Riski dan Keisya yang sedang asyik mengobrol langsung melihat ke arah sumber suara. Sosok pria asing bertubuh tinggi sudah berdiri di samping meja mereka dan baru saja meminta untuk bergabung dengan meja mereka.
Sejenak Riski dan Keisya saling berpandangan dengan bingung sebelum akhirnya, Riski bertanya, "Siapa?"
"Adrian Mahendra, kakaknya Evan," jawabnya sambil menampakan senyum ramah yang sedikit terasa tidak natural. Adrian melirik Evan sekilas lalu menarik kursi di antara Keisya dan Evan, kemudian duduk.
Keisya dan Riski dengan canggung menyapanya sebaik mungkin. Kedua orang itu merasa aneh saat melihat Evan yang diam tidak berusaha memperkenalkan atau berbicara pada yang baru datang itu. Padahal mereka kakak beradik kan, katanya? Tetapi Raut wajah Evan terlalu kaku dan dingin.
Selain suasana menjadi canggung, Keisya dan Riski sekarang kebingungan tidak tahu harus melakukan apa dihadapan kaka-beradik itu.
"Kalian temannya Evan?" tanya Adrian melihat Riski dan Keisya bergantian. Kedua anak itu mengangguk.
"Iya, aku Riski. Ini, Keisya. Kita habis kerja kelompok tadi kak," jawab Riski memperkenalkan Keisya yang ada di sampingnya. Riski memilih kata yang sederhana di bandingkan harus menjelaskan tentang foto pasangan itu.
Adrian menunduk dan tersenyum miring, "Kerja kelompok," cibirnya terdengar jelas.
"Kenapa kamu ke sini?" Evan akhirnya berbicara. Suaranya terdengar sangat dingin, menunjukan ketidaksenangannya melihat Adrian ada di sana.
"Evan, tenang aja. Kita gak keberatan kok," Keisya berusaha ingin membuat suasana nyaman, tidak terlalu canggung dan menegangkan seperti ini.
Adrian tersenyum miring lalu dia melihat ke arah Keisya. "Apa Evan baik? Cukup kaget lihat dia punya temen."
Ditatap langsung oleh Adrian membuat Keisya merasa gugup tanpa alasan, tetapi dia masih memaksakan diri untuk membuat suasana menjadi lebih baik. Keisya mengangguk singkat. "Ah iya kak. Kita juga sebenarnya gak terlalu deket."
Keisya terkekeh dengan hambar berharap ada orang di meja itu yang menanggapi perkataannya sebagai lelucon agar suasananya menjadi lebih hangat.
Adrian sedikit tertawa saat mendengar apa yang dikatakan Keisya. "Bener kan? Kepribadiannya cukup buruk?"
Keisya mengangguk sangat setuju dengan apa yang dikatakan Adrian. Ya, bahkan kakaknya menyadari mengenai sikap arogan Evan yang sering membuatnya kesal.
"Mungkin kalian penasaran kenapa Evan kayak gini?" tanya Adrian, dia melihat orang di meja itu satu persatu, Evan masih menolak keberadaannya, Riski terlihat menghindari kontak mata dengannya, hanya Keisya yang terlihat memaksakan diri tertarik dengan pembicaraannya.
"Kenapa kak?" akhirnya Keisya bertanya tanpa menyadari tangan Evan yang sudah terkepal kuat di bawah meja.
Keisya hanya melihat Adrian, menanggapi ucapan Adrian seperti menanggapi ucapan seorang kakak dari temannya yang terlihat akan membongkar aib kecilnya untuk lelucon saja. Keisya tidak tahu maksud Adrian sebenarnya dari sejak Adrian memutuskan untuk bergabung di sana.
"Mungkin anak SMA udah sering dengar ungkapan apel jatuh tidak jauh dari pohonnya?"
"Hah?" Keisya tersentak saat mendengar Adrian berbicara serius dan menyadari kemana arah pembicaraan ini akan menuju.
"Kepribadiannya buruk karena dia terlahir dari ibu yang buruk," Adrian memperjelasnya, dia tersenyum puas saat melihat Evan yang tidak berkutik. Adrian kembali menatap Keisya yang semula tertarik kini terlihat sangat terkejut oleh perkataannya.
Adrian sangat menikmatinya. Mempermalukan Evan di depan orang-orang.
"Apa kakak gak merasa malu bilang hal kayak gitu ke orang lain?" tanya Keisya mulai sedikit berani menunjukan ketidaksukaannya dari ucapan Adrian barusan. Saat melihat Evan yang hanya diam, entah mengapa Keisya merasa marah dan ingin melakukan sesuatu.
"Malu? Untuk apa malu? Kita saudara tiri, jadi ibu kita berbeda. Aku punya ibu yang sangat baik," jelas Adrian, dia kelihatan senang merasa memiliki kendali penuh atas situasi Evan.
"Sedangkan anak ini lahir dari wanita murahan yang lihai menggoda siapapun yang kelihatan punya uang dan kedudukan. Wanita yang rela melakukan apapun demi hasratnya sendiri."
Sejenak Keisya terpaku mendengar kata-kata itu, begitu juga dengan Riski. Sama sekali tidak ada bayangan kalau mereka akan terlibat dalam pembicaraan semacam itu.
"Maaf kak, aku rasa itu hal yang gak baik untuk di ungkap ke orang lain," Keisya berusaha menghentikan Adrian dengan sopan.
Keisya tidak menyangka bahwa Adrian ternyata orang yang lebih buruk dengan mengatakan hal seperti itu.
"Bukannya tadi kamu sendiri yang penasaran?" tanya Adrian dengan melimpahkan semua kesalahannya pada Keisya. "Aku cuma bilang yang sebenarnya. Supaya kalian waspada dan berhenti bergaul sama anak ini."
Setelah puas, Adrian akhirnya berdiri dan berjalan keluar dari kafe. Napas Keisya terlihat tak beraturan, gadis itu tiba-tiba saja berdiri, dengan penuh emosi Keisya mengejar Adrian yang sekarang sudah berada di luar kafe.
Evan terkejut dengan apa yang dilakukan Keisya. Gadis itu, benar-benar terlalu berani menghadapi Adrian tanpa tahu siapa Adrian sebenarnya. Entah atas dasar alasan apa, Evan segera bergerak dan mengikuti Keisya yang sudah ada di luar kafe bersama Adrian.
Keisya berdiri di depan Adrian membuat langkah kaki pria itu terhenti.
"Terus kenapa kalau Evan lahir dari ibu yang buruk? Apa kaitannya dengan kita yang gak boleh bergaul sama dia? Apa hak kakak untuk larang orang ada di samping Evan?" Keisya melontarkan pertanyaan-pertanyaan itu dengan emosi dan nada suara yang tinggi. Dia memutuskan untuk berhenti bersikap sopan pada Adrian sejak Adrian mengatakan hal yang buruk tentang ibu Evan.
"Kamu gak tahu siapa sebenarnya anak itu?" tanya Adrian dengan tenang.
"Aku emang gak tahu siapa sebenarnya Evan? Aku merasa dia buruk karena selalu bersikap arogan. Tapi seenggaknya sekarang aku ngelihat orang yang lebih buruk dari Evan. Orang yang katanya lahir dari ibu yang baik, tapi--"
Adrian yang tidak bisa menahan diri lagi akhirnya menampar Keisya dengan keras sampai gadis itu tersungkur ke aspal. Evan yang berada di belakang Adrian langsung berlari mendekat, lalu tanpa basa-basi mendorong pria itu dengan keras.
Tanpa memberi Adrian kesempatan untuk bangkit dan melawan, Evan segera mengambil posisi untuk menghantamkan tinjunya pada Adrian sekuat tenaga, berulang kali.
Keisya meringis merasakan perih di sudut bibirnya. Namun, saat menyadari apa yang sedang terjadi pada Evan dan Adrian, Keisya bersikeras bangkit untuk segera menghentikan Evan yang memukul Adrian dengan membabi buta.
"Berhenti Evan!" Keisya akhirnya berhasil menahan tangan Evan setelah bersusah payah.
Nafas Adrian masih belum beraturan dengan emosi memuncak saat laki-laki itu tersadar apa yang baru saja dilakukannya, dia melihat hidung dan wajah Adrian yang penuh darah di bawahnya.
Evan tercekat saat menyadari sesuatu, ini pertama kalinya dia lepas kendali dan menghajar Adrian. Selama ini Evan yang selalu menjadi samsak, menerima semua kebencian yang Adrian berikan padanya tanpa pernah melawan.
Evan yang terlihat sangat kalut dengan perlahan menjauh dengan tangan yang gemetaran lebih hebat dari sebelumnya. Dia melihat Keisya yang berdiri di sampingnya, sudut bibir gadis itu berdarah.
Evan memejamkan mata berusaha mengontrol diri, berusaha tenang dan mengambil napas dengan baik.
Berusaha menemukan jawaban, apa yang membuat dia menghajar Adrian untuk pertama kalinya?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Anawahyu Fajrin
semangat Up ya kak. ceritanya bagus banget. aku yakin kok ,pasti banyak yg akan baca novel ini.
2023-11-15
2