"Hmm...kalau boleh tanya kenapa kamu pindah ke bogor? Apa kamu ikut bersama orang tuamu?" tanya Keyla mengalihkan topik pembicaraan.
Keisya mendengar pertanyaan itu untuk kedua kalinya hari ini.
Karena yang bertanya adalah orang-orang yang akan menjadi sahabatnya, Keisya merasa sangat ingin menjawab dengan jujur. "Lebih tepatnya, aku diusir dari rumah."
"Hah? Diusir?" kedua gadis itu berteriak bersamaan.
“Ayahku menikah lagi setelah ibuku meninggal. Sejujurnya, aku tidak keberatan dengan keputusan ayahku, tapi aku merasa ibu tiriku tidak menyukaiku.”
Saat Keisya bercerita, wajahnya tidak menunjukkan kesedihan. Sepertinya Keisya sedang membicarakan kisah orang lain, bukan kisahnya sendiri. Meski begitu, Nurul tampak sangat kasihan pada Keisya karena mendengar cerita sedihnya.
"Jadi kamu tinggal di mana sekarang? Kamu tinggal di kos-kosan?"
"Meskipun aku dikeluarkan dari rumah, ayahku memberiku sebuah rumah. Lain kali kalian pergi ke sana ya?" Keisya tersenyum lalu memasukkan kembali pisang goreng itu ke dalam mulutnya.
Saat mereka sedang membicarakan hal lain, Nurul membuang muka dan teringat akan nasib Keisya ke depannya. “Jujur Key, aku sangat mengkhawatirkan mu,” kata Nurul tiba-tiba.
"Kenapa? Karena orang tuaku mengusirku?" Keisya bertanya dengan ekspresi sangat santai.
Nurul menggeleng.
“Aku sangat mengkhawatirkan mu karena hal itu,” Nurul menunjuk ke belakang Keisya dan menunjuk sekelompok anak nakal di meja kantin di pojok.
Di antara anak-anak nakal, Keisya melihat Evan. Semua kancing kemejanya tidak dikancingkan, memperlihatkan kaus putih polos di dalamnya. Penampilan keempat bocah itu tak jauh berbeda dengan Evan.
Kalau penasaran, pernahkah anak-anak nakal ini ditegur oleh gurunya? Tentu saja, mereka tidak pernah jera.
Salah satu lengan Evan melingkari gadis berpenampilan sexy yang terlihat bahagia di pelukan Evan. Gadis itu sesekali menyuapi Evan dan bercanda dengan dua gadis lain yang juga hadir.
Saat Keisha melihatnya. Kebetulan atau tidak, Evan juga memperhatikannya. Keduanya saling memandang untuk waktu yang lama.
"Gadis yang duduk di sebelah Evan itu yang pakai kemeja ketat dan rok yang bahannya tidak cukup. Namanya Nadira."
Keyla mulai menjelaskan pada Keisya apa yang akan terjadi karena dialah yang duduk di kursi Evan.
"Gadis itu sangat posesif dan tidak segan-segan menyerang gadis mana pun yang berani mendekati pacarnya Evan."
"Aku tidak ingin dekat-dekat dengan Evan, dan aku juga tidak punya niat untuk mencintai Evan." Keisya keberatan sekaligus memberikan klarifikasi.
“Tapi kamu duduk di kursi yang sama dengannya,” kata Keyla.
Apakah Nadira berencana memukulnya karena Keisya duduk satu kursi dengan Evan? Sangat kekanak-kanakan tapi itu benar.
Setelah jam istirahat, Keisya pergi ke kamar mandi sebelum berangkat ke kelas. Kebetulan toiletnya kosong, menjadi peluang bagi Nadira untuk berhadapan dengan Keisya.
Gadis jangkung itu menghampiri Keisya yang sedang mencuci tangannya di wastafel. Gadis itu sedang mencuci tangannya di samping Keisya sambil menatap pantulan Keisya di cermin dengan sorot mata tidak puas.
“Kudengar kamu gadis yang duduk di sebelah Evan?” Nadira menatap Keisya dengan tatapan menakutkan.
Namun hal itu nampaknya tidak menyurutkan Keisya.
"Ya, ini aku." Keisya tidak berniat menyangkal hal itu. “Sebelum aku datang, siswa di kelas itu ganjil, dan aku jadi penggenap.” Ucap Keisya dengan tenang, lalu menggunakan tisu untuk menyeka tangannya.
Terlihat jelas Nadira merasa risih dengan jawaban Keisya. Nadira ingin sekali menarik rambut Keisya namun ia menahannya. Dia memandang Keisya dari atas ke bawah untuk mengevaluasinya. Gadis ini lebih pendek darinya tapi terlihat lebih cantik. Bahkan tinggi badan Keisya pun membuatnya semakin manis. Nadira benci kalau dia mengakui kelebihan Keisya.
“Jangan pernah mencoba menggoda.” Peringatan keras dari Nadira yang kini berdiri di hadapan Keisya sambil menyentuh rambut Keisya dari atas hingga bawah.
“Atau kamu akan kehilangan rambut favoritmu.”
“Kamu juga harus tahu bahwa aku tidak tertarik untuk mengenal pacarmu.” Keisya menepis lembut tangan Nadira dan keluar dari kamar mandi.
Tepat di dalam pintu masuk kamar mandi, Keisya melihat Evan bersandar di dinding dan memainkan ponselnya.
Evan tersenyum setengah pada Keisya. Lalu mempersilahkan Keisya pergi dengan gestur tangannya.
Evan setengah tersenyum pada Keisya. Dia lalu mengusir Keisya dengan gestur tangannya.
Keisya hendak pergi tapi Keisya tiba-tiba berhenti di depan Evan.
“Kamu perlu memberi tahu pacarmu bahwa dia bisa hidup damai, karena aku tidak bisa dan tidak akan pernah merayu pacarnya!” Keisya berkata tegas pada Evan dengan ekspresi mengejek yang menunjukkan ketidaksenangannya. Bagaimana hari pertama Keisya di sekolah bisa seburuk itu?
“Mmm…” jawab Evan dengan tenang. Hal itu membuat Keisya kesal.
Saat Keisya berjalan pergi. Sebelum mengambil langkah kedua, Evan meraih tangannya dan menarik Keisya kembali ke posisi semula. Berhadapan dengan Evan.
Mata Keisya terbelalak, ia memandang ke arah kamar mandi, takut Nadira melihat mereka berdua dan salah paham.
“Tapi aku merasa aku pria yang cukup menarik. Kamu bisa terobsesi padaku dan mengejar ku suatu hari nanti?”
Keisya tersenyum tipis mendengar perkataan Evan. "Gila!"
Mendengar umpatan itu, Evan menyeringai. Dia terlihat sedikit senang saat Keisya membentaknya dengan kesal. Hingga sosok Keisya sudah tak ada lagi di hadapannya, senyuman di bibir Evan masih terlihat jelas. Hingga Nadira melangkah keluar dari kamar mandi, Nadira langsung mengerutkan keningnya saat melihat Evan tersenyum sendirian.
Nadira merasa aneh melihat Evan seperti itu. Evan yang dia kenal selalu memiliki ekspresi dingin dan acuh tak acuh sepanjang waktu. “Sayang, ada apa denganmu?”
"Ada sesuatu yang lebih membuatku tertarik."
******
Hujan deras yang tiba-tiba pada pagi hari ini tidak hanya membasahi tanah, tetapi juga menghambat aktivitas masyarakat pagi ini. Masyarakat yang tidak memiliki kendaraan pribadi terpaksa berlindung di halte dekat sekolah. Hal ini pula yang menyebabkan halte dekat sekolah dipenuhi orang-orang yang berteduh setelah Keisya baru saja turun dari bus.
Keisya melihat ke arah halte, tak ada tempat untuknya berteduh. Keisya kemudian memilih berlari menuju sekolahnya. Lebih baik cepat sampai ke sekolah daripada harus terburu-buru ke terminal bus dan tetap akan basah kuyup.
"Ssst.dingin sekali." Keisya menggigil setelah sampai di sekolah dan menurunkan tas yang semula dia gunakan untuk menutupi kepalanya. Seragam dan rambutnya juga basah.
Sepertinya pagi ini sekolah cukup sepi. Keisya hanya melihat beberapa siswa di lorong saat ia memasuki kelas. Saat langkahnya semakin dekat ke ruang kelas, Keisya mendengar seseorang sedang berbicara di dalam kelas.
"Ya. Aku di sekolah. kamu bisa pergi sendiri."
Setelah Keisya sampai di depan pintu, Keisya akhirnya tau siapa yang berbicara di telepon sebelumnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Anawahyu Fajrin
aku suka ceritanya Thor. bagus banget,,
2023-11-15
1