudah pucat dan lemas lalu membawanya ke ruang kesehatan pondok, dibantu oleh anak-anak pondok.

Ustadzah yang sudah sempat meneruskan cerita dari Anita kala itu pada kyai, melaksanakan perintah kyai untuk meminta seluruh penghuni pondok berkumpul dan membaca doa serta melantunkan ayat-ayat Al Quran sebagai perlindungan untuk Vina.

###

Ogen menghubungi Yusa untuk menanyakan apakah ia sudah aman berada di rumah omanya. Anita juga memintanya untuk memastikan keadaan Yusa baik-baik saja. Ia lega setelah mendapat balasan dari Yusa.

“Aku sudah sampai di rumah Oma, Gen. Kamu di mana?”

Ogen pun menyampaikan pada Anita tentang keadaan Yusa. Tapi entah mengapa, perasaan Anita tetap tak tenang dan seperti ada yang mengganjal. Begitu pun dengan Ogen yang mulai khawatir akan dirinya sendiri. Anita kemudian menenangkan Ogen agar tidak berpikir macam-macam. Anita juga meminta Ogen untuk tetap berada di rumah omnya dan tidak kemana-mana.

Ogen juga menanyakan bagaimana kabar Vina yang saat ini tengah menjadi incaran utama. Anita terpaksa berbohong mengatakan bahwa Vina baik-baik saja, agar Ogen tak semakin khawatir. Karena ia baru saja mendapat laporan dari ustadzah, bahwa Vina mengalami apa yang ia alami dahulu, diserang tanpa bertemu. Setidaknya, Vina sudah berada di tempat yang tepat.

Saat masih berada dalam panggilan telepon dengan Ogen, ia mendengar suara Ogen yang berteriak histeris ketakutan.

“Gen, kenapa? Gen, kamu di mana, lihat apa? Ogen?”

...****************...

Sebelum ke bab selanjutnya, aku mau promo karya bagus nih.

Terpopuler

Comments

Syahrudin Denilo

Syahrudin Denilo

wih mantep nih tambah seru ceritanya lanjut thor makin panas
makin serem makin ngeri
cerita yang bagus

2024-02-05

1

naynay

naynay

ogen mati juga??

2024-01-31

1

Mama Jihan

Mama Jihan

Y Allah cerita bikin merinding ampe gk bisa komen baru sekarang ama yg tadi aja komen nya 😔

2024-01-18

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!