Tentang Kita
Keisya Amora, gadis berambut panjang, baru saja keluar dari sebuah minimarket sambil membawa kantong plastik putih berisi barang-barang keperluannya.
Hari ini adalah hari pertama pindah ke kota bogor. Setelah mengemasi barang-barangnya di rumah barunya, Keisya berinisiatif membeli apa yang dibutuhkannya di minimarket. Benda-benda itu kini berada dalam plastik putih.
Sore ini langit tampak agak mendung, angin bertiup kencang menembus dedaunan di jalan. Hembusan angin membuat rambut Keisya sedikit berantakan. Keisya merasa sedikit tidak nyaman karena beberapa helai rambut mulai menutupi matanya.
"Sshh!!" Keisya mendengus saat helaian rambutnya menyentuh matanya.
Keisya segera mengedarkan pandangannya untuk mencari sesuatu yang bisa ia gunakan untuk bercermin, lalu pandangannya terhenti pada satu-satunya kendaraan roda empat yang terparkir tak jauh dari tempatnya berdiri. Keisya berjalan menuju mobil berwarna merah bergaris putih, awalnya berniat hanya melihat ke kaca spion dan tidak mencurinya ya.
“Um, cantik..” Keisya tersenyum memuji dirinya sambil merapikan poninya yang berantakan, lalu terkejut, "E, huh!!"
Kaca mobil tiba-tiba diturunkan, menyebabkan pantulan Keisya terpancar keluar. Dari dalam mobil muncul seorang pria berjaket kulit berwarna coklat sambil sedikit menurunkan kacamata hitamnya. Lalu Keisya dan pria itu saling pandang selama beberapa detik.
“Kamu petugas parkir?" Pria itu bertanya dengan ekspresi dingin.
Keisya mengerjap. Apa yang dia katakan? Tukang parkir? "TIDAK." Tentu saja Keisya bukan tukang parkir!
"Kalau begitu silakan, jangan menghalangi jalan."
"Oh ya. Maaf." Keisya melangkah mundur, merasa sedikit malu. Lalu, pria itu membuka pintu mobil dan keluar. Tanpa berkata apa-apa atau bahkan melirik ke arah Keisya, dia langsung masuk ke dalam minimarket tersebut.
"Hah! Apa menurutnya aku mirip tukang parkir?"
Keisya sedikit tidak senang melihat sikap arogan pria itu. Menurut Keisya, pria itu telah bersikap kasar padanya dan malah Keisya yang meminta maaf?
"Sialan! Apakah orang harus bersikap kasar ketika mereka punya banyak uang dan barang bagus?" Keisya mencibir lalu menendang ban mobil berwarna merah itu setelah Keisya memastikan pemilik mobil itu masuk ke dalam minimarket ada dan tidak melihatnya
******
Sore harinya, Keisya terbangun dari tidur siangnya dengan perut keroncongan. Sebelumnya jika ingin makan, Keisya hanya perlu ke dapur untuk memakan masakan ibunya. Meski kini berbeda, Keisya harus melakukan semuanya sendiri tanpa bantuan orang lain. Karena mulai hari ini dia akan hidup sendiri..
Lupakan ayahnya, Carson Amora, CEO Astra Light Company, salah satu perusahaan terbesar saat ini. Lupakan pula rumah luas dan mewah yang ditinggali Keisya sejak kecil. Bagi Keisya, itu semua hanyalah masa lalu. Sejak Stevany Amora, ibu kandung Keisya meninggal dunia dan Carson menikah lagi dengan wanita bernama Elena Rosalina, kehidupan Keisya tiba-tiba berubah drastis, seolah-olah dia hidup sendiri.
Elena meminta Keisya untuk tidak tinggal satu rumah dengannya, karena itulah Keisya memilih meninggalkan Jakarta, ayahnya, rumah mewahnya, lalu pergi ke Bogor dan tinggal sendirian di rumahnya.
Keisya berdiri dan memandangi pemandangan di luar jendela, menyadari bahwa pemandangan di luar tidak terlalu buruk meski awan semakin gelap. Keisya berpikir setidaknya ayahnya tidak memberinya rumah jelek. Meski rumah ini tergolong kecil, namun memiliki dua lantai. Selain itu, kamarnya berada di lantai paling atas dan memiliki balkon yang cukup nyaman. Selain itu, Keisya juga dapat mengagumi pemandangan pagi dan sore yang indah dari balkon.
“Ternyata hujan,” gumam Keisya saat melihat lantai balkon agak basah. Keisya mengambil cardigan berwarna pink dan menuju ke balkon untuk menikmati pemandangan sore hari. Saat itu, dia melihat ke jalan di depan rumahnya dan melihat banyak orang berkumpul di sana. Ada beberapa mobil polisi dan juga ambulans.
Melihat kerumunan yang tidak biasa itu membuat jiwa Keisya penasaran, Keisya segera turun ke bawah dan keluar rumah untuk mencari tahu apa yang terjadi. Emosinya semakin kacau saat melihat pita polisi kuning terbentang di depan minimarket tempatnya berbelanja tadi.
“Maaf Bu, kenapa di minimarket ada garis polisi??” tanya Keisya pada seorang wanita bertubuh langsing yang mengenakan piyama kebesaran.
“Ada pembunuhan, kata polisi, korbannya adalah pegawai toko minimarket.” Penjelasan singkat wanita itu langsung membuat tubuh Keisya merinding.
“Katanya pembunuhan itu terjadi tadi siang, temannya dari tim lawan shift nya baru mengetahuinya. Pintunya ditutup selama 4 jam sehingga orang-orang tidak masuk ke sana karena Mereka mengira pintunya benar-benar tertutup."
Penjelasan tambahan itu semakin membuat Keisya takut. Sekitar 4 jam yang lalu Keisya ada di sini. Dalam situasi yang mengerikan ini, Keisya merasa sangat beruntung karena cepat kembali.
Jika Keisya berada di sana lebih lama lagi, dia mungkin akan bertemu dengan si pembunuh.
******
Keesokan paginya, masih dalam keadaan setengah sadar, Keisya berangkat ke sekolah barunya. Saat berangkat pagi, Keisya melewati toko minimarket tempat terjadinya pembunuhan kemarin dan beberapa petugas polisi serta dokter forensik masih terlihat di sana.
Keisya mendengar sekilas bahwa pembunuhnya belum ditemukan. Tidak ada petunjuk mengenai pelaku, tidak ada senjata pembunuh yang tertinggal, dan kamera CCTV tiba-tiba mati pada saat kejadian.
Sangat buruk. Jika polisi dan detektif tidak menemukan petunjuk apapun dalam kasus ini, apakah pembunuhnya adalah seorang profesional?
Mengapa pembunuhan itu terjadi saat Keisya baru saja pindah? Membuat Keisya merasa hidupnya benar-benar tidak beruntung saat ini.
"Keisya Amora? Pindahan dari SMA Luar Antariksa Jakarta?"
Pikiran Keisya terhenti dan dia mengangguk.
"Kenapa kamu pindah? Bukankah itu sekolah favorit?" tanya guru berambut pendek sebahu sambil mengecek data pindahan sekolah, katanya wanita itu adalah Bu Rina yang akan menjadi wali kelas Keisya.
Saat ini Keisya berada di ruang guru di sekolah barunya di Bogor, SMA Angkasa 2 Bogor. Tubuh Keisya ada di sana, namun pikiran dan jiwanya masih berkeliaran di sekitar kasus pembunuhan di toko minimarket.
Keisya mencoba berkonsentrasi dan memikirkan kalimat yang cocok untuk menjawab pertanyaan Bu Rina. Karena alasan dia pindah bukanlah alasan yang baik dan Keisya menganggap alasan sebenarnya yang dia berikan pada bu Rina tidak terlalu penting untuk diketahui. Toh Bu Rina baru akan mengecek datanya hari ini. Keisya tak perlu memberitahu bu Rina tentang ibu tirinya kan?
Kemudian Keisya menemukan alasan yang tepat dan sederhana untuk menjawab pertanyaan tersebut dengan baik. “Karena orang tuaku pindah ke sini untuk bekerja, Bu.”
Bu Rina mengangguk paham. "Tunggu sebentar yaa, sedikit lagi ketua kelas akan datang."
"Baik, bu."
Beberapa menit kemudian, ketua kelas yang disebutkan bu Rina datang dengan mengenakan pakaian rapi. Laki-laki itu bertubuh tinggi sehingga Keisya harus mengangkat kepalanya jika menatap lurus ke wajahnya. Dia tampak baik dan ramah. Mereka pun segera berpamitan dengan Bu Rina.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments