5. Pernikahan yang mulai Terancam

*Brugghh!!

Aki jatuh tersungkur ke lantai karena sudah tak kuat menahan beban di punggung ku.

Melihat aku jatuh, Mas Bimo langsung menghampiri ku.

"Kamu kenapa sih Neng?" tanyanya panik

"Gak tahu Mas, rasanya punggung ku sakit banget, aku gak kuat jalan lagi. Apa aku tayamun saja ya, soalnya aku gak bisa jalan ke kamar mandi buat wudhu,"

"Yaudah Neng tunggu di sini dulu ya, biar Mas Panggil Mbah Wage dulu, kali aja dia bisa mengobati Eneng," jawab Mas Bimo

Ia kemudian menggendong ku dan membaringkan aku di ranjang.

"Neng tunggu sebentar ya, jangan lupa sambil baca doa atau dzikir kali aja bisa cepat sembuh,"

"Baik Mas,"

Ku lihat Mas Bimo buru-buru keluar untuk menemui Mbah Wage.

"Aki, tolong istri saya!" Ku dengar suara teriakan Mas Bimo memanggil Mbah Wage untuk menolongku.

Jujur saja memang Mas Bimo ini adalah lelaki yang sangat perhatian sama istrinya, itulah yang selalu membuat ku bangga memiliki suami seperti dia. Bahkan saat ia tahu kalau aku seorang Indigo ia tetap memperlakukan ku seperti dulu dan tidak ada yang berubah sedikitpun darinya.

Justru ia semakin care dan peduli kepada ku apalagi saat tahu kadang ada juga makhluk gaib yang suka mengganggu ku.

Tidak lama Mas Bimo pun kembali ke kamar bersama Mbah Wage.

Mbah Wage langsung mengambil nafas panjang dan menggerakkan tangannya untuk menetralisir tubuhku dari gangguan makhluk tak kasat mata.

Hanya dalam waktu singkat Mbah Wage sudah selesai melakukan ritualnya.

"Coba sekarang masih berat gak punggungnya?" tanya Mbah Wage

Benar saja sekarang tubuhku sudah mulai enakan dan tidak berat lagi. Aku juga sudah bisa berjalan normal lagi tanpa harus membungkuk seperti nenek-nenek.

"Eh iya loh sekarang aku sudah gak papa, udah enakan Aki," jawabku begitu senang

"Syukurlah kalau begitu, yaudah kalau gitu cepat mandi terus beres-beres karena kita mau balik ke Jakarta," ujar Mbah Wage

"Baik Aki,"

Aku dan Mas Bimo pun buru-buru sholat subuh dan setelah itu membereskan barang-barang kami karena harus kembali ke Jakarta.

Setelah ritual itu memang aku mengalami perubahan. Dimana sekarang aku tidak bisa melihat makhluk gaib dengan jelas. Memang aku masih bisa melihat makhluk gaib namun hanya seperti bayangan saja jadi wujudnya gak terlihat jelas.

Meskipun begitu aku tetap senang karena mulai sekarang aku tidak perlu takut lagi saat melihat makhluk gaib yang memiliki wajah menyeramkan karena semuanya sudah di samarkan.

Awalnya aku mengira jika hal itu adalah sebuah tanda yang akan membuat ku tidak bisa melihat makhluk gaib lagi.

Namun sepertinya prediksi ku salah karena tetap saja aku masih bisa melihat mereka dan berinteraksi dengan para lelembut yang berada dalam tubuh manusia.

Mengetahui hal ini Mbah Wage kemudian memintaku untuk menjadi mediator di padepokannya. Tentu saja aku menolak saat beliau memintaku untuk menjadi mediator saat sedang mengobati pasiennya.

Jujur saja aku takut kalau aku harus di rasuki makhluk gaib itulah kenapa aku tidak mau menjadi mediator.

"Sanes kitu atuh Neng. Mediator yang Aki maksud itu Neng cuma jadi penyambung lidah bagi si makhluk halus yang ada di tubuh pasien. Kan Neng bilang bisa melihat dan berinteraksi dengan mereka. Jadi sok Neng ajak mereka bicara dan kasih tahu ke Aki apa maunya si makhluk halus itu," ucap Mbah Wage

"Oh begitu, yaudah kalau cuma begitu sih Neng mau Aki,"

Setelah hari itu Aku memutuskan untuk membantu Mbah Wage mengobati pasien-pasiennya, ya hitung-hitung nyari berkah dengan menolong orang.

Kali aja dengan begitu Allah akan memudahkan jalanku untuk memiliki keturunan.

Melihat kesungguhan ku dalam membantunya membuat Mbah Wage sampai mengangkat aku menjadi anaknya.

Ada satu lagi perubahan setelah melakukan ritual di Gua Cirengganis. Selain aku sekarang hanya samar-samar saat melihat makhluk gaib, aku juga mulai enggan untuk melakukan hubungan suami istri dengan suamiku.

Entah kenapa aku mulai tidak menikmati saat berhubungan suami istri dengan Mas Bimo.

Rasanya ada yang beda, entah kenapa sekarang aku tidak bisa merasakan kenikmatan seperti saat dulu sebelum aku melakukan ritual di Gua Cirengganis.

Kejadian ini bermula saat suatu malam aku bermimpi melakukan hubungan badan dengan Mbah Wage. Dalam mimpi itu aku merasakan kenikmatan yang luar biasa yang tak pernah ku rasakan saat berhubungan intim dengan Mas Bimo.

Itulah kenapa aku mulai menolak setiap kali Mas Bimo mengajak untuk berhubungan intim.

Bukan hanya sekali dua kali aku bermimpi berhubungan dengan Mbah Wage tapi kami sering berhubungan terutama di malam selasa Kliwon dan juga malam wajib bagi pasangan suami istri yaitu malam Jumat.

Awalnya Mas Bimo gak curiga, karena dia juga tahu aku bukan tipe orang yang suka selingkuh.

Kejadian ini berlangsung sampai setahun, apalagi aku gak berani cerita ke Mas Bimo masalah mimpi ini karena Malu.

Mas Bimo yang mulai curiga karena aku tidak mau digauli lagi selama setahun mulai menceritakan kejadian ini kepada Mbah Wage.

Mbah Wage langsung merespon baik laporan Mas Bimo, ia kemudian mengajak kami berdua untuk bicara bertiga.

"Ini sebenarnya ada apa sih Neng kok Neng sampai begitu sama Asep. Kan gak boleh nolak ajakan suami, dosa Neng, dosa!" ucap Mbah Wage berusaha menasihati ku

Waktu itu Aku masih tetap bungkam, dan tidak berani menceritakan apa yang aku rasakan kepada Mbah Wage.

"Yaudah kalau Neng gak mau ngomong juga Aki gak apa-apa. Tapi satu yang Aki tahu kalau sekarang Neng gak baik-baik saja. Sepertinya masih ada roh jahat yang menempel di tubuh Neng." ucap Mbah Wage

Ia kemudian memerintahkan kami untuk melakukan ritual lagi dan kali ini ia memilih tempat di Pelabuhan Ratu Sukabumi.

"Besok kita akan melakukan ritual selanjutnya di Pelabuhan Ratu, jadi sebaiknya kalian siap-siap!"

"Di laut Aki?" seketika aku ketakutan saat mendengar Aki akan membawa kami ke Pantai Pelabuhan Ratu

"Lah iya Neng, kamu tuh harus dibersihkan dari makhluk halus yang berusaha memisahkan neng dengan si Asep. Makanya kan dari awal Aki sudah bilang ritual membersihkan diri itu paling bagus ya di laut, biar semua demit-demit yang nempel di badan Eneng kita buang ke laut kita larung di laut supaya gak balik lagi!"

Aku tertunduk mendengar ucapan Mbah Wage. Meski aku masih gemetaran saat mendengar kata laut tapi bagaimanapun juga kali ini aku harus mengikuti saran Aki, tentu saja untuk menyelamatkan pernikahan ku yang kali ini mulai di guncang oleh lelembut.

Kamipun akhirnya menurut saja.

Terpopuler

Comments

Anonymous

Anonymous

Indigo tapi bodoh

2023-12-25

0

Yurnita Yurnita

Yurnita Yurnita

si eneng hidup nya gak normal

2023-12-02

0

Yurnita Yurnita

Yurnita Yurnita

si eneng hidup nyo ribet banget

2023-12-02

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!