13. Memutus Perjanjian Gaib

Meskipun aku sudah melarangnya kali ini Mas Bimo tetap nekad mendatangi padepokan Mbah Wage.

Sebagai seorang suami aku ia tak terima saat mengetahui istrinya di pelet apalagi akan di jadikan tumbal oleh orang yang sudah mengangkatnya sebagai anak.

"Si Mbah Wage sudah keterlaluan Neng, ini mah sudah tidak bisa dibiarkan lagi. Karena kalau aku diam saja dia akan semakin menginjak-injak harga diriku,"

Dengan amarah yang sudah di ubun-ubun Mas Bimo mengajukan mobilnya menuju ke padepokan.

"Terus Mas mau ngapain kalau udah di sana, Apa Mas Bisa melawan Aki Wage yang memiliki kekuatan supranatural?"

"Aku tidak peduli apapun yang akan terjadi padaku Neng, yang penting Mas harua memberikan pelajaran kepada kakek tua itu!" seru Mas Bimo

"Lalu bagaimana dengan nasib Neng jika terjadi sesuatu sama Mas,"

*Cit!

Seketika Mas Bimo menghentikan mobilnya.

"Apapun yang terjadi padaku, aku yakin ada Allah yang akan selalu menolong mu Neng, jadi jangan takut,

Mas Bimo kemudian membuka pintu mobil dan mengajakku turun.

Entah kenapa aku mulai merasakan aura berbeda saat menapaki padepokan ini. Tidak seperti biasanya aku bisa merasakan beberapa pasukan gaib sudah berbaris menyambut kedatangan kami.

Meskipun aku tak bisa melihat wujud mereka dengan jelas.

Seorang pria berbaju hitam dengan kopiah putih menyambut kedatangan kami.

Seperti biasa Mbah Wage memang selalu ramah saat menyambut kedatangan kami.

"Setelah sekian purnama akhirnya kamu mau main lagi ke sini Sep, kumaha damang?" sapa Mbah Wage kemudian memeluk Mas Bimo

"Kurang baik Aki," jawab Mas Bimo dengan raut wajah datar

"Emang ada apa Sep, kok mukanya ditekuk gitu, aya naon Sep, coba cerita ke Aki?" Mbah Wage menarik lengan Mas Bimo dan mengajaknya masuk ke dalam.

Namun Mas Bimo langsung melepaskan tangannya.

"Di sini aja Aki,"

"Kenapa gak mau masuk?" tanya Aki Wage

"Gak papa, cuma lebih enak aja kalau ngobrol di luar,"

"Ya sudah sok cerita aya naon Sep?"

"Sepertinya aku mau menyudahi ritual yang selama ini sudah aku jalani," ucap Mas Bimo lirih

"Loh kenapa memangnya?"

"Aku mau fokus usaha aja Aki, biarlah masalah keturunan itu menjadi urusan Allah. Karena bagaimanapun juga Ia lebih tahu mana yang terbaik untuk kami. Dan untuk mata batin istri saya juga dia sudah mau legawa menerima kelebihannya itu, jadi hari ini kami ingin memutuskan semua yang berkaitan dengan ritual Si Eneng,"

Seketika wajah Mbah Wage berubah mendengar ucapan Mas Bimo. Tak ada lagi senyum apalagi wajah ramahnya. Kini tatapannya langsung berubah sengit.

"Gak bisa gitu Sep, udah tanggung sebentar lagi si Eneng geus katutup mata batinnya," jawab Mbah Wage dengan nada tinggi

"Biarin aja Aki, mau kebuka lagi, mau apapun saya gak peduli lagi. Saya sudah cape hampir dua tahun berobat sama Aki, kesana kemari melakukan ritual tapi gak ada hasilnya. Bukannya sembuh malah sekarang rumah tangga kami hampir bubar. Jadi daripada sibuk menutup mata batin istri saya mendingan saya memperbaiki hubungan saya dengan si Eneng," jawab Mas Bimo

"Ah kamu mah gak tahu terimakasih, bukannya bersyukur sekarang si eneng sudah mulai ketutup mata batinnya walaupun belum seratus persen malah mengalihkan masalah dengan mengatakan rumah tangga kalian berantakan. Memangnya apa yang membuat rumah tangga kalian berantakan, jangan bilang kamu mau menuduh Aki ya!" sahut Ki Wage seolah tahu arah pembicaraan Mas Bimo

"Ya memang begitu Aki kenyatannya,"

"Eh Asep, maneh lupa kalau Aki sudah berkorban banyak buat si Eneng. Bahkan aki sampai rela memberikan cincin emas berharga warisan leluhur Aki, jangan asal nuduh kamu. Lagian apa Untungnya Aki merusak rumah tangga kalian!"

"Saya juga gak tahu Aki, yang jelas intinya Asep mah mau udahan aja udah titik. Aku gak mau lagi mempermasalahkan semua yang sudah Aki lakukan kepada kami. Biarlah Allah yang akan membalas semuanya,"

Aki Wage semakin marah dengan ucapan Mas Bimo, bahkan saat kami hendak berpamitan ia tetap bersikeras untuk tidak mau menerima keputusan kami.

"Aki gak bisa terima semua tuduhan Asep. Enak saja mau mutusin perjanjian setelah apa yang sudah Aki korbankan buat si Eneng. Pokoknya sampai kapanpun juga si Eneng gak akan bisa lepas dari Aki. Camkan kata-kata Aki!" serunya dengan wajah memerah penuh amarah

"Kalau Aki masih mengungkit soal cincin yang di buang ke laut Asep akan ganti, tinggal sebutkan saja berapa harganya, aku transfer sekarang juga!" tantang Mas Bimo

"Eh Si Asep nantangin Aki rupanya. Asal Asep tahu ya cincin itu bukan cincin biasa. Leluhur Aki mendapatkannya dengan tapa brata dan amalan lain yang dijalaninya selama 40 hari, jadi gak bisa dinilai pakai duit. Emangnya Asep sanggup tapa brata di Gua Cirengganis selama 40 hari tanpa makan tanpa minum?"

Tanpa banyak bicara, Mas Bimo yang sudah kesal dengan Aki Wage pun bergegas meninggalkannya tanpa pamit.

Aki Bimo memanggil-manggil kami dan berusaha menghentikannya.

"Asep, mau kemana Maneh!" serunya sambil berlari menyusul kami

*Grep!

Aki Wage meraih pundak Mas Bimo dan kemudian menghajarnya.

*Buggh!!

"Dasar anak gak tahu adab, bagaimana bisa kamu kabur begitu saja saat orang tua sedang bicara!"

Saat Aki Wage hendak melayangkan tinjunya untuk kali kedua, Mas Bimo langsung menepisnya.

"Sebenarnya aku sudah berusaha menahan emosi saya karena Asep menghormati Aki. Meskipun Aku tahu kalau Aki selama ini sudah berusaha mencarikan pasangan untuk istri saya, berusaha menjadikan Siti sebagai tumbal , bhkan mengirimkan pelet kepadanya untuk mengeruk kekayaan kami, tapi aku masih berusaha menahan amarah saya agar tidak menyakiti Aki. Karena aku berpikir jika aku membalas perbuatan Aki dengan kekerasan dengan menganiaya Aki maka aku tak jauh beda dengan Aki. Meskipun nanti orang-orang akan mengecap ku sebagai orang yang bodoh karena sudah membiarkan dukun jahat seperti Aki aku tidak masalah. Mikul duwur mendem jero, itulah filosofi yang selama ini saya junjung tinggi sebagai seorang Jawa Aki. Jadi tolong lepaskan istri saya. Karena jika Aki tetap melakukan hal-hal jahat kepadanya setelah ini maka aku juga tidak bisa diam lagi. Seperti semut aku juga bisa menumbangkan seekor harimau yang ganas dan ditakuti," ucap Mas Bimo kemudian mendorong Ki Wage dan mengajakku masuk ke dalam mobil.

Ku lihat Ki Wage tampak begitu marah saat melihat kepergian kami. Entah apa yang ada di benak lelaki tua utu hingga tak mau melepaskan aku.

Sampai kapanpun Aku tidak akan melepaskan Neng Siti, seberapa besar usaha kalian untuk memutus perjanjian ini kalian tidak akan mampu melawan ku, dukun sakti manapun tidak akan ada yang sanggup melawan Wage Bahu Rekso.

Terpopuler

Comments

💜⃞⃟𝓛 ⏤͟͟͞R𝐙⃝🦜༄༅⃟𝐐ƙׁׅуα

💜⃞⃟𝓛 ⏤͟͟͞R𝐙⃝🦜༄༅⃟𝐐ƙׁׅуα

jangan sombong akii,ingat km di ciptakan oleh siapa

2023-10-17

0

❤️⃟Wᵃf✰͜͡ᴠ᭄ᴇʟᷜᴍͣuͥɴᷤ✪⃟𝔄⍣⃝కꫝ🎸

❤️⃟Wᵃf✰͜͡ᴠ᭄ᴇʟᷜᴍͣuͥɴᷤ✪⃟𝔄⍣⃝కꫝ🎸

Sombong amat,Ki. Ntar nyawanya di ujung rambut g ada apa"nya kau. g bisa sombong lagi

2023-10-17

0

❤️⃟Wᵃf✰͜͡ᴠ᭄ᴇʟᷜᴍͣuͥɴᷤ✪⃟𝔄⍣⃝కꫝ🎸

❤️⃟Wᵃf✰͜͡ᴠ᭄ᴇʟᷜᴍͣuͥɴᷤ✪⃟𝔄⍣⃝కꫝ🎸

G tahu terima kasih gimana lagi coba, Ki. minta apa juga mereka kasih kan

2023-10-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!