Mata Batin

Setelah Ogen mengantarkan Vina sampai di kosnya, ia tak lupa mengucapkan terima kasih pada temannya itu. Vina bergegas menaiki tangga menuju kamarnya. Suasana kosnya hari ini tak seperti biasanya yang selalu ramai. Hanya terdengar suara langkah kakinya di tempat itu.

Vina memelankan langkah kakinya kala ia mendengar suara anak kecil yang sedang berlarian. Ia pun seketika teringat akan kejadian sore tadi di kantornya. Ia bergegas berlari menuju kamarnya.

Suara dering ponselnya memecah keheningan.

Bude Atik memanggil…

Vina pun mengangkat telepon dari salah satu keluarganya itu. “Halo.”

“Vin, kamu ndak papa? Kamu hati-hati ya, jangan lupa ibadah, ngaji jangan malas, jaga sholatnya,” pesan Bude Vina dalam panggilan teleponnya.

Selesai melakukan panggilan telepon dengan budenya, Vina terdiam merenung, namun hati dan otaknya berisik. Mengapa budenya bisa tiba-tiba menghubunginya? Biasanya, akan ada sesuatu yang buruk terjadi padanya. Karena, budenya adalah satu-satunya anak dari eyangnya yang memiliki kepekaan terhadap sesuatu yang tak terlihat.

Teringat akan kemampuan budenya, ia kembali mengingat tentang mata batinnya yang pernah dibuka saat remaja. Namun, sebelum eyangnya meninggal, beliau sudah berhasil menutup mata batinnya. Selama bertahun-tahun itu pula Vina sudah tak pernah lagi melihat hal-hal gaib. Namun entah mengapa semenjak dirinya bekerja di kantor Arno, ia mulai merasakannya lagi.

Vina terus memikirkan hal ini, hatinya bertanya-tanya, jika memang benar mata batinnya kembali terbuka, itu artinya bukan mereka yang menampakkan diri, tapi dirinya yang mampu melihat mereka. Lalu, mengapa OB kantornya juga bisa melihat apa yang dilihatnya? Apa itu artinya OB tersebut juga terbuka mata batinnya?

###

Keesokan paginya, Vina yang sedang menunggu Arno di ruangannya, tiba-tiba teringat akan ucapan Ogen kala itu, jika dirinya ingin melihat ibu dari bosnya itu, fotonya ada di ruangan Arno.

Seketika Vina memutar bola matanya untuk mencari foto tersebut.

“Ha?!” Jantungnya seakan berhenti berdetak. Wanita paruh baya berambut panjang yang dilihatnya saat itu ternyata adalah ibunya Arno. “Bukan kah kata Ogen ibunya lumpuh sudah bertahun-tahun?”

“Pagi, Vina. Maaf sudah menunggu lama, saya sakit perut soalnya,” sapa Arno membuat lamunannya berhamburan.

“Eh iya, Pak. Ini berkasnya.” Vina menyodorkan berkasnya pada bosnya itu.

Sembari menunggu Arno menandatangani berkasnya, Vina berniat ingin menanyakan perihal ibunya, namun takut akan menyinggung dan terkesan lancang. Ia pun mengurungkan niatnya.

Melihat Vina yang seperti kebingungan, Arno bertanya pada karyawannya itu. “Kamu kenapa, Vin? Ada yang mau ditanyakan?”

Vina kemudian sengaja menanyakan hal yang berbeda. “Pak, maaf saya mau bertanya tentang air garam yang Bapak pernah sarankan pada saya waktu itu, kenapa ya, Pak? Soalnya saya langsung sehat saat itu juga.”

Arno tampak mencari jawaban. “Air garam itu ‘kan bagus, Vin, bisa membuang energi negatif. Kalau kamu sedang sakit, bisa jadi karena ada energi negatif itu.”

Vina pun tak banyak bertanya lagi dan izin pamit pada bosnya ketika urusannya selesai.

“Vin, Vin,” sapa Ogen yang menggodanya saat Vina kembali ke mejanya.

“Ada kabar apa?” lanjut Ogen.

Entah mengapa sebenarnya Vina malas bercerita pada teman usilnya itu, namun, ia kemudian menceritakan tentang ibu Arno yang dilihatnya saat itu.

Ogen terdiam. Ia tampak berfikir. Kali ini, ia tak ingin mengerjai temannya itu. Semakin lama, Ogen semakin menyadari bahwa Vina banyak mengalami hal gaib semenjak bekerja di sini.

“Kenapa sih, Vin, ada apa denganmu? Apa perlu aku bawa ke orang pintar?” ujar Ogen yang tetap tak bisa serius.

Vina pun kesal dengan respon Ogen, kemudian, salah seorang rekan kerja seniornya menimbrung pembicaraan mereka.

“Vina diberi lihat juga ya?” sahut Yusa.

Ogen pun langsung memberi tahu Yusa tentang keanehan yang dialami Vina semenjak bekerja di sini.

“Mungkin karena kamu juga ingin tahu, Vin, makanya mereka sengaja meminta bantuan sama kamu,” tebak Yusa.

Vina tampak mencerna ucapan Yusa. Ia pun menanyakan apa maksudnya. Apakah Yusa juga pernah mengalami seperti dirinya?

###

Saat jam makan siang tiba, Vina sengaja mengajak Yusa makan bersama di dapur. Vina juga membelikan Yusa makanan untuk teman berbincang mereka. Tujuan Vina tak lain adalah karena ia masih mempertanyakan maksud dari ucapan Yusa.

Yusa pun akhirnya mulai menjelaskan bahwa, keingintahuan Vina lah yang membuat mereka menunjukkan dirinya. Bisa jadi, mereka sedang meminta tolong pada manusia yang peka, Vina salah satunya. Logikanya, mereka tidak akan bisa mendapatkan pertolongan pada manusia yang cuek dan tak peduli pada mereka.

“Mbak Yusa tau dari mana?” Vina mengorek lebih dalam.

Yusa menceritakan bahwa dirinya juga sama seperti Vina, bisa melihat hal-hal yang tidak kasat mata dari kecil.

“Kenapa Mbak Yusa bisa mengatakan mereka sedang meminta tolong?” Vina masih tak paham dengan maksud Yusa.

Yusa kemudian menceritakan bahwa dulu kakeknya pernah bercerita jika para tak kasat mata ini terus-terusan memperlihatkan dirinya, dalam artian mereka tidak menganggu, tetapi justru ingin memberikan teka-teki maupun petunjuk, artinya mereka sedang meminta tolong manusia untuk mengungkap sesuatu.

“Jadi maksudnya mereka ingin meminta tolong aku?” Vina memastikan pemahamannya benar.

Yusa mengangguk. “Bisa jadi karena kamu peka, atau karena kamu punya kemampuan bisa melihat mereka, atau pun bisa jadi karena mereka yakin kamu yang pantas untuk menolong mereka. Tapi pertolongan apa yang mereka inginkan, aku juga tidak tahu.”

Vina kemudian berpikir bahwa memang benar ia begitu penasaran pada apa yang ia alami akhir-akhir ini, tetapi ia masih tak paham pertolongan apa yang mereka inginkan darinya. Ia juga menanyakan perihal Yusa yang juga bisa melihat keberadaan mereka, namun mengapa seolah mereka tak meminta tolong padanya?

“Karena aku punya “teman” dari kecil, Vin. Kata kakekku, dia yang menjagaku,” jawab Yusa lugas.

Kemudian Yusa juga berpesan agar Vina tetap taat beribadah dan meminta perlindunganNya, ia juga bersedia membantu jika Vina membutuhkan pertolongannya.

###

Hari ini Vina yang seharusnya tak mendapat jatah lembur, terpaksa terlambat pulang karena permintaan salah satu rekan kerjanya yang harus pulang karena istrinya akan melahirkan. Sehingga mau tak mau, ia harus melanjutkan pekerjaan rekannya tersebut, karena esok pagi, berkas itu harus sudah di atas meja Arno. Memang tak banyak yang akan dikerjakannya, tetapi ia menjadi pulang menjelang magribh.

Sebelum pulang, Vina pergi ke toilet karena sedari tadi siang ia menahan buang air kecil.

Saat masih di dalam toilet, ia mendengar suara seseorang yang menggedor pintunya. Toilet di lantai 1 memang hanya ada 2, satu untuk pria dan 1 untuk wanita. Itu artinya, masing-masing penghuni kantor harus sabar jika masih ada yang menggunakan kamar mandi. Dengan kesal Vina memintanya untuk menunggu karena sebentar lagi ia akan selesai. Namun, suara gedoran itu terus terdengar hingga ia keluar.

“Sa---bar,” ucap Vina yang celingukan melihat sekitar.

Tidak ada siapa-siapa. Ia juga tak mendengar suara langkah kaki yang meninggalkan area toilet. Padahal, area toilet menggunakan batu kecil-kecil sebagai lantainya, sehingga akan mudah terdengar jika ada yang melangkahkan kakinya di sana. Vina masih terdiam membeku.

Tak lama, terdengar suara lirih namun mampu memecah kesunyian suasana kantornya.

Cepat pergi.

...****************...

Terpopuler

Comments

Syahrudin Denilo

Syahrudin Denilo

mulai serem nih

2024-02-03

1

naynay

naynay

ingin berhenti tp penasaran

2024-01-31

1

aish...

aish...

serem banget...
lanjut besok siang aja ah bacanya😅

2024-01-21

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!