JERAT PEMUJA IBLIS

JERAT PEMUJA IBLIS

1. Indigo

Hari ini adalah hari ulang tahunku yang ke 29 tahun, seperti biasa dihari ulang tahunku ayah dan ibuku selalu sibuk membuat acara syukuran dengan mengundang anak yatim dirumah kami.

Ayah dan Ibu selalu meminta mereka untuk mendoakan ku agar cepat dipertemukan dengan jodohku. Maklum saja meskipun usiaku sudah tidak muda lagi tapi aku belum memiliki seorang pasangan hidup. Jangankan kekasih, bahkan teman pria pun aku tak punya.

Tentu saja bukan karena aku tidak cantik, atau fisikku yang tidak sempurna. Sebagai seorang wanita aku nyaris sempurna, aku terlahir dari keluarga yang cukup terpandang, dengan paras cantik khas wanita jawa. Memiliki hidung mancung, kulit kuning Langsat dan rambut hitam panjang, dengan tinggi badan 168 cm.

Bukan hanya wajahku yang cantik namun aku juga memiliki kecerdasan intelektual yang lumayan mumpuni. Terbukti saat aku menjadi salah satu lulusan terbaik sebuah kampus di Jakarta.

Begitupun dengan karierku yang terbilang mulus sebagai seorang sekretaris di sebuah perusahaan swasta nasional.

Meskipun karier dan kehidupan ku berjalan baik namun tidak dengan kisah asmaraku. Berkali-kali aku selalu diputuskan oleh kekasihku hanya karena aku dianggap sebagai wanita aneh.

Memang sebagai seorang Indigo kadang aku terlihat aneh dimata mereka yang awam.

Kadang aku suka tertawa sendiri, berbicara sendiri bahkan menangis sendirian. Itulah sebabnya orang-orang mengira aku ini aneh bahkan ada yang menganggap ku stress.

Berbagai macam pengobatan sudah aku lakukan untuk menutup mata batinku, namun nyatanya tak satupun yang berhasil menutup indra keenam ku ini.

"Sepertinya itu adalah warisan dari leluhur mu nduk, jadi susah untuk di tutup," ucap salah seorang paranormal yang ku datangi.

Karena sudah bertahun-tahun usahaku tidak membuahkan hasil maka aku putuskan untuk berhenti berobat dan menerima kelebihan ku ini dengan ikhlas.

Hingga pada suatu hari aku dipertemukan dengan mas Bimo. Mas Bimo adalah seorang lelaki yang diam-diam menyukaiku selama ini, hanya saja ia tidak berani mengungkapkan perasaannya karena ia hanya seorang karyawan biasa.

Mungkin ia segan atau apa aku tidak tahu. Namun pada suatu kesempatan saat acara gathering perusahaan kami menjadi dekat karena berada dalam tim yang sama.

Sejak hari itu Mas Bimo sering mengantar jemput ku pulang, kita juga sesekali jalan bareng untuk lebih mengakrabkan diri.

Saat mengenal Mas Bimo aku sengaja tidak memberitahunya jika aku seorang indigo. Aku takut ia akan menjadi ill feel seperti pacarku yang dulu hingga memutuskan aku.

Alhamdulillah hubunganku dengan Mas Bimo berjalan lancar hingga kami memutuskan untuk menikah.

Pernikahan kami bahkan digelar besar-besaran sebagai ucapan syukur kedua orang tuaku karena aku akhirnya menikah juga.

Pernikahan ku dengan Mas Bimo sangatlah bahagia. Ia adalah tipe lelaki yang menerima ku apa adanya dan selalu mendukung apapun yang aku kerjakan.

Sayangnya pernikahan kami tak juga dikaruniai seorang putra. Sudah hampir lima tahun pernikahan kami tapi belum juga memiliki keturunan. Entah kenapa setiap kali aku hamil selalu saja keguguran.

Aku sempat berpikir apa kandungan ku lemah dan aku harus melakukan bed rest saat hamil, tapi hasilnya sama saja. Bahkan saat ini aku sengaja memutuskan untuk berhenti bekerja agar bisa hamil lagi. Namun lagi-lagi saat aku positif hamil di usia kehamilanku yang ke 7 minggu aku kembali mengalami keguguran.

Saat itu aku dan suami hendak memeriksakan kehamilan ku. Kali ini Mas Bimo memilih pergi ke rumah sakit menggunakan mobil karena tak mau ambil resiko.

Tak ada yang aneh selama perjalanan menuju ke rumah sakit, hanya saja saat melewati pemakaman tiba-tiba aku melihat seorang nenek tiba-tiba melintas di depan mobil kami.

Aku reflek menjerit dan meminta Mas Bimo untuk menghentikan mobilnya.

Mas Bimo yang kaget langsung menghentikan mobilnya.

*Ciitt!

*Dug!

"Aduh!" kulihat Mas Bimo mengusap keningnya yang terbentur setir

"Kebiasaan deh suka ngasih aba-aba yang gak jelas. Orang jalanan sepi gini kok kamu bilang ada nyebrang, memangnya siapa yang nyebrang, mana orangnya mana!" seru Mas Bimo kesal

"Iya Mas gak ada, maaf ya,"

"Kamu tuh kenapa sih sering sekali seperti ini, kayaknya kamu perlu ke psikiater deh!" gerutu Mas Bimo kemudian kembali melajukan mobilnya.

Meskipun Mas Bimo kadang suka melihat ku berbicara sendiri atau salah memberikan informasi seperti hari ini namun ia sama sekali tak pernah curiga kalau aku seorang indigo.

Ia bahkan selalu mengira aku stress karena terlalu memikirkan masalah anak.

Pukul empat sore kami pun tiba di rumah sakit Harapan Sehat. Saat aku hendak turun dari mobil tiba-tiba aku merasakan punggungku terasa sakit, dan dadaku mulai sesak.

Aku berusaha memberitahu kepada Mas Bimo namun belum sempat aku berbicara tiba-tiba semuanya terasa gelap.

Beberapa menit kemudian saat tersadar aku sudah berada di dalam ruangan UGD. Tidak lama Mas Bimo datang menghampiri ku. Dia mengusap lembut rambutku dan mencium keningku.

"Sabar ya Neng, sepertinya kali ini Allah masih belum memberikan kepercayaan kepada kita untuk merawat seorang anak," ucapnya seketika membuat tangisku pecah.

Mas Bimo terus berusaha menghiburku dengan berbagai cara, termasuk dengan mendatangkan seorang ustadz untuk memberikan nasihat kepadaku.

"Sabar ya Neng, segala sesuatu itu ada masanya. Mungkin sekarang Neng belum dipercaya untuk memiliki seorang anak tapi kita tidak tahu beberapa bulan yang akan datang. Ingat Allah tidak akan memberikan cobaan di luar kemampuan umatnya. Yakin saja jika memang neng dan asep memang subur pasti suatu saat akan diberikan keturunan. Hanya saja waktunya belum sekarang, jadi sabar saja ya neng,"

Aku sedikit merasa lega setelah mendengar cerita dari sang ustadz. Ia juga mendoakan aku agar cepat diberikan kesembuhan dan juga keturunan.

Malam itu aku terpaksa menginap di rumah sakit karena kondisi ku yang belum pulih.

Pukul sebelas malam aku terga entah kenapa suhu di ruangan itu tiba-tiba menjadi panas, padahal AC masih menyala.

Saat aku sedang mengipasi tubuhku, tiba-tiba kulihat sesosok wanita menghampiri ku. Aku tahu wanita itu bukan manusia. Sebagai seorang Indigo aku sudah bisa membedakan mana manusia mana hantu.

Hantu wanita itu ternyata datang untuk memberitahu ku jika penyebab aku selalu keguguran adalah karena aku seorang indigo. Ia mengatakan jika makhluk gaib yang sering berada di dekatku tak suka jika aku memiliki keturunan oleh karena itu mereka selalu berusaha untuk membuat ku selalu keguguran.

Percaya atau tidak tapi semua yang diceritakan hantu wanita itu memang ada benarnya.

Disaat yang sama suamiku melihatku sedang berbicara sendirian, karena ia panik kemudian Mas Bimo pun menelpon ibuku.

"Mah maaf mau tanya, apa orang kalau keseringan keguguran itu bisa depresi?" tanya Mas Bimo

"Memangnya kenapa Sep (panggilan untuk pria di daerah sunda, asep),"

"Itu mah si Eneng ku lihat tadi ia bicara sendiri, kadang-kadang juga pernah aku lihat dia nangis sendiri, ketawa sendiri, apa emang suka begitu mak?" tanya Bimo

"Eh kalau itumah sudah biasa atuh Sep, emang Asep gak tahu kalau Siti itu Indigo??"

Seketika Bimo terkesiap saat mendengar kalau istrinya adalah seorang Indigo.

Terpopuler

Comments

Nabila Aulia

Nabila Aulia

wow

2024-02-15

0

AGhanteng

AGhanteng

Apa yg aneh dari siti ya?

2024-01-21

0

Laluna Lonely⛱

Laluna Lonely⛱

indigo. benar benar bikin org penasaran, apa mungkin mereka benar2 bisa melihat hahan?

2023-12-29

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!