Mozaik Kenangan

Mozaik Kenangan

MK - 01

Nabastala yang gelap berpadu sejuknya embusan angin laut, serta suara alunan musik romantis dari dalam ruangan yang telah dihias bak istana, turut menghiasi malam yang istimewa nan indah itu.

Sebuah acara pernikahan dalam beberapa menit lagi akan digelar. Para tamu pun mulai berdatangan satu per satu mengisi ruangan tersebut. Namun, di atas panggung yang megah itu, seorang pria tampan dengan setelan tuxedo hitam berpadu cokelat berjalan cepat dengan pandangan yang diselimuti kabut amarah sekaligus luka.

Pria itu melepas jas dan melonggarkan kerah kemeja putihnya, lalu berbicara dengan menggunakan mikrofon. "Saya, Zean Rafael Abdillah, memohon maaf yang sebesar-besarnya karena dengan sangat terpaksa, acara pernikahan ini saya batalkan. Terima kasih."

Ruangan itu seketika menjadi riuh dengan pertanyaan tak terjawab dari para tamu. Zean tak acuh dan langsung melangkahkan kakinya ke luar dari tempat acara menuju mobilnya yang berada di area parkir hotel. Indahnya pemandangan di pinggir pantai sama sekali tidak bisa membuat hatinya membaik.

Pikiran pria berusia 34 tahun itu benar-benar kacau, hatinya pun sangat hancur. Dengan kecepatan tinggi, ia melajukan kendaraan roda empatnya membelah jalan yang semakin gelap tanpa tujuan sama sekali.

Alih-alih menjalani malam pernikahan bahagia bersama wanita yang ia cintai, Zean justru jatuh dalam kubangan nestapa. Sebuah fakta menyakitkan baru saja ia dapatkan, dan hal itu sukses membuat dunianya runtuh bersama dengan angan-angan yang sudah berada di depan mata.

Beberapa panggilan di ponselnya sama sekali tidak ia hiraukan. Ia merasa begitu jijik berinteraksi dengan mereka. Orang-orang yang lebih pantas disebut sebagai musuh dalam selimut.

"Akkh, s!al!" teriak Zean frustrasi seraya memukuli stir mobilnya beberapa kali demi meluapkan amarah.

"Tunggu! Ada apa ini?" Pria itu mulai panik ketika menyadari rem mobilnya ternyata tidak berfungsi.

Dengan susah payah dan penuh ketegangan, Zean berusaha mengendalikan mobilnya yang melaju dengan kecepatan tinggi melewati beberapa belokan di jalan yang tampak sangat asing. Apalagi ketika berada di puncak sebuah jalan yang curam, pria itu semakin kelabakan. Usahanya untuk keluar dari mobil pun sungguh tak membuahkan hasil.

"Aaaakk tidak ..., tidak ....!" teriak Zean di ujung asanya.

Bagai sebuah atraksi, mobil itu meluncur dengan cepat lalu menabrak pembatas jalan dan menimbulkan suara tubrukan yang cukup keras. Nasib nahas pria itu rupanya belum selesai, beberapa detik kemudian, mobil yang kehilangan kendali tersebut terjun ke dalam jurang yang sangat gelap.

...

"Astaghfirullah, apa Paman melihat itu? Ada mobil yang jatuh dari atas sana!" pekik seorang wanita muda yang kebetulan melihat kejadian mengerikan tersebut dari kejauhan.

Ya, dia adalah Syifaul Qalby, wanita berusia 25 tahun yang kebetulan baru saja pulang bersama sang paman dari dalam hutan guna mencari beberapa tumbuhan obat.

"Astaghfirullah, iya, Fa. Ayo, kita ke sana!" ujar Hadi lalu berlari menuju tempat di mana sebuah mobil kini dalam keadaan terbalik dan sudah berasap.

"Syifa, dia masih hidup!" teriak Hadi setelah memeriksa napas pria di dalam mobil itu.

"Ayo cepat kita keluarkan, Paman. Bensin mobil ini sepertinya bocor. Jika tidak segera pergi, kita bisa terbakar di sini," ujar Syifa begitu khawatir.

"Iya, kemarilah! Bantu paman mengeluarkannya."

Pria paruh baya dan wanita muda itu kini berusaha membuka pintu mobil yang sangat sulit terbuka. Tak ada cara lain, mereka terpaksa memecahkan kaca pintu mobil itu untuk membuat jalan lain agar proses evakuasi bisa lebih mudah dan capet.

"Astaghfirullah, pria asing ini berat sekali, Paman!"

"Jangan ngeluh! Cepat tarik!"

"Sulit sekali, Paman," ucap Syifa dengan dahi berkerut dan napas yang tersengal-sengal. Namun, mata wanita itu sontak melotot ketika melihat percikan api mulai muncul dari bagian depan mobil.

"Ya Allah, bagaimana ini, Paman? Ada api! Bagaimana jika kita the end di sini? Syifa belum nikah," teriak wanita itu dalam satu tarikan napas karena panik.

"Huss, tenang dan jaga mulutmu! Kita tarik lebih kuat dalam hitungan mundur. Tiga, dua, satu!" Hadi dan Syifa kembali menarik pria itu bersamaan dengan sekuat tenaga hingga akhirnya usaha mereka berhasil.

"Bantu paman memapahnya, kita harus segera menjauh dari sini. Cepat!" titah Hadi, lalu melingkarkan tangan kiri pria itu di pundaknya.

"Iya, Paman." Syifa langsung masuk ke bawah lengan kanan pria itu dan ikut memapahnya.

Baru beberapa meter melangkah, mobil itu mukai terbakar hingga membuat Hadi dan Syifa semakin mempercepat langkah mereka. Namun, karena tidak hati-hati, Syifa terjatuh ke depan.

"Astaghfirullah, ya Allah, benar-benar hampir the end kita, Paman."

"Syukurlah, Allah masih memberi kita dan pria ini umur panjang."

Mereka kembali melanjutkan perjalanan mereka menuju mobil pick cup yang berada di ujung jalan. Syifa yang mengemudikan mobil dan Hadi yang menjaga pria itu di deck belakang.

🦋🦋🦋

Suara lantunan ayat suci Al-Qur'an membuat pria yang sudah dua hari tidak sadarkan diri itu akhirnya membuka mata. Beberapa kali ia mengerjapkan mata untuk menyeimbangkan cahaya yang masuk ke dalam netranya.

Pandangan pria itu kini menelisik ke segala arah dan menyadari dirinya berada di tempat asing. Ia berusaha bangkit dari tidur, tapi tertahan ketika rasa nyeri menjalar ke seluruh tubuh dan kepalanya. Ia baru menyadari bahwa lengan kanan dan kaki kanannya sedang menggunakan gips.

"Akk ssshh," desis pria itu seraya memegangi kepalanya yang ternyata sudah terlilit perban.

"Jangan banyak gerak dulu, tubuh kamu masih terluka," ujar seorang wanita muda yang datang dari arah luar.

"Kamu siapa?" tanya pria itu menyelidik.

"Aku Syifa, asisten tabib di klinik herbal ini. Kamu Zean, 'kan?"

Zean mengerutkan dahinya mendengar nama itu. Wajahnya tampak menyimpan banyak pertanyaan yang tak bisa ia ungkapkan secara langsung.

"Tenang, aku bukan cenayang atau apalah itu. Aku hanya tidak sengaja melihat ukiran namamu di belakang arloji itu." Syifa menunjuk sebuah arloji yang berada di atas nakas.

Zean mengikuti arah tunjuk Syifa lalu kembali menatap wanita itu dengan dahi yang berkerut. "Apa yang terjadi padaku?"

"Apa kamu lupa? Dua hari lalu kamu terjun bebas bersama mobilmu ke dalam jurang," jelas Syifa, tapi tak mendapat reaksi apa pun kecuali wajah kebingungan dari pria itu.

"Tunggu dulu, apa kamu mengingat siapa dirimu?" tanya Syifa yang mulai curiga akan sesuatu.

"Zean, 'kan?" jawab Zean begitu polos.

"Maksudku asal-usulmu, tempat tinggalmu, dan keluargamu," ujar Syifa menambahkan.

Zean menggelengkan kepalanya perlahan seperti orang yang hilang arah. Tak tahu apa-apa dan tak tahu apa yang harus ia lakukan saat ini.

"Aku tidak tahu," jawabnya kemudian dengan nada pelan.

-Bersambung-

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Selamat datang di novel baru Author. Author sengaja membuat novel ini untuk ikut event Dokter Jenius. Mohon dukungannya, yah, dengan cara like, komen, subscribe, dan giftnya.

Insya Allah novel ini akan update dua hari sekali karena Author masih menyelesaikan novel on going yang berjudul "Menggapai Rembulan". Jadi, bacanya pelan-pelan dan tidak tabung bab.

Jika suka, mohon diberi vote bintang (⭐⭐⭐⭐⭐). Jika tidak suka, mohon ditinggalkan tanpa memberi penilaian buruk. Saling menghargai itu lebih baik.

Terima kasih yang sudah berkenan mampir di karya receh ini, dan mohon maaf bila masih banyak kekurangan.

Salam hangat dari Author 🙏

UQies

Terpopuler

Comments

kakek bing. mp9

kakek bing. mp9

suka banget ....bahasa yang ringan dan sopan

2024-03-14

1

ῆმlυlმ𓍢ִ໋🌷͙֒

ῆმlυlმ𓍢ִ໋🌷͙֒

suka ceritanya😻

2023-12-15

2

Mommy QieS

Mommy QieS

like, subscribe, gift 🌹🌹 n vote kak uqies yang baik.😊😘

2023-12-05

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!