7. Ritual Gagal

#Pov Bimo

Baru kali ini aku merasakan sesuatu yang ganjil saat memandikan Neng Siti. Berbeda dengan ritual di Cirengganis, saat memandikan Neng rasanya tanganku gemetaran kaya ada kekuatan gaib yang menahan untuk tidak melanjutkan ritual itu.

Namun bagaimanapun juga aku harus menyelesaikan ritual ini apalagi setelah melihat perubahan Neng Siti pasca ritual di Pangandaran.

Aku mau Neng kembali normal jadi aku menggunakan seluruh kekuatan ku untuk melawan kekuatan mistis tersebut.

Baru tiga kali aku menyiram air laut ke tubuh Siti tiba-tiba ombak besar datang bergulung-gulung membuat aku langsung mengajak Siti kembali ke tepian.

Ku lihat wajah Siti tampak pucat setelah selesai ritual, mungkin dia kedinginan makanya aku langsung pakein jaketku.

Namun tumbuhnya semakin lemas hingga ia jatuh pingsan membuat ku semakin panik.

Saat itu aku berusaha memanggil Mbah Wage tapi entah kenapa pria tua itu seperti hilang di telan bumi saat keadaan genting seperti itu.

"Aki, tolong Istriku Aki!" meskipun aku sudah menjerit-jerit memanggil namanya namun pria tua itu tak kunjung muncul.

*Der, der, der!

Aku semakin panik saat tanah yang ku pijak mulai bergetar hebat seperti gempa.

"Gempa??"

Reflek aku langsung menoleh kearah laut untuk memastikan tidak terjadi tsunami. Ku lihat laut begitu tenang. Tak ada lagi ombak besar ataupun angin besar seperti saat aku memandikan Siti.

Getaran gempa semakin lama semakin besar membuatku buru-buru mengangkat Siti.

*Der, der, der!

Saat aku hendak membawa Siti Pergi, tiba-tiba aku di kagetkan dengan kemunculan ular raksasa dari Gua Lalay.

Seumur hidup baru pertama kali aku melihat sosok makhluk gaib. Sesosok ular yang begitu besar bergerak kearahku.

Seketika tubuhku bergetar hebat hingga aku tak sadar menjatuhkan Siti.

"Apa perempuan ini yang akan kau tumbal kan untukku?"

Seketika aku membelalak mendengar ular itu berbicara.

"Tumbal??"

"Ya, bukankah perempuan ini yang akan kamu antarkan buat saya?" jawab Ular raksasa itu

"Saya gak nganterin istri saya buat kamu apalagi buat tumbal. Tapi saya mengantarkan istri saya untuk membersihkan diri dari gangguan makhluk halus yang selama ini menempel di tubuhnya," jawabku

Tiba-tiba ular itu terlihat marah saat mendengar jawabanku hingga berusaha melilit Si Eneng.

Aku yang ketakutan berusaha untuk menolongnya namun entah kenapa tiba-tiba kakiku seketika mati rasa dan tidak bisa bergerak.

"Astaghfirullah hal adzim, Ya Allah tolong selamatkan istri saya, saya tidak mau dia jadi tumbal,"

Aku hanya bisa berdoa dan meminta pertolongan dari Gusti Allah, sambil terisak saat melihat ular itu mulai melilit tubuh Siti.

Tiba-tiba dari tengah laut keluar sebuah cahaya. Sebuah pintu gerbang besar muncul di tengah laut. Saat pintu terbuka ular itu berhenti melilit istriku.

Ular itu kemudian melepaskan Siti dan menggeliat menuju ke laut. Sepertinya Ular itu sedang berkomunikasi dengan penguasa laut karena ia terlihat menjulurkan kepalanya dan menghadap kearah pintu gerbang yang terbuka.

Si ular bersikeras jika Aku mengantarkan Siti untuk di jadikan tumbal sehingga ia berhak mengambil sukma istriku. Namun sepertinya penguasa laut tak mengizinkan Si Ular siluman ini menyakiti istriku.

Ingin rasanya aku pergi dari tempat ini dan membawa Siti, tapi sialnya seluruh tubuhku membeku tak bisa digerakkan.

Tidak lama ombak besar datang bergulung-gulung sangat tinggi membuat siluman ular seketika menghilang. Saat siluman ular itu menghilang tak lama gerbang ditengah laut pun tertutup dan menghilang.

Saat ku rasakan kakiku sudah bisa ku gerakkan, buru-buru ku angkat tubuh istriku.

Baru saja aku melangkahkan kakiku ku lihat Mbah Wage berlari kearah ku dengan wajah kesal.

"Asep lihat ini, gara-gara kamu semuanya gagal!" seru Mbah Wage terlihat marah-marah

"Gagal apanya Aki?" tanyaku masih berusaha sabar

"Ritualnya gagal total, percuma aku korbankan cincin 12 gram kalau gak ada hasilnya. Semuanya sia-sia karena kamu!" serunya sambil menunjuk-nunjuk kearahku

"Oh... jadi ritualnya gagal karena aku tak mau mengorbankan Siti buat jadi tumbal kan?" jawabku dengan nada tinggi

"Tumbal naon sih Sep, Aki teu ngerti?" jawab Si Aki tampak bingung

Aku masih ingat dengan jelas bagaimana siluman ular itu memastikan aku menyerahkan Siti untuk tumbal atau tidak, jika ia tidak berkata seperti itu mungkin aku sekarang sedang menyesali kebodohanku karena menjadikan istriku sebagai tumbal dukun keparat itu.

Seketika kemarahan ku memuncak saat berasumsi jika Mbah Wage sengaja memanfaatkan kebodohan kami dengan menjadikan Siti sebagai tumbal. Meskipun aku tidak tahu ia akan dijadikan tumbal apaan tetap saja aku jadi berpikir negatif kepada Mbah Wage.

"Alah Aki jangan pura-pura gak tahu. Aku tidak menyangka kalau Aki tega menjadikan Siti tumbal, bukanya menolong kami Aki malah memanfaatkan kami!" jawabku

"Siapa yang akan menjadikan si Eneng tumbal, jangan Fitnah atuh Sep. Kalau Aki jahat mah buat apa Aki bela-belain malam-malam melakukan ritual coba, sampai Aki rela mengorbankan cincin emas Aki. Aduh kamu teh harusnya mikir atuh sep sebelum ngomong, istighfar Sep, Istighfar. Mana ada orang tua yang mau menjerumuskan anaknya apalagi di jadikan tumbal!" sahut Mbah Wage tak kalah nyolot

"Pokoknya aku gak mau tahu jika suatu hari terjadi sesuatu dengan Siti maka aku menuntut Aki," jawabku kemudian buru-buru pergi meninggalkan lelaki tua itu.

"Yaudah terserah Asep aja, yang jelas Aki gak pernah ada niat jahat sama Eneng. Aki beneran tulus pengin bantuin kalian biar cepat punya keturunan," jawab Aki

Meski masih kesal dengan jawaban Aki, Aku terpaksa berhenti mendekat nya, aku tak mau hal yang lebih buruk terjadi kepada kami. Apalagi aku tahu kalau si Aki bukan dukun sembarangan. Aku takut saja ia bisa mencelakai kami berdua jika aku tetap menuduhnya.

Aku buru-buru masuk kedalam mobil. Beruntung Siti kemudian sadar.

"Kita ada di mana Mas?" tanya Siti

"Kita di mobil Neng, bentar lagi kita pulang,"

*Brakk!!

Tidak lama Mbah Wage masuk kedalam mobil.

"Gimana si Eneng apa sudah sadar?" tanya Mbah Wage

"Sudah,"

"Syukurlah, sekarang Neng sebaiknya balik lagi ke Gua, soalnya meskipun ritualnya gagal tapi makhluk gaib itu meninggalkan sesuatu buat Eneng katanya. Jadi sok ambil aja Neng, siapa tahu benda itu bisa jadi tolak bala buat Eneng," tukas Mbah Wage

"Kalau gitu Biar aku aja yang ambil, kasian kan Neng masih lemes," jawab ku

"Gak bisa Sep, harus si Eneng yang ambil. Kamu gak akan bisa Sep, soalnya Aki juga sudah nyoba tapi gak bisa," jawab Aki Wage

"Tapi kalau gitu Bimo temenin aja boleh kan Aki. Abis aky khawatir terjadi sesuatu sama Neng,"

"Iya boleh Sep,"

Aku kemudian mengantar Siti menuju ke Gua Lalay. Setibanya di sana ku lihat Siti langsung menggali pasir di depan Gua.

Akupun ikut membantu Siti menggali pasir hingga kami menemukan dua buah batu mustika.

"Sepertinya benda ini yang dimaksud si Aki," ucap Siti kemudian membawa benda itu dan kembali ke mobil.

Mbah Wage langsung meminta mustika itu dari Siti, dan Siti langsung memberikannya tanpa banyak bicara.

Saat Mobil Ku nyalakan mobil tiba-tiba mobil tak bisa bergerak karena terlalu berat. Bahkan Mbah Wage sudah berusaha turun untuk mendorong mobilnya tapi tetap tak bergerak.

"Beneran mobilnya gak ada yang rusak Sep?" tanya Mbah Wage

"Bener Aki, orang baru Bimo Service, oli juga baru ganti, bensin masih full,"

"Lalu kenapa ya kok mobil bisi mogok!" gerutu Mbah Wage

Tiba-tiba Siti menarik kerah bajuku.

"Pulangin, pulangin, saya mau pulang, saya mau pulang!"

Terpopuler

Comments

ren rene

ren rene

gemes sama bimo iki kok bisa2nya dibodohin dukun ga kerasa. kudu ta jitak saja

2023-12-11

0

Yurnita Yurnita

Yurnita Yurnita

si Siti gak punya keluarga ya Thor

2023-12-02

0

ᴄᷤʜͦɪͮᴄͥʜͣɪᷡᴋͣ

ᴄᷤʜͦɪͮᴄͥʜͣɪᷡᴋͣ

wah diikutin

2023-10-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!