"Dari mana saja kok baru pulang!"
Seketika langkah ku terhenti saat mendengar suara Mas Bimo.
"Eh Mas udah pulang?"
"Iya aku lagi gak enak badan makanya pulang cepat. Kamu darimana Neng kok baru pulang?" jawab Mas Bimo kemudian merebahkan tubuhnya di sofa.
"Aku tadi mampir ke rumah ibu sebentar," jawabku kemudian duduk di sampingnya.
"Oh gitu,"
Wajah Mas Bimo tampak pucat, sepertinya dia memang sedang tidak enak badan. Aku pun mengusap keningnya untuk memastikan kondisinya.
"Panas banget, sepertinya Mas demam,"
"Mungkin karena aku telat makan kali, soalnya tadi banyak klien sampai-sampai aku gak sempat makan siang,"
"Lain kali sempetin makan dulu Mas walaupun banyak klien, kan jadi gini kalau telat makan. Yaudah Neng bikinin bubur ya,"
"Gak usah Neng, Mas mau tidur aja,"
Mas Bimo beranjak dari duduknya kemudian masuk ke kamar. Sementara itu aku langsung menuju ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhku.
Dinginnya air membuat tubuhku terasa lebih segar, rasanya ingin berlama-lama berendam di kamar mandi. Namun suara rengekan Mas Bimo membuat ku buru-buru keluar dari bathtub.
"Aneh, tadi ku dengar Mas Bimo merengek memintaku untuk memijatnya, tapi malah tidur," Ku usap lembut keningnya dan panasnya makin tinggi hingga aku harus mengompresnya.
Malam itu aku tidak bisa tidur karena harus mengompres Mas Bimo yang tak kunjung turun panasnya.
Ku lihat wajahnya pucat pasi dan ia sering mengigau seperti orang ketakutan.
Ia bahkan menggenggam erat jemariku meskipun ia sudah tidur.
Pukul dua belas malam mataku sudah tak bisa diajak kompromi lagi, karena sudah tak bisa menahan kantuk akupun terbaring di samping Mas Bimo.
Bary beberapa detik aku terlelap aku merasakan kehadiran seseorang di kamar kami, buru-buru aku terbangun untuk memastikan siapa yang datang.
*Deg!
Seketika netraku membulat sempurna saat melihat sosok pria tinggi besar di penuhi bulu hendak mencekik Mas Bimo.
Tubuhku bergetar hebat saat melihat sosok menyeramkan di depanku, meski begitu aku tidak bisa diam saja melihat makhluk itu mencoba menyakiti suamiku.
"Jangan sentuh suamiku!" seru ku berusaha menghentikan makhluk itu.
Benar saja Makhluk itupun mengurungkan niatnya saat mendengar teriakan ku. Ia kini membalikkan badannya dan menatap nyalang kearah ku. Matanya yang merah menyala, gigi taringnya yang panjang benar-benar membuatku membeku dalam ketakutan.
Seumur hidup aku belum pernah bertemu dengan makhluk mengerikan seperti ini.
*Tak, tak, tak!
Kini makhluk itu berjalan mendekat kearah ku membuat ku langsung mundur menjauh darinya.
*Grep!!
Seketika aku kesulitan bernafas saat makhluk itu mencekik leherku dengan kuku-kukunya yang tajam.
Aku berusaha melepaskan tangannya dari leherku, namun makhluk itu justru mengangkat ku. Saat ia hendak melemparkan tubuhku tiba-tiba sesosok bayangan putih menghantam makhluk itu hingga ia terhempas dan tubuhku terlepas darinya.
*Brugghh!!
"Aww,"
Rasanya tulang belulang ku patah semua saat tubuhku terlempar ke lantai.
Dengan susah payah aku bangun, ku lihat bayangan putih itu membawa makhluk itu pergi.
"Syukurlah masih ada yang menolong ku,"
Aku berjalan membungkuk menahan sakit di punggung ku, saat aku hendak membaringkan tubuhku kembali aku terkejut saat melihat wajah Mas Bimo berubah menjadi sosok pocong.
"Astaghfirullah!"
Aku langsung membalikkan wajahku karena takut. Namun saat ku balikan lagi wajahku ku lihat Mas Bimo sudah kembali normal.
"Astaghfirullah hal adzim, sebenarnya apa yang terjadi dengan Mas Bimo," sejenak aku berpikir jika sakit yang di derita Mas Bimo bukan sakit biasa.
Namun aku bisa apa, aku bukan seorang paranormal yang bisa mengobati orang sakit.
Aku hanya bisa berdoa kepada Allah semoga Mas Bimo bisa cepat sembuh.
Pukul setengah dua akhirnya panas Mas Bimo turun, akupun buru-buru berbaring di sampingnya karena sudah lelah menjaganya.
Tidak lupa sebelum tidur ku letakan tujuh butir bunga melati pemberian Mbah Wage di bawah bantal.
Malam itu aku bermimpi bertemu dengan sosok laki-laki tampan di sebuah taman, dia memegang tangan ku dan membawaku pergi kesebuah istana besar.
Di sana ia mengajakku masuk ke sebuah kamar yang di desain seperti kamar pengantin. Tampak tujuh macam bunga mawar diatas ranjang tempat tidur. Aroma wangi mawar bercampur melati menyeruak di kamar itu.
Tanpa ada dialog lelaki itu mengajak ku duduk di tepi ranjang dan mulai membelai wajahku. Tak ada penolakan dariku karena aku memang sudah terpesona dengan ketampanan pria itu.
Bahkan saat ia mengecup bibirku aku pun tak menolaknya justru menikmati manisnya ciuman yang belum pernah ku rasakan sebelumnya.
Desah*n kecil mulai mengalun dari bibirku saat lelaki itu mulai mencumbui ku.
Malam itu ia berhasil membuatku bermandikan peluh setelah cukup lama bergumul dengannya. Entah sudah berapa kali ia menggauliku malam itu tapi aku tak pernah merasa lelah melayaninya. Mungkin des*han ku terlalu kencang hingga membuat Mas Bimo terbangun dan berusaha membangunkan aku.
"Neng, bangun, Neng, bangu!" serunya sambil mengguncang tubuhku
"Ada apa sih Mas!" seruku dengan nada kesal
Bagaimana tidak, ia memutus kenikmatan yang selalu aku nantikan setiap malam.
"Kamu kenapa?" tanyanya begitu khawatir,
Ia bahkan buru-buru mengambil tisu untuk mengusap peluh yang membasahi wajahku.
"Kamu mimpi buruk ya?" tanyanya lagi
"Enggak kok," jawabku kemudian menarik selimut dan tidur lagi.
"Sudah subuh Neng, kita sholat yuk?" ajak Mas Bimo
"Nanti ajalah, Mas Bimo aja duluan nanti Neng nyusul. Aku masih ngantuk karena baru tidur jam setengah dua kan?"
"Yaudah, tapi jangan lama-lama tidurnya. Ingat waktu subuh itu singkat,"
Aku berusaha tidur lagi dan berharap bisa melanjutkan mimpi indahku yang sempat terpotong karena Mas Bimo.
Aku begitu senang saat aku bisa melihat wajah tampan itu lagi, namun sialnya suara Mas Bimo yang sedang mengaji membuat pria itu tiba-tiba menghilang dan pergi.
Entah kenapa pagi itu tiba-tiba Mas Bimo menyempatkan diri untuk bertadarus setelah sholat subuh. Padahal biasanya ia tidak pernah membaca Alquran selesai sholat.
Aku buru-buru bangun dan menatap kesal kearah Mas Bimo. Melihat ku bangun Mas Bimo pun tersenyum dan menghampiri ku.
"Alhamdulillah akhirnya kamu bangun juga Neng, sekarang buruan mandi, terus sholat. Nanti biar Mas Bikinin sarapan," bujuknya lirih
Aku pun menurut. Sementara aku mandi, Mas Bimo langsung menuju ke dapur untuk membuat sarapan.
Aroma wangi masakan tercium saat aku keluar dari kamar mandi. Rupanya Mas Bimo benar-benar membuatkan sarapan untukku.
Selesai sholat aku menuju ke meja makan. Ku lihat Mas Bimo sudah menyiapkan sepiring nasi goreng untukku. Meskipun hanya nasi goreng tapi karena Mas Bimo sudah membuatnya sepenuh hati membuatnya terasa nikmat.
"Gimana rasanya Neng?" tanya Mas Bimo
"Enak,"
"Syukurlah kalau enak,"
"Mas gak makan?" tanyaku
"Mas lagi gak enak makan,"
"Makanlah dikit buat ganjel perut, jangan sampai sakit lagi. Nanti aku juga yang repot kalau Mas sakit. Atau mau aku suapin!"
Ku ambil sesendok nasi lalu ku sodorkan kearahnya, aku terus memakannya meskipun Mas Bimo berkali-kali menolak. Aku langsung memasang wajah jutek saat ia menolak makanan dariku hingga membuatnya tak enak hati dan terpaksa membuka mulutnya.
"Lagi?!" tanyaku
Mas Bimo menggeleng.
"Huek!!"
Tiba-tiba Mas Bimo muntah-muntah dan mengeluarkan isi perutnya. Namun bukan nasi yang keluar melainkan paku dan benda-benda tajam lainnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Yurnita Yurnita
katanya bisa lihat hal gaib si siti
2023-12-02
0
ᴄᷤʜͦɪͮᴄͥʜͣɪᷡᴋͣ
astafirulloh
2023-10-17
0
❤️⃟Wᵃf✰͜͡ᴠ᭄ᴇʟᷜᴍͣuͥɴᷤ✪⃟𝔄⍣⃝కꫝ🎸
Astaghfirulloh... Bimo di santet ini. parah sih. Cari obat buat Siti bukanya sembuh malah Bimo kena teror juga
2023-10-17
1