Petunjuk

Di sini, kita di sini. Temukan kita, tolong…

Sesak, tolong…

Tolonglah kami, lalu pergi lah menjauh

“Apa? Kenapa? Siapa kalian?” teriak Vina yang kemudian bangun dari tidurnya.

Ia kembali bermimpi tentang mereka para tak kasat mata. Kali ini ia benar-benar tak bisa tinggal diam. Mimpi itu kembali bersambung. Artinya, mereka memang sedang meminta pertolongan darinya.

“Aku harus membicarakan ini pada Pak Arno, pasti ada yang tidak beres,” ucapnya penuh keyakinan.

Beberapa jam kemudian, ia tiba di kantor. Namun, Arno sudah tiba lebih dahulu di mejanya dan sedang berbincang dengan Ogen. Arno kemudian meminta Vina untuk ke ruangannya.

“Ada apa, Pak?” tanya Vina setelah dipersilakan duduk di ruangan Arno.

“Saya dengar kata Ogen kamu mengalami hal aneh semenjak bekerja di sini?” Arno memastikan informasi dari Ogen.

Vina mengangguk.

Kemudian Arno meminta Vina untuk menceritakan seperti apa saja hal aneh yang ia alami. Vina pun menceritakan kejadian dari hari pertama ia masuk kerja hingga mimpinya semalam. Tak hanya keanehan yang ia temui di kantor, tapi juga saat di rumah Arno. Lengkap.

Arno tampak berpikir mencerna penjelasan dari karyawannya itu.

“Memang sebenarnya ada apa, Pak?” Vina merasa ini lah kesempatannya untuk bertanya pada bosnya itu.

Arno menggeleng. “Tidak, saya hanya memastikan kalau kamu tidak apa-apa. Kalau ada hal yang kamu alami lagi, bisa segera laporkan ke saya ya. Saya juga rencananya akan mengadakan pengajian di kantor, sudah lama tidak. Biar tidak ada gangguan aneh-aneh.”

Arno juga mempersilakan Vina untuk kembali ke meja kerjanya.

“Ssstt..ssstt, ada apa?” tanya Ogen lirih setelah Vina kembali ke mejanya.

Vina kemudian menceritakan sikap Arno yang tak mau menjawab pertanyaannya. Menurut Vina Arno sedang merahasiakan sesuatu. Ia semakin yakin bahwa ada sesuatu yang tidak beres di kantornya.

###

Arno membicarakan tentang Vina pada temannya, Dimas, yang sengaja diminta oleh Arno untuk menemuinya di rumah.

“Sepertinya ini bukan gangguan biasa, Ar, ini semacam petunjuk.” Dimas beropini.

Arno pun meminta saran Dimas tentang hal apa yang sebaiknya dilakukan.

“Eh tunggu, susuk? Dia menemukan jarum susuk?” Dimas memperjelas salah satu ucapan yang diucapkan Vina kepada Arno.

Arno mengangguk.

“Apa jangan-jangan, ibumu memakai susuk dan ia masih ada perjanjian dengan iblis terkait itu, makanya sampai sekarang ibumu masih bernyawa namun sudah tak bisa apa-apa?” tebak Dimas.

Arno hanya menggeleng. “Ibu sudah tak bisa diajak bicara, ia sudah pikun.”

Dimas juga tertarik akan kalimat Vina yang mendengar lantai di sekitar mushola seperti diketuk-ketuk. “Saat kamu membangun mushola dulu, apa bentuk dasar bangunannya? Tanah atau lantai?”

Arno menjelaskan bahwa kantor ini sebelumnya memang tidak ada musholanya, sehingga ia menambahkannya pada ruang kosong yang sebelumnya hanya sebagai tempat kursi-kursi cadangan. Arno hanya memberikan sekat dan karpet. Selebihnya, ia hanya membangun tempat kran air untuk tempat wudhu.

“Ini hanya opiniku saja, mushola seharusnya ‘kan tempat di mana tak ada gangguan, tapi Vina bisa 2 kali bertemu dengan sosok bermukena putih, dan sempat mendengar ketukan di dalam lantai, juga suara air kran yang nyala mati nyala mati di dekat mushola. Katamu Vina juga mengatakan pernah berpapasan dengan seorang lelaki berkemeja masuk ke dalam lobi dan berjalan menuju arah mushola dan anak-anak kecil yang berlarian dari ruang konsultasi klien ke arah mushola. Aku berpikir apa mungkin ada sebagian barang-barang pesugihan ibumu yang dikubur di sana? Agar tak ketahuan, maka ditutup dengan ubin. Semacam ruang bawah tanah,” ungkap Dimas.

Dimas memang teman kuliah Arno yang bisa diandalkan soal ini. Karena ia juga yang dahulunya membantu Arno menemukan tempat pesugihan ibunya. Rasanya, Arno akan selalu setuju dengan pendapat Dimas.

“Apa kita bongkar saja?” tawar Arno.

Dimas menolak. "Kita perlu mencari bukti lain untuk memantapkan rencana. Jangan sampai sia-sia belaka."

“Kita tunggu petunjuk yang diperlihatkan pada Vina. Lebih baik segera adakan pengajian terlebih dahulu, ”saran Dimas.

Arno kemudian mengundang ustadz dan para karyawannya untuk menghadiri pengajian sepulang kantor pada esok hari, tepat pada malam Jumat, dan lembur ditiadakan untuk besok.

###

Keesokan harinya, pengajian akan dimulai pukul 5 sore, di lobi kantor. Setelah pemimpin doa datang, acara segera dimulai agar tidak semakin malam para karyawan meninggalkan kantor. Pengajian tersebut berlangsung selam 35 menit.

Saat di akhir acara, Vina meminta Ogen yang bertugas membagikan nasi kotak, untuk juga membagikan pada karyawan yang duduk di sebelah mushola. Ogen seolah kebingungan dengan maksud Vina karena tak ada siapa-siapa di dekat mushola. Semua karyawan duduk bersama, tidak ada yang izin meninggalkan acara saat itu.

Dimas dan Arno saling berpandangan. Kemudian Arno meminta Ogen untuk kembali membagikan nasi kotak. Setelah semua karyawan mendapatkan bagiannya, Arno mempersilakan mereka untuk pulang.

Dimas mengajak Arno untuk menuju ke arah mushola setelah kantor sepi. Dimas yang juga seorang arsitek mencoba mengetuk-ngetuk lantai dekat mushola. Ia tampak berpikir.

“Sepertinya memang kantormu masih digentayangi para arwah korban tumbal ibumu. Ini tidak main-main, Ar. Masih ingat ‘kan kejadian waktu pertama kali kita menghancurkan semua alat-alat pesugihan ibumu? Kita juga sempat mendapat petunjuk dan beberapa kali mereka menunjukkan dirinya. Aku yakin, yang dialami Vina juga merupakan sebuah petunjuk,” ungkap Dimas.

Dimas juga mengajak Arno mengecek kembali ubin mushola untuk memastikan bahwa di bawah sana tak ada sesuatu yang mencurigakan, pada akhir pekan, lusa.

Saat Dimas berpamitan pulang dan Arno juga telah kembali ke rumahnya, tiba-tiba ibu Arno berteriak memecah keheningan rumah Arno yang besar namun sunyi. Arno dan Wati segera menuju ke kamar ibu Arno. Arno membangunkan ibunya yang sepertinya sedang bermimpi.

“Ibu, bangun, ibu, bangun,” ucap Arno mengeraskan suaranya dan menggoyang-goyangkan tubuh sang ibu.

“Darah, darah, haus!” teriak ibu Arno dengan tatapan kosong mengarah ke atap.

“Akhir-akhir ini ibu sering begini, Pak,” adu Wati.

Arno menatap ibunya dalam-dalam. “Arno akan segera memberikannya pada Ibu.”

...****************...

Terpopuler

Comments

Syahrudin Denilo

Syahrudin Denilo

darah mana darah

2024-02-04

1

FiaNasa

FiaNasa

jgn2 Vina juga nanti yg akan Arno tumbalkan buat ibunya

2024-01-07

1

𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕💕

𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕💕

jadi sebenarnya Arno baik atau jahat sih 😩😩

2023-12-19

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!