MK - 02

"Apa kau pusing, mual, ingin muntah, atau merasa kebingungan?" tanya Hadi usai memeriksa keadaan kepala Zean serta pergerakan pupil matanya.

"Saya hanya merasa bingung, Pak. Bingung karena tidak mengingat apa yang baru saja terjadi," jawab Zean dengan wajah serius.

Lokasi desa mereka yang cukup jauh dari rumah sakit kota, membuat sang paman hanya bisa mengevaluasi kondisi Zean dengan cara konvensional guna mengetahui apakah ada syaraf yang terganggu atau tidak akibat kecelakaan itu. Jika tidak parah, maka ia akan merawatnya di klinik, tapi jika sangat parah, maka ia akan merujuknya ke kota.

Hadi adalah dokter berpengalaman yang memilih tinggal di desa kecil usai kepergian sang istri untuk selama-lamanya. Jiwa kemanusiaan pria itu sungguh tinggi sehingga rela melepaskan pekerjaannya di kota agar bisa membantu warga desa yang tidak mampu menjangkau rumah sakit.

Kemampuannya dalam bidang pengobatan herbal dan modern tidak bisa diragukan lagi. Pengalamannya sudah sangat banyak. Meski begitu, ia tak mematok harga ketika bekerja. Jika warga mampu membayar jasanya, ia akan menerima dengan senang hati, tapi jika warga memang tak mampu, maka ia akan memaklumi. Pemasukannya dari tambak ikan sudah lebih dari cukup, sehingga ia sama sekali tidak memusingkan masalah biaya.

"Dia mengalami amnesia dan fraktur di lengan kanan dan kaki kanan, tapi untuk gangguan lain sepertinya tidak ada yang serius. Insya Allah dia akan pulih setelah melalui tahap pengobatan dan perawatan," ucap Hadi kepada Syifa kemudian membiarkan Zean untuk beristirahat.

Syifa membuang napas lesu setelah berada di luar kamar Zean. Ia merasa kasihan dengan pria itu. Pasalnya semua barang-barang miliknya sudah hangus terbakar, termasuk ponsel atau dompet yang berisi kartu identitas sehingga ia sama sekali tidak tahu bagaimana cara menghubungi keluarganya.

"Kasihan dia. Apa kita akan tetap merawatnya di sini sampai ingatannya pulih, Paman?" tanya Syifa.

"Tentu saja, selama tidak ada keluarganya yang mencari, dan selama dia ingin tetap di sini, paman tidak masalah. Toh, dengan begitu paman tidak sendiri lagi di rumah."

"Yee, Paman. Memangnya Paman anggap Syifa apaan? Hantu? Udah sebulan di sini juga, masih nggak di anggap." Syifa mendengus kesal seraya mengalihkan pandangannya ke tempat lain.

"Ya, kamu beda, Fa. Kamu itu hanya numpang menyelamatkan diri dari tuntutan keluargamu. Aneh sekali, padahal pekerjaanmu di rumah sakit kota sudah sangat bagus dan menjamin, eh karena sering di tanya 'kapan nikah?' malah kabur ke sini yang sama sekali tak ada jaminan. Ckckck." Hadi menggelengkan kepalanya mengingat betapa absurdnya anak dari kakaknya itu.

"Biar aja, Paman. Hitung-hitung cari pengalaman baru di sini," balas Syifa.

"Lalu kapan kamu mau kembali ke kota tempat tinggalmu? Ayahmu udah nanyain terus, loh!" tanya Hadi.

"Nanti aja, Paman, kalau udah dapat jodoh," jawab Syifa dengan enteng.

"Astaghfirullah." Hadi hanya bisa mengelus dadanya tanpa bisa berkomentar.

🦋🦋🦋

Beberapa hari berlalu, tak terasa sudah hampir satu minggu Zean berada di desa Lambani, desa yang masih sangat jauh dari polusi. Letaknya berada di dekat pantai, sehingga hampir semua penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai nelayan.

Pagi ini, mengingat keadaan Zean semakin membaik, Syifa diminta oleh Hadi untuk menemani Zean menikmati matahari pagi di halaman klinik herbalnya. Wanita itu mendorong kursi roda sambil menceritakan sedikit cerita tentang desa itu.

"Kamu percaya, tidak? Kalau desa ini bebas dari asap rokok?" tanya Syifa mencoba mengajak Zean bercerita.

"Bebas asap rokok? Maksudnya warga desa ini tidak ada yang merokok?"

"Iya."

"Aku tidak percaya!" ucap Zean dengan wajah datar yang tak terlihat oleh Syifa di belakangnya.

"Kamu tahu desa Bone-bone yang berada di Enrekang, Sulawasi Selatan? Itu adalah desa pertama yang bebas asap rokok di Sulawesi Selatan, mungkin saja se-Indonesia. Nah, desa ini juga ingin menerapkan prinsip itu demi menjaga kesehatan para warganya. Alhamdulillah, kata Paman Hadi, prinsip itu sudah berjalan dua tahun, semoga saja selalu begitu," jelas Syifa.

Syifa menghentikan kursi roda Zean ketika seorang anak kecil datang menghampiri mereka, sementara ibunya sudah masuk ke dalam klinik untuk berobat.

"Kak Syifa, Om ini siapa? Suami Kakak, yah?" tanya gadis kecil itu seraya menunjuk Zean.

"Oh, bukan, namanya Om Zean, dia pasien Paman Hadi," jawab Syifa.

"Kasian Om, tangan dan kakinya patah, yah? Kata mama, kalau mau tinggi atau tulang patahnya cepat pulih, kita harus rajin berjemur di pagi hari karena matahari pagi itu mengandung vitamin D. Bagus untuk tulang," jelas gadis kecil berusia 8 tahun itu.

Syifa tersenyum ramah ke arah gadis kecil itu, lalu berkata, "Wah, kamu pin-."

"Kamu salah! Faktanya, sinar matahari tidak mengandung vitamin D, tapi ultraviolet. Sinar ultraviolet dari matahari inilah yang memicu sintesis vitamin D dari tubuh, ginjal dan hati mengubahnya menjadi vitamin D aktif yang dapat digunakan tubuh untuk meningkatkan penyerapan kalsium dan kesehatan tulang," jelas Zean dengan mode serius.

Gadis kecil itu termangu beberapa saat dengan mulut yang menganga menatap Zean. "Om tadi bicara apa?" tanyanya karena tidak terlalu paham dengan bahasa Zean yang menurutnya terlalu tinggi.

Zean baru hendak kembali menjelaskan, tapi Syifa dengan cepat memotong pembicaraan mereka, demi menjaga suasana pagi yang kondusif.

"Rere, sebaiknya kamu susul mama kamu ke dalam, yah," bujuk Syifa cepat.

"Oh, oke, Kak. Dada Kak Syifa, Om Zenzen," ucap gadis kecil itu membuat Zean kembali hendak protes karena namanya yang diganti. Namun, karena Rere sudah pergi lebih dulu, pria itu hanya bisa berdecak kesal.

"Sudahlah! Masa perkataan gadis lucu seperti Rere kamu ambil hati, dia hanya anak-anak. Dia akan belajar lebih rinci seiring bertambahnya usia," sela Syifa.

"Aku tidak setuju, justru karena masih kecil, dia harus tahu teori yang sesungguhnya agar besar nanti dia tidak salah paham lagi," sanggah Zean. Entah kenapa, ia begitu tidak suka jika namanya diganti, meski belum cukup satu minggu ia mengetahui nama itu. Baginya, nama adalah identitas diri, mengubah nama sama dengan mengubah identitas seseorang, dan ia tidak menyukainya.

"Astaghfirullah, kenapa orang ini kaku sekali?" Zean bisa mendengar Syifa menggerutu dengan suara pelan dari belakang. Meski begitu, ia memilih diam dan tak ingin ambil pusing.

Puas berjemur, Zean meminta Syifa untuk mendorongnya kembali ke dalam klinik yang juga sekaligus rumah Hadi. Wanita itu membawanya kembali ke dalam kamar lalu hendak pergi karena memang ia hanya bertugas untuk itu dan menyiapkan makanan. Selain itu, Hadi yang mengurus, mulai dari membersihkan tubuh hingga mengganti pakaian,

"Tunggu, Syifa!" panggil Zean kali ini membuat langkah Syifa yang sudah berada di ambang pintu terhenti.

"Iya, ada apa?" tanya wanita itu.

"Bisakah kamu membantuku mencukur bulu-bulu di wajahku? Ini membuatku gatal dan tidak nyaman," pinta Zean seraya menunjuk sisi wajah yang mulai ditumbuhi bulu-bulu.

"Kenapa harus aku? Tangan kirimu, 'kan baik-baik saja, kamu bisa menggunakannya."

"Aku bukan kidal, aku tidak pandai menggunakan tangan kiriku. Bagaimana jika nanti pisau cukur itu melukai wajahku yang mulus ini?" Nyatanya, wajah pria itu memang sangat bersih dan mulus, entah bagaimana ia merawatnya dulu, yang jelas ia sangat bersyukur akan hal itu.

"Aku juga tidak bisa! Biar Paman Hadi saja nanti," tolak Syifa segera pergi.

"Ya ampun, kenapa dia galak sekali," lirih Zean seraya memandangi pintu yang kini tertutup dengan sendirinya.

🦋🦋🦋

"Sudah satu minggu sejak Dokter Rafael yang merupakan satu-satunya ahli waris dari rumah sakit Platinum Medisentra dinyatakan hilang. Pencarian terus dilakukan, tapi tak kunjung membuahkan hasil. Hal itu membuat kondisi kesehatan Dokter Abdillah selaku ayahnya semakin menurun ...."

Seorang pria berusia 38 tahun tampak tersenyum menyaksikan berita di TV. Ia bahkan tidak sadar jika ada seseorang yang sejak tadi memperhatikan dari ambang pintu ruang kerjanya.

"Kenapa kamu tersenyum, Sayang?" tanya seorang wanita sambil memasuki ruangan itu.

"Ah, tidak, Sayang. Aku hanya bahagia karena sebentar lagi impianku terwujud. Semoga saja dia tidak pernah kembali lagi," ujar pria itu lalu menarik sang wanita ke atas pangkuannya.

"Apa kamu yakin dia tidak akan kembali? Aku belum mendengar kabar apa pun mengenai dia sampai hari ini," ujar wanita itu sedikit khawatir.

"Mungkin dia sudah tiada, mobilnya masuk jurang atau tenggelam di laut dan tak ada yang menyelamatkannya," ujar pria itu santai. Namun, berbeda dengan wajah sang kekasih yang sedikit resah.

"Oh, ayolah Viona sayang. Tenanglah, tak usah pikirkan dia. Cukup nikmati kebersamaan kita. Dulu, jangankan bersama seperti ini, melihatmu dari jauh saja sangat sulit." Pria itu memainkan ujung rambut panjang sang kekasih yang berwarna sedikit kemerahan. Sesekali ia menghirup aroma bunganya yang cukup menenangkan.

Tok tok tok

Sepasang kekasih itu terkesiap ketika seseorang mengetuk pintu dari luar. Viona refleks turun dari pangkuan prianya seraya merapikan baju.

"Masuk!" titah pria itu setelah memastikan semuanya terlihat baik-baik saja.

"Maaf, Dokter Alvin, Anda dipanggil Dokter Abdillah ke dalam kamar rawatnya," ujar seorang perawat di ambang pintu.

"Oh, baiklah. Aku akan segera ke sana." Alvin segera beranjak dari duduknya dan mengecup dahi Viona.

"Aku menemui kakakku dulu, yah!" ucap pria itu lalu segera pergi meninggalkan Viona di dalam ruang kerjanya.

...

"Alvin, apa kau belum mendengar kabar tentang Rafael?" tanya Abdillah yang terbaring lemah di atas tempat tidur.

"Belum, Kak. Aku sudah mengerahkan orang-orangku sejak minggu lalu, tapi sampai saat ini mereka belum menemukan Rafael," jawab Alvin.

"Astaghfirullah, apa yang terjadi pada anak itu? Tiba-tiba membatalkan pernikahan, dan sekarang hilang entah kemana."

-Bersambung-

Terpopuler

Comments

💞Amie🍂🍃

💞Amie🍂🍃

Pantau terus pantang mundur.🌹🌹🌹for you kakak

2023-11-19

2

Mustarika

Mustarika

masih nyimak thor

2023-10-05

2

Neneng cinta

Neneng cinta

next....♥️♥️♥️

2023-09-28

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!